Bogor
memang terkenal memiliki banyak peninggalan sejarah di bidang pertanian maupun
kehutanan. Banyak gedung peninggalan kolonial Belanda terkait hal itu terdapat
di Bogor. Salah satunya adalah Gedung Balai Penelitian Tanah.
Gedung ini
terletak di Jalan Ir. H. Juanda No. 98 Kelurahan Pamoyanan, Kecamatan Bogor
Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi bangunan gedung ini tepat
berada di depan Balai Besar Industri Agro (BBIA), atau bersebelahan dengan
Gedung Badan Planologi Kehutanan.
Gedung Balai
Penelitian Tanah ini dibangun pada tahun 1905. Dulunya, gedung ini bernama Laboratorium Voor Agrogeologie en Grond
Onderzoek, sebagai bagian dari Lands
Plantentuin atau yang kini kesohor dengan nama Kebun Raya Bogor.
Dalam perjalanannya,
gedung ini pernah berganti-ganti nama. Gedung ini sempat menjadi Bodemkundig Instituut hingga masa
pendudukan Jepang pada tahun 1942. Oleh Jepang, gedung tersebut diganti namanya
menjadi Dozyoobu. Namun, setelah
Indonesia merdeka, nama Bodemkundig Instituut
kembali digunakan.
Pada tahun 1950, nomenklatur Bodemkundig Instituut diganti menjadi Balai Peneyelidikan Tanah, dan pada tahun 1961 menjadi Lembaga Penyelidikan Tanah. Setahun kemudian, namanya berubah lagi menjadi Lembaga Penyelidikan Tanah dan Pemupukan, dan pada tahun 1976 diganti lagi menjadi Lembaga Penelitian Tanah, dan menjadi Pusat Penelitian Tanah pada tahun 1981.
Pada 29
September 1988, gedung ini juga pernah diresmikan berdirinya Museum Tanah yang
bekerjasama dengan International Soil
Reference and Information Centre (ISRIC) Wageningen Belanda.
Pada tahun 1990
mandat penelitian diperluas ke bidang agroklimatologi. Konsekuensinya, nama
institusi ini dirubah menjadi Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat
(Puslittanak). Setelah Otonomi Daerah, yakni pada tahun 2001 nama ini berubah
lagi menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat
(Puslitbangtanak). Pada tahun 2002 Puslitbangtanak mempunyai tiga balai
penelitian. Salah satunya adalah Balai Penelitian Tanah (Balittanah).
Balai Penelitian Tanah (Balittanah) bertugas
melakukan penelitian untuk menghasilkan teknologi dan informasi sumberdaya dan
pengelolaan tanah serta memberikan pelayanan dalam bidang analisis tanah, air,
tanaman, dan pupuk, pemetaan, analisis data penginderaan jauh (inderaja),
pelayanan basis data tabular dan spasial (menggunakan GIS), serta berbagai
pelayanan lain yang berhubungan dengan informasi dan teknologi pengelolaan
tanah. Sehingga, bangunan gedung ini boleh dibilang masih digunakan sebagai
balai penelitian yang sama seperti ketika gedung ini didirikan.
Gedung yang memiliki luas bangunan 544,5 m² di
atas lahan seluas 1.028 m² ini bergaya arsitektur kolonial Belanda, yang
ditandai dengan jendela-jendela tinggi yang masih asli berbentuk persegi
panjang dan terbuat dari kayu.
Pada bagian depan gedung, tepatnya di atas
pintu masuk utama terdapat tulisan angka tahun dibangunnya gedung ini, dan
sekaligus nama dari bangunan gedung ini. ***
[120514]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar