Kemolekan
Pulau Sumatera tak hanya diakui masyarakat Indonesia. Keindahan alam yang
terdapat di sisi barat Nusantara ini telah menjadi magnet bagi wisatawan
internasional. Di antaranya, sejumlah obyek seperti Danau Toba, Air Terjun
Sipiso-piso, dan Dataran Tinggi Berastagi, menjadikan Sumatera Utara berbeda
dengan daerah wisata lainnya.
Tak
hanya berhenti pada keindahan alamnya, decak kagum akan semakin terasa bila mau
mengulik Sumatera Utara lebih jauh lagi. Di sana akan dijumpai segudang atraksi
budaya yang menyimpan kenangan masa lalu, zaman kolonial .
Medan
yang menjadi ibu kota Sumatera Utara memegang peranan penting roda perekonomian
serta menyimpan sejumlah peninggalan bersejarah yang bernilai tinggi. Kota peninggalan
Sultan Deli ini dapat dibuktikan dengan keberadaan peninggalan yang masih
tersisa.
Perjalanan
sejarah kota ini masih jelas terpatri lewat beberapa bangunan lawas bekas
kolonial yang masih terawatt, seperti Balai Kota Medan yang dibangun pada 1908.
Balai ini merupakan pusat dari Kota Medan. Pada bangunan depannya terdapat jam
besar yang disumbangkan seorang kaya dan pengusaha sukses keturunan Tionghoa,
Tjong A Fie, pada 1913.
Di
tengah kota terdapat salah satu ruas jalan yang meninggalkan jejak peninggalan
masa lalu, Jalan A Yani. Di jalan tersebut berdiri sebuah bangunan besar dan
unik yang memiliki perpaduan budaya China, Eropa, dan Melayu. Tidak lain dan
tidak bukan, kediaman Tjong A Fie, sang pemilik rumah tersebut.
Selain
kediaman saudagar kaya, di jalan ini terdapat sebuah restoran yang masih kental
dengan nuansa tempo doeloe, Tip Top
Restaurant. Nasi goreng, gado-gado, steak, sup, hingga es krim tersedia di
restoran yang bercirikan kanopi merah di sisi depannya. Banyak kawula muda yang
memanjakan lidahnya denga bersantap di tempat ini. Tidak sedikit pula kaum
veteran yang tengah bernostalgia mengenang masa lalu dengan menikmati secangkir
kopi panas yang ditemani kue sus dan penganan lezat lainnya.
Aura
masa silam semakin terasa dengan mengunjungi salah satu bangunan heritage di pusat kota Medan, yaitu
Istana Maimun yang merupakan istana peninggalan Sultan Deli. Perpaduan gaya
Timur Tengah, Eropa, India, dan Melayu menciptakan hasil kreasi seni yang
mengagumkan.
Bangunan
ini ditopang tiang batu dan tiang kayu dengan lengkungan berbentuk lunas perahu
terbalik-yang banyak digunakan di Turki, India, dan Eropa, serta di bawahnya
berbentuk ladam kuda. Pada atap kubah terdapat ornamen bulan sabit yang
merupakan ciri khas kesenian Islam Timur Tengah dan India lainnya.
Di
lantai atas terdapat sebuah singgasana berbentuk empat dengan kubah sebagai
atapnya. Singgasana penuh warna ini dilengkapi lampu Kristal khas Eropa.
Goresan seni bermotif pada bidang-bidang segi empat dan segi delapan dapat
dilihat di bagian atas ruangan ini.
Dekat
dari istana terdapat Masjid Raya Al-Mashun, masjid megah yang merupakan masjid
kesultanan yang didirikan pada 1906 dan selesai pada 1909. Masjid yang
dirancang oleh seorang berkebangsaan Belanda ini memiliki model arsitektur unik,
berbentuk octagonal denga gaya klasik yang memiliki pengaruh dari Eropa, Moghul
India, dan Arab. Hingga kini masjid tersebut masih digunakan umat Muslim untuk
menjalankan ibadah.
Tempat
ibadah lainnya juga dapat ditemukan di pusat kota ini adalah Wihara Gunung
Timur, klenteng Tionghoa (Taoisme) yang dibangun pada 1930-an. Bangunan ini
terletak di Jalan Hang Tuah dan berada di sisi sungai Babura. Sementara itu, di
Kampung Madras atau yang dikenal dengan Kampung Keling berdiri Kuil Shri
Mariamman yang dibangun pada 1884 dan merupakan kuil Hindu tertua di Medan.
[BYU]
Sumber:
KOMPAS Edisi Sabtu, 23 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar