Klenteng
Eng An Kiong merupakan salah satu lokasi wisata religius yang menarik untuk
dikunjungi di Malang. Selain memiliki arsitektur bangunan yang berunsur seni
tinggi dengan makna yang mendalam, juga kisah kekunaan dalam pendirian bangunan
klenteng ini.
Klenteng
Eng An Kiong terletak di Jalan R.E. Martadinata 1 Malang, Provinsi Jawa Timur,
atau tepatnya berdampingan dengan Pasar Besar Malang, di kawasan Kota Lama
Malang.
Konon,
klenteng ini dibangun pada tahun 1825 atas prakarsa dari Liutenant Kwee Sam Hway. Ia adalah keturunan ketujuh dari seorang
Jenderal di masa Dinasti Ming berkuasa di Tiongkok. Ketika itu, keturunan sang
Jenderal ditekan oleh Dinasti Jing sehingga terpaksa melarikan diri ke
Nusantara.
Pelarian ini tidak terlepas dari perjalanan armada besar-besaran Laksamana Cheng Ho mengarungi samudera hingga India. Dalam persinggahannya di Nusantara, biasanya ada pengikutnya yang diturunkan di berbagai wilayah yang disinggahi sekitar 30 orang, yang kelak akan dijemput kembali ketika armada hendak kembali ke Tiongkok. Namun, setelah dijemput pada kenyataannya ada yang ingin kembali ke Tiongkok, akan tetapi juga ada sebagian yag tidak mau kembali ke sana. Yang tidak kembali, biasanya menikah dengan wanita setempat dan beranak pinak. Tak tekecuali keturunan dari seorang Jenderal tersebut.
Sang
Kapiten (keturunan kelima Jenderal masa Dinasti Ming) mendarat di Jepara
kemudian menikah dengan putri yang leluhurnya mendarat di Sumenep, Madura. Liutenant Kwee Sam Hway adalah cucu dari
sang Kapiten yang kemudian membangun Klenteng Eng An Kiong. Dia berangkat dari
Sumenep, dan akhirnya menemukan sebuah daerah di Kota Malang.
Menurut
salah seorang yang bekerja di lingkungan klenteng ini, En An Kiong mempunyai
makna “istana keselamatan dalam keabadian Tuhan.” Klenteng ini merupakan
klenteng Tri Dharma, yaitu diperuntukkan bagi penganut agama Buddha, Tao dan
Khonghucu.
Klenteng
ini masih beruntung karena memiliki bangunan yang luas dengan didukung halaman
yang cukup luas, bila dibandingkan dengan keberadaan sejumlah klenteng lain di
sejumlah kota di Indonesia. Sebut saja, klenteng Boen San Bio di Tangerang dan
klenteng Po An Kiong di Solo. Kedua klenteng tersebut terhimpit bangunan
komersial di tengah-tengah lingkungan yang padat dan tidak memiliki halaman
sama sekali. *** [310813]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar