Gedung
Balai Pemuda terletak di Jalan Gubernur Suryo No. 15 Kelurahan Embong Kaliasin,
Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Lokasinya berada di
persimpangan jalan antara Jalan Gubernur Suryo, Pemuda dan Yos Sudarso,
sehingga mudah untuk dikunjungi dengan moda transportasi darat yang ada, baik
kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat.
Awalnya,
gedung ini bernama De Simpangsche
Societiet. Societeit adalah
tempat hiburan, di mana para Meneer (tuan)
dan Mevrouw (nyonya) besar bangsa
Belanda dan Eropa, bergembira ria menikmati kehidupan malam. Meneer dan Mevrouw memang memerlukan tempat untuk berkumpul semacam itu guna
melepaskan kepenatannya. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, Simpangsche Societeit ternyata bukan
hanya sekadar tempat hura-hura malam atau istilah sekarang, dugem belaka. Akan tetapi berubah
fungsinya menjadi tempat berkumpul orang Belanda yang mempunyai faham rasialis.
Di tempat inilah kemudian mereka mendirikan perkumpulan Vaderlandsche Club. Sehingga, gedung ini merupakan salah satu societeit terkenal yang dibangun oleh
Belanda pada kala itu. Karena dulu gedung ini terletak di Simpangstraat (Jalan Simpang), maka mendapatkan sebutan Simpangsche Societeit.
Pada
saat Belanda masih berkuasa, rakyat pribumi dilarang menginjakkan kaki di
tempat ini. Kalaupun ada rakyat pribumi yang di sana, sebagian besar dari
mereka adalah petinggi negara yang memiliki pengaruh dan jabatan, selebihnya
hanya sebagai pelayan.
Sejak
didirikan pada tahun 1907, gedung ini memang sudah menjadi salah satu ikon bagi
Kota Surabaya. Gedung ini dibangun oleh
Westmaes, salah seorang arsitek yang terkenal di Surabaya ketika itu.
Bentuk kubah sebagai atap adalah ciri aliran gothic, lalu gevel dan bracket yang membungkus kubah tersebut
adalah warisan gaya vernakuler
Belanda sedangkan alur horisontal pada dinding kerap muncul pada aliran Renaissance. Wetmaes rupanya memilih
gaya eklektisme untuk merancang bangunan Simpangsche
Societeit ini.
Agar sentuhan bentuk dan pola yang plastis dan melengkung tidak mendominasi bangunan, maka perlu dihadirkan bentuk-bentuk lugas sebagai penyeimbang, misalnya pola garis diagonal yang sederhana pada ventilasi kaca. Kecermatan kerja Wetmaes benar-benar terlihat pada ornamen pintu dan kaca ventilasi bangunan ini.
Bangunan
Simpangsche Societet ini memiliki karakteristik yang kuat dibanding beberapa bangunan
peninggalan kolonial yang lain. Secara detail, bangunan ini memiliki dua menara
yang berbentuk bulat. Berbeda dengan bentuk bangunan kolonial lain yang
memiliki menara simetris. Menara yang biasa disebut kubah pada bangunan ini terletak
terpisah.
Menara
pertama merupakan detail yang menjadi bagian yang menonjol, bahkan menjadi ciri
khas bangunan ini. Terletak tepat di tengah bangunan, sangat tepat dengan
bentuk lokasi site bangunan ini yang
berada di pojok jalan. Sedangkan menara kedua berada di dalam bangunan dan
tidak tampak dari luar. Dahulu atap bangunan yang dalamnya memiliki menara ini,
menggunakan material kaca. Setelah mengalami pemugaran, diganti dengan fiber glass. Kubah kedua ini berbentuk
prisma segi delapan, yang ditopang oleh tiang-tiang besi.
Balai
Pemuda pada masa pertempuran 10 November 1945 dijadikan sebagai markas besar
PRI (Pemuda Republik Indonesia), pusat organisasi pemuda. Di depan markas pusat
PRI ini berpuluh prajurit Jepang yang tidak bersenjata dapat diturunkan dari
bus yang mereka tumpang dan kemudian di sita.
Kini,
Simpangsche Societeit sudah berubah
menjadi Gedung Balai Pemuda semenjak tahun 1957. Bagi masyarakat Surabaya,
gedung ini adalah tempat yang tidak asing lagi, karena fungsinya sebagai tempat
penyelenggaraan berbagai acara yang berkaitan dengan kegiatan kepemudaan dan kesenian,
dan sekaligus digunakan sebagai Surabaya
Tourism Infromation Centre (Pusat Informasi Wisata Surabaya). *** [051113]
Kepustakaan:
- Dukut Imam Widodo, 2008, Hikajat Soerabaia Tempo Doeloe, Surabaya: Dukut Publishing
- Brosur Gedung Balai Pemuda yang ditempel di dinding depan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar