Desa
Kemamang merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Balen, Kabupaten
Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur. Letak
Geografis desa Kemamang berada di wilayah Timur Kabupaten Bojonegoro. Keseharian masyarakat Desa Kemamang adalah bercocok tanam, bertani , buruh tani,
peternak sapi dan peternak kambing, bangunan dan buruh
yang lainya. Mengingat keadaan wilayah desa Kemamang persawahan
80 persen dari luas Desa
Kemamang. Dilihat dari
topografi dan kontur tanah, Desa Kemamang secara umum berupa persawahan pada
ketinggian 14 meter di atas permukaan laut. Dengan suhu rata-rata 27 sampai
dengan 30o Celcius, dan curah hujan 2.000-3.000 mm.
Berdasarkan
data umum Desa Kemamang, jumlah penduduknya adalah 2.084 orang dengan jumlah 575
KK dengan luas wilayah 158,566 hektar.
Jarak
tempuh Desa Kemamang ke ibu kota Kecamatan Balen yaitu sekitar 3 kilometer.
Sedang jarak ke ibu kota Kabupaten Bojonegoro adalah sekitar 12 kilometer.
Secara
adminstratif, Desa Kemamang dibatasi oleh wilayah desa-desa tetangga. Di
sebelah utara berbatasan dengan Desa Suwaloh. Di sebelah barat berbatasan
dengan Desa Kabunan dan Desa Ngadiluhur. Di sisi selatan berbatasan dengan Desa
Sidobandung dan Desa Mayangkawis, sedangkan di sisi timur berbatasan dengan Desa
Bulu.
Dalam
Profil Desa Kemamang, Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro, yang disusun oleh
Tim Perumus Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Des) Tahun 2011 –
2015, tertulis atau terdengar cerita daerah pedesaan
yang subur, tumbuhan yang menghijau, di atas tanah yang datar ditumbuhi pohon
dan semak yang masih lebat, hiduplah sekelompok masyarakat rukun dan damai
meskipun penduduk dalam kehidupan primitif, Desa “Siti Rejo” orang
menyebutnya. Desa Siti Rejo merupakan pemekaran dari Desa Suwaloh dan sampai
saat ini letaknya berada di sebelah utara dari Desa Siti Rejo.
Desa Siti
Rejo, lama-kelamaan menjadi ramai dengan adanya pendatang yang ingin menetap
dan tinggal di desa itu. Tak kalah lagi, Desa Siti Rejo sudah terkenal di
kalangan penduduk atau desa sekitar bahkan terdengar sampai keluar kota
kabupaten. Konon, di desa ini dihuni sebangsa makhluk halus yang menyerupai
anak kecil mencari kepiting dan katak pada malam hari, anehnya dari kepala makhluk
ini keluar api yang menyala-nyala bagaikan obor. Makhluk ini menampakkan diri
pada malam hari dan berlokasi di sebelah selatan (sekitar lokasi tanah bengkok
Kepala Desa).
Dari hari ke
har,i cerita ini tersebar ke seluruh manca
desa. Banyak orang penasaran atas cerita ini, sehingga tidak sedikit orang
ingin membuktikannya. Karena kegemparan cerita ini sehingga beritanya terdengar
sampai ke telinga pejabat. Tak hayal lagi, para pejabat pada saat itu ingin
membuktikannya dengan disertai para para punggawa.
Waktu
menyaksikan sudah tiba, setelah habis magrib menjelang tengah malam rombongan
sudah tak sabar lagi terjun ke sawah, apa yang mereka lihat ? Mereka melihat
sendiri, beberapa anak kecil di ubun-ubun kepalanya keluar apinya bagai obor
sedang mencari makanan. Para punggawa
tidak percaya dengan pemandangan ini, merasa terancam dan takut atas kejadian
yang dilihatnya, akhirnya dilepaskan tembakan mengarah ke makhluk itu, anehnya
bukan malah hilang atau mati tetapi sebaliknya, makhluk (janggitan) itu berubah menjadi banyak sehingga memenuhi satu petak
sawah. Tidak percaya dengan kejadian yang dilihatnya setelah tembakan yang
pertama, punggawa merasa tidak puas
sehingga dilepaskan tembakan ke dua. Punggawa
terperanjat karena janggitan yang
memenuhi satu petak sawah bertambah menjadi banyak sekali dan tak terhitung.
Akhirnya di hamparan sawah yang gelap berubah menjadi terang oleh cahaya janggitan itu.
Setelah
kejadian itu Desa Siti Rejo makin termasyur namun bukan siti rejonya tetapi
kata janggitan (kemamang) yang identik dengan makhluk halus (hantu). Kepopuleran kemamang menenggelamkan nama Desa Siti
Rejo sehingga oleh para pejabat pada saat itu, Desa Siti Rejo diganti dengan
nama Desa Kemamang.
Adapun yang menjadi Kepala Desa pertama adalah Karyo Yudo
(sebelum 1927). ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar