Ketika
Istana Bogor didirikan, keperluan akan tempat peribadatan umat Kristiani masih
harus pergi ke Batavia (kini menjadi Jakarta). Menyadari akan pentingnya kehadiran
bangunan untuk beribadat bagi umat Kristiani, semasa pemerintahan Gubernur
Jenderal Jan Jacob Rochussen dipikirkan untuk mendirikan sebuah kapel atau
gereja. Hal ini dimaksudkan agar keluarga Gubernur Jenderal beserta pejabat
Hindia Belanda lainnya yang setiap akhir pekan liburan ke Bogor bisa
melaksanakan ibadat tanpa harus ke Batavia.
Lalu,
dibangunlah sebuah gereja pertama di Buitenzorg (nama lawas Bogor) yang pemberkatannya dilakukan pada tanggal 13 April
1845. Gereja tersebut berada di antara Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor
(sekarang digunakan sebagai Kantor Pos). Gereja tersebut semula dimaksudkan
sebagai tempat beribadat umat Protestan dan Katholik secara bergiliran. Pada
tahun 1896, umat Katholik tidak lagi beribadat di gereja tersebut karena mereka
telah memiliki gereja sendiri, yaitu Gereja Katedral yang didirikan tidak jauh
dari gereja semula namun di luar lingkungan Istana Bogor.
Tak
mau kalah dengan umat Katholik, umat Protestan juga berusaha mendirikan gereja
untuk melaksanakan ibadatnya. Akhirnya, gereja Protestan mulai dibangun.
Pembangunannya dipimpin oleh Gubernur Jenderal ke-61, Johan Paul (JP) Graaf van
Limburg Stirum.
Gereja
ini terletak di Jalan Ir. H. Juanda No. 3 RT.01 RW.08 Kelurahan Paledang,
Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi gereja ini
masih berada di lingkungan Istana Bogor yang menghadap ke SMPN 1 Bogor, atau
sekitar 100 meter arah utara bangunan gereja lama yang sekarang menjadi Kantor Pos.
Batu
pertama pembangunan gereja ini diletakkan oleh van Limburg Stirum pada 30
Januari 1920. Di batu itu terukir petikan ayat Alkitab dari Mazmur 43:3 dalam
bahasa Belanda:
Zend Uw Licht en Uw Waarheid
Dat Die Mij Leiden
Dat Zij Mij Brengen
Tot Den Berg Uwer Heilgheid
En tot Uw Woningen
(Suruhlah terang-Mu dan kesetiaan-Mu datang, supaya akan dituntun dan dibawa ke gunung-Mu yang kudus dan ke tempat kediaman-Mu)
Awalnya,
gereja ini hanyalah untuk para Gubernur Jenderal maupun orang Eropa beribadat.
Karena itu, kebaktiannya pun menggunakan bahasa Belanda. Sehingga, acapkali
masyarakat menyebutnya sebagai Gereja Belanda. Sedangkan, jemaat yang non
Eropa, kebaktiannya menempati gereja lama sebelum akhirnya dipindahkan ke
Gereja Bethel di Jalan Jenderal Soedirman No. 44 Bogor, dengan menggunakan
pengantar bahasa Indonesia.
Bangunan
gereja ini kemudian dialihkan dari Belanda kepada Sinode GPIB pada tanggal 31
Oktober 1948 dengan nama Jemaat GPIB Bogor. Lalu, pada tahun 1985, nama gereja
ini berubah menjadi Jemaat GPIB Zebaoth.
Bangunan
gereja berdenah persegi empat dengan luas bangunan 867, 64 m² di atas lahas seluas 5.154,
24 m²
ini, memiliki menara di bagian depan bangunan yang dihiasi dengan patung ayam
dari besi di atasnya. Sehingga, dulu masyarakat juga ada yang menyebut gereja
ini dengan istilah “Hanekerk” atau
Gereja Ayam dikarenakan puncaknya terdapat patung ayam tersebut. Jendela-jendela
pada bangunan ini tinggi dengan berbagai bentuk seperti persegi panjang dan
persegi di bagian bawahnya kemudian di atasnya membentuk segitiga. Selain itu,
pintu utama gereja atasnya berbentuk setengah bulat dan bawahnya berbentuk
persegi.
Nama
Zebaoth pertama kali digunakan oleh Pendeta Mattimoe pada upacara paskah tahun
1963 yang sebelumnya lebih sering disebut dengan “Hanekerk”. Kata zebaoth
dalam bahasa Ibrani berarti “Allah Maha Agung yang berkuasa atas langi dan
bumi.”
Selain
sebagai tempat ibadah, Gereja Zebaoth juga melayani pengasuhan untuk anak-anak
yang bernama ‘Bina Harapan’ dan ‘Panti Werda’ untuk para lansia. Bahkan, gereja
ini memiliki sebuah klinik untuk pelayanan masyarakat. ***
[120514]
Gedung gereja Zebaoth dibangun bukan untuk menandingi Gedung gereja Kathedral namun berdasarkan adanya perubahan politik di Belanda. Nama asli gedung gereja ini adadalah: Koningin Wilhelminakerk.
BalasHapus