Benteng
Martello terletak di salah satu ujung Pulau Kelor. Pulau Kelor merupakan salah
satu pulau di dalam gugusan Kepualaun Seribu, yang secara adminstiratif masuk
dalam wilayah Pemerintah DKI Jakarta. Pulau mungil tak berpenghuni itu terletak
tidak jauh dari Pulau Bidadari, Pulau Kelapa, dan Pulau Onrust. Konon, nama ‘kelor’
ini lantaran pulau ini tidak begitu lebar alias selebar daun kelor. Nama
sebenarnya pulau ini adalah Pulau Kherkof, dan termasuk dalam kawasan cagar
budaya Pulau Onrust.
Pulau
Kelor seolah-olah merupakan dunia lain yang sunyi di tengah deburan ombak.
Tidak ada tempat berteduh, kecuali bekas benteng mungil VOC bernama Martello
dan empat pohon besar yang melindunginya. Selebihnya hanyalah pasir putih,
pemecah ombak, jalan setapak yang telah di beton, puluhan bibit pohon yang
mulai tumbuh, dan semak belukar. Namun, semenjak bulan Agustus, Pulau Kelor dan
benteng Martello ini tiba-tiba menjadi headline
di sejumlah media, baik media cetak, media maya maupun media audiovisual. Hal
ini lantaran adanya pernikahan pasangan artis Rio Dewanto-Atiqah Hasiholan di
Benteng Martello pada Sabtu, 24 Agustus 2013.
Benteng
Martello terbuat dari batu bata merah. Warnanya menjadi tembaga jika terkena
sinar matahari sore. Benteng bulat itu anggun dan cantik. Namun, di luar
keanggunannya ia tetaplah bagian dari sejarah gelap peperangan. Dari
lubang-lubang besar itu meriam-meriam Belanda bisa diputar 360 derajat dan memuntahkan
peluru ke kapal-kapal Portugis yang akan menyerang Batavia pada abad ke-17. Kala
itu, benteng ini berfungsi sebagai garda terdepan untuk menangkal serangan dari
Portugis, Inggris, Spanyol bahkan perompak yang mengganas di daerah Teluk
Jakarta. Namun sekarang, benteng ini kini sudah mengalami kerusakan di sana
sini. Letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 diperkirakan ikut andil dalam
meruntuhkan beberapa bagian bangunan dalam benteng tersebut.
Pulau
Kelor biasa disebut sebagai Pulau Kuburan. Di pulau ini, sejumlah tahanan
politik Belanda yang dihukum mati di Pulau Cipir dan Onrust, dikuburkan di
sini. Di pulau ini juga terdapat kuburan
pemberontak Kapal Tujuh atau Seven
Provincien serta awak kapal berbangsa Indonesia yang memberontak dan
akhirnya gugur di tangan Belanda yang semakin dikikis habis oleh ombak,
sehingga tulang belulang terangkat dan berserakan.
Perjalanan
menuju ke Pulau Kelor bisa ditempuh dari sejumlah kawasasn di Jakarta, seperti
Marina Ancol, Muara Angke maupun Muara Kamal. Jaraknya yang hanya sekitar 2
kilometer dari Ancol memakan waktu 30 menit.
Pada
tahun 1980-an Pulau Kelor memiliki luas sekitar 1,5 hektar namun kini luasnya
tidak mencapai 1 hektar. Kendati terus menyempit lahan di Pulau Kelor lantaran
abrasi, namun demikian pulau ini menyimpan heritage
building yang menawan. Sudah
sepantasnyalah bila Pemprov DKI Jakarta memikirkan upaya penyelamatannya dengan
langkah-langkah yang nyata dan jelas. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar