Prasasti
Mātaji
merupakan satu dari empat prasasti yang ditemukan di Desa Bangle, Kecamatan
Lengkong, Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur. Prasasti in situ ini sekarang masih berada di tempat penemuannya di areal
hutan jati yang terletak di salah satu bukit yang oleh penduduk setempat
disebut Gunung Sili.
Prasasti
Mātaji
berangka tahun 973 Çaka atau 1051 M dengan menggunakan aksara dan bahasa Jawa
Kuno masa Airlangga dengan gaya penulisan berbeda berupa bentuk dasar persegi
tegak, tidak condong ke arah kanan, serta pada beberapa aksara masih dijumpai
kuncir yang dikenal pada masa Airlangga dan masih dipertahankan hingga masa
Kediri.
Prasasti
Mātaji
termasuk ke dalam prasasti berbentuk stele
dengan puncak lancip, seperti bentuk umum prasasti yang tersebar di Jawa Timur.
Prasasti ini terbuat dari batu gamping dengan tinggi 130 cm, lebar atas 105 cm
dan lebar bawah 92 cm, serta memiliki ketebalan 44 cm. Lebar puncaknya 67 cm
dan ketinggian dari bahu hingga dasar 84 cm dengan lebar bahu 38 cm.
Sebagaimana
umumnya prasasti batu, prasasti Mātaji hanya terdiri dari atas satu
batu, berbeda dengan prasasti yang dibuat dari emas, perak, atau tembaga yang
terdiri atas beberapa lempeng sehingga harus jelas jumlah dan urutan
lempengnya.
Prasasti
Mātaji
dikeluarkan oleh seorang raja yang bergelar Śrī Mahārajyetêndrakara Wuryyawīryya Parakramā
Bhakta dan Śrī
Mahārajyetêndra
Paladewa. Raja Jitêndra memberikan anugerah sīma gaňjaran
kepada penduduk desa Mātaji dengan perantaraan (sopana) Sang Hadyan dan disaksikan oleh para Tandha Rakryan riŋ
Pakirakiran. Anugerah ini diberikan kepada penduduk Desa Mātaji
karena mereka selalu menolong raja mengusir dan menumpas musuh-musuhnya hingga
habis. Sayang sekali informasi mengenai unsur-unsur lain yang umumnya dijumpai
dalam prasasti sīma
tidak diketahui pada prasasti ini karena tulisan yang sudah aus.
Berdasarkan
toponimi, desa Mātaji diduga merupakan desa yang terletak di daerah
perbatasan Kerajaan Jenggala dan Panjalu, sehingga di desa ini sering terjadi
peperangan antara kedua belah pihak. Prasasti Mātaji menyebutkan adanya
peperangan yang sering terjadi di desa Mātaji yang secara topografis terletak
di daerah pegunungan dan dataran perbukitan.
Panjalu
merupakan pecahan kerajaan Airlangga setelah dibagi dua dengan Kerajaan
Jenggala. Prasasti Mātaji merupakan prasasti pertama yang memuat informasi
mengenai keberadaan Kerajaan Panjalu setelah peristiwa pembagian kerajaan oleh
Airlangga. Prasasti ini juga menyebutkan berbagai informasi seperti unsur
birokrasi kerajaan, nama raja beserta gelar lengkapnya, serta peristiwa yang
kerap terjadi di Kerajaan Panjalu pada masa itu. ***
Kepustakaan:
Shalihah Sri Prabarani, 2009, Prasasti Mātaji: Sebuah
Kajian Data Sejarah, dalam Skripsi
Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas
Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar