Desa
Tulakan merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Tulakan, Kabupaten
Pacitan, Provinsi Jawa Timur. Topografi ketinggian desa ini adalah berupa perbukitan
kapur. Berdasarkan keadaan geografis desa, curah hujan rata-rata mencapai 2.549
mm dan suhu rata 26°C.
Berdasarkan
data administrasi pemerintahan Desa Tulakan tahun 2010, jumlah penduduknya
adalah 3.959 orang dengan jumlah 1.187 KK dengan luas wilayah 496,51 hektar. Desa
Tulakan terdiri atas lima dusun, yaitu Dusun Krajan, Dusun Dlopo, Dusun
Gesingan, Dusun Sepang, dan Dusun Tembelang
Secara
adminstratif, Desa Tulakan dibatasi oleh
wilayah desa-desa tetangga. Di sebelah utara berbatasan dengan Desa Losari. Di
sebelah barat berbatasan dengan Desa Wonoanti. Di sisi selatan berbatasan
dengan Desa Bungur, sedangkan di sisi timur berbatasan dengan Desa Bungur.
Dalam
Profil Desa Tulakan, Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan diceriterakan bahwa alkisah
dari para sesepuh Desa Tulakan, pada
masa penjajahan Belanda dulu di wilayah Pacitan bagian timur (termasuk daerah
Tulakan dan sekitarnya) tak berbeda dengan daerah lainnya hampir semua
terjangkit wabah penyakit. Penyakit itu sukar disembuhkan. Bisa diibaratkan
pagi sakit siangnya mati, siang sakit sorenya mati, malam sakit paginya mati. Betapa
ganasnya penyakit yang menimpa masyarakat pada waktu itu. Berbagai usaha dari
beberapa tokoh masyarakat untuk mengobati penyakit ini tidak membawa hasil,
sehingga kemiskinan dan penderitaan masyarakat semakin merajalela. Dalam kondisi
seperti ini ada suatu keanehan, ada sekelompok penduduk yang tidak tertimpa
wabah, yakni penduduk yang tinggal ditepi sungai Tulakan.
Pada masa
kolonialis Belanda, Onderan Tulakan
(sekarang Kecamatan Tulakan) terbagi menjadi beberapa kademangan. Salah satunya
adalah Kademangan Tulakan. Wilayah Kademangan Tulakan ini masih sangat luas (bila
dibandingkan dengan wilayah desa-desa yang ada sekarang ini).
Sekitar
tahun 1850 M datanglah seorang pengembara dari Kraton Solo. Banyak hal yang
menjadi perhatian pengembara ini. Salah satunya adalah adanya kelompok
masyarakat yang terhindar dari wabah penyakit. Karena terhindarnya masyarakat
ditepi sungai Tulakan ini merupakan suatu yang aneh, maka pengembara tadi
berkata: “
Kanggo pangeling-eling daerah kang luput saka bebenduning Kang Murbeng Dumadi,
yaiku wiwit saka perengan wetan sadawaning pinggir kali iku, tumeka poporing
gunung kidul kae tak jenengake TULAKAN, mergo ditulak saka sakabehing bebendhu.
“
Berdasarkan
pernyataan pengembara dari Kraton Solo itu wilayah Kademangan Tulakan
dipersempit menjadi daerah di sepanjang tepi sungai Tulakan. Sejak itulah
wilayah Kademangan Tulakan ditetapkan meliputi sekitar tepi sungai yang
kemudian dalam perkembangannya disebut sebagai Desa Tulakan sebagaimana yang
ada sampai sekarang ini.
Adapun
yang menjadi Kepala Desa Tulakan pertama kalinya adalah Sarponen. Akan tetapi
periodisasi tidak ada catatan yang jelas. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar