Menurut
sejarah, mobil Buick 1938 ini merupakan Buick limited edition, hanya diproduksi 1.451 unit. Jika ingin melihatnya
di Indonesia, Anda bisa melangkahkan kaki ke Museum Joang ’45 di Menteng,
Jakarta Pusat. Mobil Buick yang konon terbatas jumlahnya ini ternyata sempat
menjadi mobil dinas pertama yang dimiliki Presiden RI Soekarno. Menariknya,
mobil ini merupakan mobil hasil “rampasan” dari pihak Jepang.
Setelah
Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaannya, tentu segala keperluan yang
berhubungan dalam urusan pemerintah belum lengkap. Mulai dari kantor
pemerintahan sampai mobil dan pasukan pengawal presiden pun belum ada.
Menyadari tugasnya sebagai presiden, tentunya Soekarno harus mempunyai sebuah
kendaraan yang dapat membawanya bermobilitas agar urusan Negara dapat berjalan
dengan baik. Sudiro, yang kemudian menjadi Gubernur Jakarta periode 1953-1960,
melakukan “perburuan” untuk mendapatkan mobil tersebut.
“Sampai
didapatkanlah sebuah mobil Buick milik seorang pejabat Jepang. Sudiro
memberikan uang kala itu kira-kira Rp 300 rupiah kepada sang sopir agar mau
menyerahkan kunci mobil yang sedang diparkir di kantor Departemen Perhubungan
(zaman Jepang). Sopir yang untungnya merupakan orang Indonesia itu akhirnya
bersedia dan Sudiro memintanya untuk pulang ke kampung halaman sang sopir yaitu
Kebumen agar tidak dicari sang majikan yang mobil Buick-nya telah berpindah
tangan tersebut, “terang Imron, Kepala UP Museum Joang ’45.
Mobil
Buick ini digunakan Presiden Soekarno dari 1945 hingga 1949. Mobil bertipe limited-8, dipersenjatai dengan mesin
320 ci atau 5.247 cc. Memiliki 8 silinder dan 2 katup di setiap silindernya,
mobil klasik ini mampu mengeluarkan tenaga yang dapat mencapai angka 141 tenaga
kuda pada 3.600 revolutions per minute.
Kini
mobil Buick yang tersimpan dengan cukup baik di Museum Joang ’45 sering
melakukan perjalanan jarak pendek saat 16 Agustus (kirab menjelang 17 Agustus).
Rute yang ditempuh adalah dari Museum Joang ’45 di Jalan Menteng nomor 31 ke
Jalan Imam Bonjol (dekat Bundaran HI) untuk kemudian kembali lagi ke Museum
Joang ’45. [ACH]
Sumber:
KOMPAS
Edisi Jumat, 30 Agustus 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar