Masjid
Ainul Yaqin Sunan Giri terletak di Jl. Sunan Giri XVIII No. 2 Kelurahan Giri,
Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, atau ± 20 Km dari Kota
Surabaya.
Pada
awalnya, masjid ini berdiri dengan ukuran 150 m² namun kini luas bangunannya 1.750 m² di atas lahas
seluas 3.000 m². Di dalam kompleks ini terdapat dua buah pintu gerbang yang
berbentuk paduraksa.
Kehadiran
masjid ini tidak dapat dipisahkan dari sejarah penyebaran agama Islam di daerah
Gresik, terutama yang dilakukan oleh Raden Ainul Yaqin alias Raden Paku, salah
seorang dari Wali Songo yang bergelar Sunan Giri. Ia mendapat gelar Sunan Giri
karena menempatkan lokasi masjid dan pesantrennya di sebuah daerah perbukitan
yang cukup tinggi yang dalam bahasa Jawa disebut Giri yang berarti gunung.
Untuk mencapai lokasi masjid itu kita harus menapaki jalan mendaki sejauh kurang lebih satu kilo meter. Cukup melelahkan. Tetapi, bagi mereka yang tidak kuat jalan kaki, tersedia andong (delman) maupun ojek.
Memasuki
lokasi masjid, kita dihadang oleh sekitar enam blok pemakaman yang terletak di
kiri dan kanan pintu gerbang, juga di sisi tangga menuju masjid. Sedangkan,
makam utama tempat Sunan Giri dimakamkan terletak di areal sebelah kiri masjid.
Kalau mau dihitung barangkali ada sekitar 300 makam di sekitar kompleks Sunan
Giri itu. Bentuk nisannya nyaris sama dan tanpa nama. Terbuat dari batu
andesit, yang banyak digunakan pula untuk membuat candi atau arca di zaman
kejayaan Hindu dan Budha.
Masjid
Ainul Yaqin Sunan Giri yang kita saksikan hari ini memang bukan masjid asli
yang dibangun oleh Sunan Giri. Masjid yang dibangun aslinya terbuat dari kayu.
Sedangkan, kita saksikan hari ini sudah terbuat dari tembok beton permanen.
Tetapi, bentuk arsitekturnya mendekati bentuk masjid lama (aslinya) yang
didirikan oleh Sunan Giri pada tahun 1544 Masehi. Karena perkembangan zaman dan
kondisi masjid yang semakin lapuk maka pada tahun 1857, ketika masjid ini
berusia sekitar 313 tahun, dilakukan renovasi atau perbaikan yang pertama.
Untuk selanjutnya tidak tercatat sudah berapa kali dilakukan renovasi. Yang
paling akhir adalah renovasi yang dilakukan pada tahun 1982. Peresmiannya
dilakukan oleh Bupati KDH Tingkat II
Gresik pada tanggal 17 Desember 1982.
Monumen Sejarah
Seperti
lazimnya masjid-masjid tua di seluruh Nusantara maka Masjid Ainul Yaqin Sunan
Giri ini pun memiliki bentuk kubah yang khas, yaitu kubah atap limas dengan
tiga undakan. Bentuk kubah seperti ini mengingatkan kita pada kubah Masjid
Demak sebagai masjid pertama yang dibangun oleh para wali di Tanah Jawa. Tidak
heran, karena memang ada hubungan antara Demak dan Sunan Giri.
Sebagai
peninggalan sejarah, masjid ini oleh pemerintah Hindia Belanda didaftar dalam “monumenten ordonantie” dengan nomor staat blaad 238 pada tahun 1931.
Sekarang berada di bawah pengawasan Direktorat Perlindungan dan Pembinaan
Peninggalan Sejarah dan Purbakala Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Meskipun
peninggalan sejarah, tetapi sebagai rumah ibadah, masjid ini tetap ramai
dikunjungi jamaah untuk shalat rawatib (shalat lima waktu) maupun shalat Jumat,
bahkan pada bulan-bulan besar, seperti bulan Muharam, Dzulhijjah, dan Rabi’ul
Awal (Maulid), masjid ini ramai dikunjungi peziarah dari luar Jawa, seperti
Sumatera dan Kalimantan.
Pada
saat ini, pesantren yang pernah dibangun Sunan Giri memang sudah tidak ada
lagi. Sebagai gantinya diselenggarakan kegiatan-kegiatan pengajian dalam wadah
majelis taklim, seperti majelis taklim kaum ibu/bapak, termasuk pengajian untuk
anak-anak dan remaja. *** [150613]
Referensi:
- Abdul Baqir Zein, 1999, Masjid-Masjid Bersejarah di Indonesia, Jakarta: Gema Insani Press
- _____________, 2008, Direktori Masjid Bersejarah, Jakarta: Departemen Agama RI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar