The Story of Indonesian Heritage

Museum Cakraningrat

Museum Cakraningrat terletak di Jalan Soekarno Hatta 39 A Kelurahan Malajah, Kecamatan Bangkalan, Provinsi Jawa Timur. Museum ini merupakan museum umum yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Bangkalan. Awal berdirinya didasari pada pemikiran dan rasa tanggung jawab untuk merawat dan melestarikan benda-benda bernilai sejarah warisan nenek moyang yang ada di Pulau Madura, maka antara tahun 1950-1954 atas saran para sesepuh yang ada di Kabupaten Bangkalan, seperti: R.A. Roelan Tjakraningrat, R.A Saleh Adiningrat Surjowinoto, R.P. Abdoel Madjid Surjowinoto, R.P. Machfud Sosroadipoetro, dan R.P. Abdoel Hamid Notodiredjo, dilakukan pengumpulan peralatan, benda-benda dan dokumen-dokumen bekas milik “Kraton Bangkalan” yang masih ada dan tersisa untuk bisa diurus dan dirawat. Selanjutnya benda-benda tersebut dikumpulkan dalam sebuah gudang yang terletak di Kompleks Makam Raja-Raja Bangkalan, yang dikenal dengan Pasarean Aer Mata. Kompleks makam tersebut terletak di Desa Buduran, Kecamatan Arosbaya, Kabupaten Bangkalan.


Pada tahun itu pula terbentuk sebuah yayasan, yang diberi nama “Yayasan Kona”. Bersama dengan yayasan ini ,yang diwakili oleh R.A. Moch. Anwar Tjakra Adipoetra, R.P. Abdoel Madjid Surjowinoto dan R.P. Abdoel Hamid Notodiredjo, Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bangkalan saat itu, H.J. Soedjaki (1971-1976) dengan dibantu oleh staf beliau, R.A. Saleh Sosroadipoetro dan R. Abdurrachman bersepakat untuk memindahkan benda-benda tersebut ke tempat yang lebih representative. Atas dasar itulah maka pada tahun 1974 dibangunlah sebuah gedung yang terletak di Kompleks Pendopo Kabupaten Bangkalan, Jl. Letnan Abdullah No. 1 Bangkalan. Untuk mendukung keberadaan gedung tersebut dibangun pula pintu gerbang yang bentuk arsitekturnya serta ornamennya serupa dengan Bentar Makam Agung Arosbaya.
Dengan disaksikan oleh Gusti Pembayon, permaisuri R.A. Roeslan Tjakraningrat, pada tanggal 24 Juli 1975 benda-benda tersebut dipindah ke gedung baru dan sejak saat itu pemeliharaan dan perawatan benda-benda koleksi itu dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Dan baru pada tahun 1979 gedung tersebut diresmikan sebagai museum denga nama “Museum Daerah Tingkat II Bangkalan”.


Dalam perjalanannya museum tersebut mengalami perkembangan yang cukup pesat, terbukti dengan semakin bertambahnya koleksi yang dimiliki baik yang berasal dari sumbangan dan pemberian dari masyarakat yang memiliki kepedulian dan kesadaran tinggi terhadap upaya-upaya pelestarian benda-benda bersejarah maupun yang berasal dari perburuan dan pencarian serta penyelamatan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah sendiri. Di samping melakukan upaya penambahan koleksi, dilakukan pula upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola museum melalui berbagai pelatihan dan pendidikan bekerjasama dengan instansi dan lembaga terkait khususnya dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, Museum Mpu Tantular dan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala  Trowulan.
Beberapa kendala yang dihadapi dalam upaya menambah koleksi museum di antaranya masih banyaknya benda-benda yang masih dimiliki pribadi, keluarga atau keturunan kraton dan kolektor serta beberapa di antaranya tersebar di beberapa wilayah, bahkan di luar negeri, khususnya di Belanda. Oleh karenanya, upaya-upaya itu akan tetap dilakukan untuk menyelamatkan dan melestarikan benda-benda peninggalan bernilai sejarah tersebut.
Sejalan dengan upaya-upaya itu, atas inisiatif dan perhatian yang tinggi untuk melestarikan peninggalan sejarah, maka Bupati Bangkalan R. KH. Fuad Amin, S.Pd. pada tahun 2007 berhasil membangun gedung museum yang megah seperti saat ini. Pada tanggal 9 Agustus 2007 semua benda koleksi yang sebelumnya disimpan di gedung museum lama dipindah ke gedung museum baru yang lebih megah tersebut dan pada tanggal 13 Maret 2008 diresmikan pemakaiannya oleh Gubernur Jawa Timur saat itu, Imam Utomo, dengan nama “Museum Cakraningrat. Nama tersebut digunakan untuk mengenang dan menghormati jasa dan kebesaran Pangeran Cakraningrat.
Bangunan museum ini menempati lahan seluas 2.079 m² dengan rincian bangunan publik berukuran panjang 31,670 m dan lebar 20,950 m. Sedangkan bangunan non publik memiliki luas 144 m². Bangunan ini berarsitektur joglo limasan berplester semen yang dipadukan dengan kaca-kaca.
Bangunan seluas itu, memiliki koleksi hingga ratusan lebih. Mulai kain batik khas Madura, peralatan bati mapun alas untuk membatik, bokor, kereta kuda, gamelan hingga kitab tulis tangan karya ulama besar Bangkalan, Syaichona KH Moh. Cholil bin Abdul Latif atau terkenal dengan sebutan Syaichona Cholil. Kumpulan karya tulis tangan ulama yang lahir pada 11 Jamadil Akhir 1235 Hijrah atau 27 Januari 1820 Masehi di Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan.  *** [050613]
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami