Desa Tutul
merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Balung, Kabupaten Jember,
Provinsi Jawa Timur. Topografi ketinggian desa ini adalah berupa dataran
sedang, yaitu sekitar 30 meter di atas permukaan air laut. Berdasarkan data BPS
Kabupaten Jember tahun 2010, curah hujan rata-rata mencapai 1.257 mm dengan
suhu antara 28° - 37°C.
Berdasarkan
data administrasi pemerintahan Desa Tutul tahun 2010, jumlah penduduknya adalah
9.989 orang dengan jumlah 2.713 KK. Dilihat dari penyebaran etnis yang mendiami
Desa Tutul, terdapat suku Jawa, suku Madura, dan sebagian kecil suku yang
lainnya. Secara umum mata pencaharian masyarakat Desa Tutul dapat
teridentifikasi ke dalam beberapa sektor, yaitu pertanian, industri, jasa,
perdagangan, dan lain-lain. Akan tetapi, sebagian besar penduduknya masih bermatapencaharian
sebagai petani.
Jarak
tempuh Desa Tutul ke ibu kota Kecamatan Balung yaitu sekitar 3 kilometer.
Sedang jarak ke ibu kota Kabupaten Jember adalah sekitar 25 kilometer.
Secara
administratif, Desa Tutul dibatasi oleh wilayah desa-desa tetangga. Di sebelah
utara berbatasan dengan Desa Balung Lor, Desa Karang Semanding, dan Desa Karang
Duren. Di sebelah barat berbatasan dengan Desa Karang Semanding, dan Desa
Bagon, Kecamatan Puger. Di sisi selatan berbatasan dengan Desa Jambe Arum,
Kecamatan Puger, sedangkan di sisi timur berbatasan dengan Desa Balung Kulon
dan Desa Balung Lor.
Dalam Profil Desa Tutul, Kecamatan Balung, Kabupaten Jember, yang
disusun oleh Tim Perumus Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Des)
Tahun 2011 – 2015, dikisahkan bahwa Desa Tutul berdiri sekitar tahun 1842, dan
ketika itu, Desa Tutul masih merupakan hutan belantara. Pada saat itu, R.
AryoTarongso beserta adiknya yang bernama R. Suryo mulai melakukan penebangan
sejumlah pohon hutan (babat alas)
guna dijadikan tempat tinggal mereka bersama keluarganya.
Hingga 4 tahun bermukim di daerah tersebut, penghuni desa tersebut
masih sekitar 30 KK yang terdiri dari keturunan serta sanak keluarga R. Aryo
Tarongso. Pada waktu itu, desa hasil babat
alasnya sekitar 25 hektar.
Desa hasil babat alas
tersebut awalnya diberi nama Sukosari. Dalam bahasa Jawa, suko berarti senang atau gembira, dan sari berarti rukun. Jadi, harapannya dulu, desa baru yang mereka
usahakan tersebut kelak akan menyebabkan warganya senantiasa gembira dan rukun
tenteram.
Kemudian, sekitar tahun 1853 ketika di bawah kepemimpinan kepala
desa yang kedua pengganti R. Aryo Tarongso, yaitu Sarminten (1848-1859), mereka
mulai membabat alas kembali untuk
perluasan lahan karena semakin bertambah penduduknya. Saat membabat alas kali ini, mereka menjumpai
banyak harimau yang bernoktah hitam besar dan banyak. Masyarakat setempat
menyebutnya macam tutul. Sehingga,
akhirnya R. Aryo Tarongso yang ketika menjadi demang, mengganti nama Desa
Sukosari menjadi Desa Tutul, yang wilayah pemerintahannya meliputi pedukuhan
Karangsemanding, dan pedukuhan Karangduren. Namun sekarang, Desa Tutul terdiri
atas empat dusun, yaitu Dusun Maduran, Dusun Krajan, Dusun Kebon dan Dusun
Karuk. ***
sangat membantu saya dalam mengerjakan tugas kuliah sejarah saya. teimakasih
BalasHapus