Rumah
Informasi Taman Purbakala Pugungraharjo terletak di Jalan Raya Pugungraharjo,
Desa Pugungraharjo, Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi
Lampung. Sesuai dengan namanya, Rumah Informasi ini didirikan untuk tempat
penyimpanan benda-benda cagar budaya yang diketemukan di Situs Pugungraharjo,
baik pada waktu kegiatan pemugaran maupun diketemukan oleh masyarakat, dan juga
untuk menyimpan benda-benda cagar budaya karena pertimbangan keamanan serta
untuk kegiatan administrasi. Sehingga, Rumah Informasi Taman Purbakala
Pugungraharjo bisa diistilahkan sebagai sebagai site museum.
Menurut
Syaiful, salah seorang petugas Rumah Informasi, menerangkan bahwa Rumah
Informasi dibangun pada tahun 1979 berbentuk rumah tradisional Lampung dengan
gaya arsitektur tradisional berupa rumah panggung. Rumah berwarna coklat muda
ini memiliki ukuran panjang 14 meter, lebar 12 meter, dan tinggi sekitar 8
meter.
Site museum yang terletak di Kota
Kecamatan ini, meskipun tidak seluas museum pada umumnya namun mempunyai
keunggulan tersendiri dari koleksi yang dimilikinya. Selain tua usianya, juga
khas, seperti: menhir, batu pipisan, batu berlubang, prasasti Bungkuk, arca
bodhisatwa (patung Badariah), , batu pra punden, prasasti Dalung (replika),
patung tipe Polinesia, mata uang China, mata tombak, fosil, dan sejumlah
keramik dari Negeri China
.
.
Saronto, dalam makalahnya “Selayang Pandang Situs Taman Purbakala Pugungraharjo, Desa Pugungraharjo, Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur” (2010), menjelaskan bahwa menhir ditemukan tahun 1957 di Situs Pugungraharjo, dan diperkirakan berumur 2.500 SM. Menhir berbentuk seperti phallus atau lingga, simbol laki-laki. Phallus memiliki sifat magis berkaitan dengan kesuburan baik tanaman maupun kesuburan bagi wanita, untuk memperoleh kekuatan gaib, dan sarana penolak bala, tanda penguburan leluhur. Menhir sebagai pusat upacara yaitu upacara kesuburan, upacara penolak bala, upacara bersyukur.
Batu
berlubang diketemukan di bagian timur Situs Pugungraharjo dekat mata air. Batu
berlubang ini terbuat dari batu andesit yang berwarna hitam keabu-abuan dengan
ukuran panjang 89 cm, lebar 62 cm serta tebal 44 cm. Di bagian permukaan yang
datar terdapat 4 buah lubang yang sangat licin menunjukkan bekas dipakai.
Arca
Bodhisatwa atau Patung Putri Badariah diketemukan di punden berundak VII, oleh
salah seorang warga yang sedang menyangkul yaitu Kadiran pada 14 Agustus 1957.
Patung ini terbuat dari batu andesit dengan posisi duduk dengan sikap “dharmacakra mudra” yang berhiaskan
lengkap lembaran-lembaran bunga lotus , serta duduk di atas lapik berhiaskan
bunga lotus. Patung ini memiliki ukuran tinggi 91 cm, lebar 35 cm, tebal 22 cm,
dan tebal lapik 18 cm, dengan garis tengah lapik 61 cm. Patung ini diperkirakan
dari abad ke-12.
Batu
Pra Punden diketemukan di gundukan tanah sebelah barat di Situs Pugungraharjo,
dan di situs ini pernah diadakan penelitian/ekskavakasi oleh Pusat Penelitian
Arkeologi Nasional Jakarta pada tahun 1983, dan diketemukan batu bata yang
terbuat dari batu cadas berwarna putih kecoklatan dengan bertuliskan tahun 1257
Saka huruf Sansekerta.
Arca
Tipe Polinesia diketemukan di Gunung Langkap, Lampung Timur oleh Abdul Rahman,
seorang warga Desa Bojong, pada tahun 1963. Patung ini terbuat dari batu
andesit, dan dipahatkan dalam sikap duduk di atas sebuah lapik dengan memakai
untaian kalung, dan di bagian belakang (pinggang) terselip sebuah keris. Patung
dengan ukuran tinggi 99,5 cm, lebar 33 cm, tebal 28 cm sedangkan lapiknya
berbentuk bundar polos dengan ketebalan 9 cm, dan bergaris tengah 44 cm ini,
memiliki keunikan tersendiri karena adanya mitos bahwa barang siapa yang bisa
menghitung biji kalung sebanyak 3 kali dengan jumlah yang sama maka akan
terkabul segala cita-citanya.
Keramik yang diketemukan di Situs Pugungraharjo sangatlah banyak ini tersebar di hampir setiap situs. Jumlahnya hampir ribuan, dan mungkin jutaan. Ini membuktikan bahwa nenek moyang kita di Situs Pugungraharjo telah melakukan perdagangan yang sangat luas, yang diperkirakan berkaitan dengan Kerajaan Sriwijaya atau melakukan pelayaran yang lebih jauh lagi ke Negeri China. Ini dibuktikan dengan sebaran keramik yang diketemukan sangat luas dan kronologi keramik dapat diketahui mulai dari abad ke-8 atau 9 hingga abad ke-17, seperti diketemukannya keramik Tang, keramik yang paling muda yaitu keramik Ching. Jumlah keramik terbanyak adalah keramik Sung dan Ming dari abad ke-10 hingga abad ke-17. Ini menunjukkan bahwa kegiatan perdagangan atau pelayaran nenek moyang kita di abad ke-10 hingga 17 di kawasan Way Sekampung sangatlah ramai. Namun keramik-keramik yang masih tersisa dan yang masih utuh hanyalah beberapa saja, seperti guci, buli-buli, cepuk dan mangkuk.
Selain,
memamerkan temuan benda-benda cagar budaya di Situs Pugungraharjo, Rumah
Informasi ini juga menyediakan informasi berkenaan dengan sejarah temuan,
ekskavasi, pemugaran, pembuatan zoning
(batas situs) serta melindungi benda-benda cagar budaya dan situs dengan tujuan
untuk melestarikan dan memanfaatkan untuk memajukan kebudayaan nasional
Indonesia.
Rumah Informasi Taman Pugungraharjo, pengelolaannya di bawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung, dan juga termasuk wilayah kerja dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Serang, Provinsi Banten. *** (310313)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar