Gereja
Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Jemaat Immanuel Makassar terletak di
Jalan Balaikota No. 1 Makassar, atau berada di samping timur Gedung Balaikota
Makassar.
Gereja
ini merupakan salah satu dari sekian banyak arsitektur peninggalan kolonial
Belanda di Makassar. Dalam Buku Laporan Kegiatan Peringatan 100 Tahun Gedung
Gereja Immanuel Ujung Pandang 15 September 1885 – 1985 dikisahkan bahwa awalnya
jemaat (gemeente) didirikan dengan Surat Keputusan Gubernur Hindia Belanda pada
17 Oktober 1852. Jemaat ini merupakan bagian dari De Protestantsche Kerk in Nederlandsch Indie (Gereja Protestan di
Hindia Belanda) atau yang biasanya disingkat “Indische Kerk”. Sama dengan induknya di Negeri Belanda, gereja ini
merupakan gereja negara. Pendeta diberi gaji oleh pemerintah beserta dengan
anggaran-anggaran lainnya yang digunakan untuk keperluan gereja.
Pada
15 September 1885, Pendeta J.C. Knuttel meresmikan pemakaian gedung gereja yang
telah dibangun kembali dengan nama resminya “Prins Hendriks Kerk” (Gereja dari
Pangeran Hendrik), namun umumnya disebut dengan “Protestantsche Kerk” (Gereja Protestan) atau “Grote Kerk” (Gereja Besar). Yang akhirnya, saat ini dikenal dengan
nama Gereja Immanuel.
Pada
tahun1933, Indische Kerk mengadakan Grote Vergadering (pertemuan raya) yang
memutuskan supaya diusahakan pemisahan administatif antara gereja dan negara.
Bagian Indische Kerk di Minahasa
(yang kemudian bernama Gereja Masehi Injili Minahasa disingkat GMIM) mencapai
pemisahan pada tahun 1934. Bagian Indische
Kerk di Maluku (yang kemudian bernama Gereja Protestan Maluku disingkat
GPM) mencapai hal serupa dengan GMIM pada tahun 1935, bersamaan dengan bagian Indische Kerk di sebelah barat (yang
kemudian disebut sebagai Gereja Protestan Indonesia disingkat GPI). Bagian
Indische Kerk di Timor yang kemudian disebut Gereja Masehi Injili Timor
disingkat GMIT mendapatkannya pada tahun 1947. Dalam perkembangan selanjutnya,
yaitu pada 31 Oktober 1948, bagian dari Indische Kerk di sebelah barat berdiri sendiri
menjadi Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB). Lalu, GPI berubah hakikat
menjadi suatu Sinode Am yang beranggotakan sinode GPIB, GMIT, dan GPM. Jemaat
Immanuel Makassar, meskipun terletak di wilayah Indonesia Timur namun termasuk
dalam wilayah pelayanan GPIB.
Pada tahun 1950, sinode-sinode tersebut betul-betul berdiri sendiri dengan terjadinya pemisahan keuangan antara gereja dan negara. Sejak berdirinya GPIB (1948), hanya terdapat satu Jemaat GPIB di Makassar. Barulah pada tahun 1967 diputuskan untuk membagi jemaat yang wilayah pelayanannya sudah teramat luas ini menjadi 4 jemaat, yaitu Jemaat Immanuel, Bukit Zaitun, Bethania dan Mangamaseang. Pada tahun 1983, Jemaat GPIB di Makassar bertambah satu lagi, yaitu Jemaat Bahtera Kasih, sehingga seluruhnya hingga kini terdapat 5 jemaat.
Di seluruh Sulawesi Selatan dan Tenggara (Sulselra) terdapat 11 jemaat GPIB. Selain 5 jemaat di Makassar, masih terdapat jemaat GPIB di Pare-pare, Watampone, Majene, Kendari, Raba dan Bau-bau. Kesebelas jemaat ini sejak tahun 1978 dikoordinasikan kerjasamanya oleh suatu badan yang disebut musyawarah pelayanan (mupel) jemaat GPIB di wilayah Sulselra, yang biasa disingkat Mupel GPIB Sulselra. Badan ini merupakan jembatan dinamis di antara jemaat-jemaat dan Majelis Sinode yang berkedudukan di Jakarta. *** [220613]
info wisata sangat menarik
BalasHapusBisakah saya mendapatkan informasi an. pendeta Gerda Cussoy di GPIB Imanuel sekitar tahun 1950an
BalasHapus