Desa
Krisik merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Gandusari,
Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur. Dilihat dari topografi dan kontur tanah,
secara umum daerah ini berupa persawahan dan perbukitan yang berada pada
ketinggian antara 656 meter sampai dengan 718 meter di atas permukaan laut
dengan suhu rata-rata berkisar antara 17° sampai dengan 20° C.
Berdasarkan
data administrasi pemerintahan Desa Krisik tahun 2010, jumlah penduduknya
adalah 9.152 orang dengan jumlah 1.913 KK dengan luas wilayah sekitar 428,030
hektar. Sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani yang
didukung oleh lingkungan alam yang menopang pertanian.
Jarak
tempuh Desa Krisik ke ibu kota Kecamatan Gandusari yaitu sekitar 12 kilometer.
Sedang jarak ke ibu kota Kabupaten Blitar adalah sekitar 39 kilometer.
Secara
adminstratif, Desa Krisik dibatasi oleh wilayah desa-desa tetangga. Di sebelah
utara berbatasan dengan Desa Pagersari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang.
Di sebelah barat berbatasan dengan Desa Tulungrejo. Di sisi selatan berbatasan
dengan Desa Tulungrejo, sedangkan di sisi timur berbatasan dengan Desa Tegalasri,
Kecamatan Wlingi.
Dalam
Profil Desa Krisik, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, yang disusun oleh
Tim Perumus Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Des) Tahun 2010 –
2014, dikisahkan bahwa konon, wilayah Desa Krisik awalnya adalah hutan
belantara, alas gung lewang-lewung, jalmo
moro jalmo mati (bahasa Jawa) yang
artinya hutan belantara di mana orang yang datang akan mati karena sangat angker.
Mbah Sukoboyo yang terkenal dengan kesaktiannya, dengan bersenjatakan sebilah
keris memberanikan diri untuk memasuki hutan belantara tersebut.
Ternyata
Mbah Sukoboyo selamat, tidak meninggal karena memasuki hutan belantara
tersebut, kemudian Mbah Sukoboyo berinisiatif untuk menjadikan areal hutan
menjadi lahan yang dapat tempat tinggal dan bercocok tanam. Setelah hutan
tersebut dapat dihuni, maka berdatanganlah orang-orang untuk ikut bertempat
tinggal di lahan yang telah dijadikan pemukiman.
Mbah
Sukoboyo akhirnya wafat karena usia yang sudah uzur (konon usianya lebih dari
100 tahun ketika wafat) dan dimakamkan di sebuah bukit kecil di Desa Krisik.
Penduduk sangat menghormati dan menghargai jasa-jasa Mbah Sukoboyo yang telah
membabat hutan belantara menjadi sebuah desa. Penduduk juga sangat meyakini
bahwa sebilah keris yang dimiliki Mbah Sukoboyo itu masih ada keberadaannya
walaupun Mbah Sukoboyo sudah wafat, karena itu penduduk sering berkata “Kerise Isik” (dalam bahasa Jawa).
Kemudian karena adanya semangat pembaharuan, maka pada sekitar tahun 1875,
Djasari menamakan desa ini dengan nama Krisik (dari kata “Kerise Isik”), dan Djasari dipercaya penduduk untuk memimpin Desa
Krisik dan diangkat menjadi lurah (1875-1890). ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar