Kala
itu Minggu pagi tanggal 23 Juni 2013. Suara gempita disertai cuaca yang cerah mewarnai
Pantai Losari. Lalu lalang dan hilir mudik pengunjung menambah keramaian
suasana tepi pantai yang begitu terkenal di Kota Makassar.
Sepanjang
pantai aktivitas manusia berlangsung. Jalan pagi, jogging, senam pagi, dan sederetan aktivitas lainnya. Suasana ini
diriuhkan dengan munculnya pedagang kaki lima “dadakan” yang menggelar
dagangannya di lokasi tersebut. Kuliner, fashion,
souvenir hingga stand promo
minuman berenergi.
Dalam
buku Makassar
Tempo Doeloe (2013) disebutkan, keindahan Pantai Losari itu terwujud
ketika ada upaya Pemerintah Kerajaan Gowa dulu untuk membuka akses jalan ke
benteng pertahanan Ujung Pandang, di mana dulunya sebuah pematang empang yang
banyak ditumbuhi oleh pohon bakau. Setelah akses jalan di pinggir pantai itu
terwujud, maka pemandangan di bibir pantai pun semakin indah.
Ketika pelabuhan laut dipindahkan dari Sombaopu ke pantai utara, otomatis akses jalan di bibir pantai itu diaspal dan ditalub untuk menahan abrasi pantai yang setiap saat mengancam. Suasana pantai semakin indah, ketika ada penghijauan yang dilakukan oleh pemerintah kota tempo dulu. Sepanjang bibir pantai ditanami pohon kelapa. Tiupan angin di pinggir pantai membuat daun nyiur melambai-lambai seakan memanggil para pengunjung untuk menyaksikan keindahan pantai di restoran terpanjang di dunia.
Keindahan Pantai Losari semakin nampak, pada saat Pemerintah Belanda pada tahun 1926 menanggul sepanjang bibir pantai. Dan kini, Pantai Losar menjadi salah satu ikon dari Provinsi Sulawesi Selatan, dengan ditandai pemasangan huruf-huruf besar setinggi sekitar 1,5 meter yang menyusun tulisan "PANTAI LOSARI". Kawasan inilah yang biasanya menjadi spot paling penting untuk mengambil gambar foto di saat berkunjung ke Kota Makassar. *** [230613]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar