Candi
Sumberawan terletak di Dukuh Sumberawan, Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari,
Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Lokasi ini kurang lebih 6 Km dari Candi Singasari.
Untuk
menemukan candi ini, pengunjung bisa mengikuti papan penunjuk arah dari
perempatan di dekat Candi Singasari ke arah utara. Namun, menjelang lokasi
Candi Sumberawan, pengunjung akan sedikit tidak yakin untuk melanjutkan
perjalanan menuju lokasi candi tersebut. Karena selain papan penunjuk arah yang
begitu kecil juga jalan yang menuju ke sana kurang meyakinkan mengingat
jalannya kecil laksana pematang sawah (galengan)
di sepanjang sungai kecil yang mengalir deras dan jernih.
Akan tetapi, setelah sampai di lokasi, pengunjung akan berdecak kagum akan pemandangan di sekitar Candi Sumberawan. Sederetan pepohonan pinus dengan semilir angin Gunung Arjuna yang diselingi pohon-pohon besar menjulang, menambah eksotisme lokasi tersebut. Seraya menghilangkan capek usai perjalanan, pengunjung bisa menikmati keindahan telaga yang berada di dekat Candi Sumberawan.
Konon,
telaga yang begitu bening airnya inilah yang menjadi cikal bakal muncul
penamaan sebuah perkampungan di sekitar candi. Dulu masyarakat setempat
menyebutnya rowoan, banyak sumber air
yang membentuk rawa. Keadaan inilah yang memberikan nama Candi Rawan, candi
yang terletak di sebuah rawa atau telaga. Dan, akhirnya perkampungan di sana
dinamai Sumberawan, yang berasal dari kata sumber
dan rawan. Sumber dalam bahasa Jawa memiliki mata air dan rawan berasal dari kata rowoan.
Candi Sumberawan terbuat dari batu andesit dengan ukuran panjang 6,25 meter, lebar 6,25 meter, dan memiliki ketinggian 5,23 meter. Candi ini dibangun pada ketinggian 650 meter di atas permukaan laut. Candi Sumberawan pertama kali ditemukan pada tahun 1845 oleh orang Belanda dan kemudian berturut-turut dilakukan penelitian pada tahun 1904 dan 1928. Pada tahun 1933 diadakan kunjungan oleh peneliti dari Dinas Purbakala Hindia Belanda dan pada tahun 1937 diadakan pemugaran pada bagian kaki candi, sedangkan sisanya direkonstruksi secara darurat. Candi Sumberawan merupakan satu-satunya stupa yang ditemukan di Jawa Timur. Batur candi berdenah bujur sangkar, tidak memiliki tangga naik dan polos tidak berelief.
Candi Sumberawan terbuat dari batu andesit dengan ukuran panjang 6,25 meter, lebar 6,25 meter, dan memiliki ketinggian 5,23 meter. Candi ini dibangun pada ketinggian 650 meter di atas permukaan laut. Candi Sumberawan pertama kali ditemukan pada tahun 1845 oleh orang Belanda dan kemudian berturut-turut dilakukan penelitian pada tahun 1904 dan 1928. Pada tahun 1933 diadakan kunjungan oleh peneliti dari Dinas Purbakala Hindia Belanda dan pada tahun 1937 diadakan pemugaran pada bagian kaki candi, sedangkan sisanya direkonstruksi secara darurat. Candi Sumberawan merupakan satu-satunya stupa yang ditemukan di Jawa Timur. Batur candi berdenah bujur sangkar, tidak memiliki tangga naik dan polos tidak berelief.
Candi ini terdiri dari kaki dan badan berbentuk stupa. Pada batur candi yang tinggi terdapat selasar, kaki candi memiliki penampil pada keempat sisinya. Di atas kaki candi berdiri stupa yang terdiri atas lapik bujur sangkar, dan lapik berbentuk segi delapan dengan bantalan padma, sedang bagian atas berbentuk genta (stupa) yang puncaknya telah hilang. Karena ada beberapa kesulitan dalam perencanaan kembali bagian teratas dari tubuh candi, maka terpaksa bagian tersebut tidak dipasang kembali. Diduga pada puncaknya dulu tidak dipasang atau dihias dengan payung atau chattra, karena sisa-sisanya tidak ditemukan sama sekali.
Candi
Sumberawan tidak memiliki tangga naik ruangan di dalamnya yang biasa digunakan
untuk menyimpan benda suci. Jadi hanya bentuk luarnya saja yang menunjukkan
bahwa bangunan tersebut adalah stupa.
Diperkirakan
candi ini dahulu memang didirikan sebagai tempat pemujaan. Para ahli purbakala
memperkirakan Candi Sumberawan dulunya bernama Kasuranggan, sebuah nama yang terkenal di dalam Kitab Negarakertagama. Tempat tersebut telah
dikunjungi Raja Hayam Wuruk pada tahun 1359 Masehi, sewaktu beliau mengadakan
perjalanan keliling. Dari bentuk-bentuk yang tertulis pada bagian batur dan
dagoda (stupanya) dapat diperkirakan bahwa Candi Sumberawan dibangun sekitar
abad 14 hingga 15 Masehi, yaitu pada periode Majapahit. Bentuk stupa pada Candi
Sumberawan ini menunjukkan latar belakang keagamaan yang bersifat Buddhistis. *** [310813]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar