The Story of Indonesian Heritage

Prasasti Batutulis

Prasasti Batutulis berangka tahun 1455 Çaka atau 1533 M dengan candrasengkala panca pandawa ngemban bumi, ditulis dengan menggunakan aksara Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Prasasti ini dipahatkan pada batu andesit (upala praśasti) yang berbentuk segitiga pipih atau trapesium dengan ketinggian 151 cm, lebar dasar 145 cm dan ketebalan 12-14 cm.
Prasasti Batutulis merupakan peninggalan bersejarah di zaman Kerajaan Pajajaran. Prasasti ini dibuat oleh Prabu Surawisesa, putra Prabu Siliwangi dari istrinya yang bernama Kentring Manik, untuk memperingati wafatnya Prabu Siliwangi dan untuk memberitakan tentang keberhasilan Sri Baduga Maharaja dalam membangun daerahnya di seputar Pakuan Pajajaran.
Prasasti ini tergolong prasasti in situ, artinya sejak diketemukan dan hingga kini masih berada di tempat aslinya, yaitu di Jalan Batutulis No. 54 Kelurahan Batutulis, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi berada di sebelah utara SDN Batutulis 02 atau di depan Istana Batutulis.
Di depan batu Prasasti Batutulis yang besar, terdapat sebuah tengara batu tapak berukuran kecil dengan lekukan dua telapak kaki seukuran orang dewasa yang diduga milik Prabu Surawisesa, raja ke-2 dari Kerajaan Pakuan Pajajaran yang memerintah saat Prasasti Batutulis tersebut dibuat, dan sebuah batu berukuran lebih kecil lagi dengan lekukan lutut di atasnya.
Di kompleks situs Prasasti Batutulis  yang berukuran 17 x 15 meter ini, terdapat 15 buah prasasti peninggalan berbentuk batu. Enam buah batu di dalam cungkup, satu buah di luar cungkup, dua buah di serambi dan enam buah di halaman.

Alih aksara:
wangna pun ini sakakala, prebu ratu purane pun,
diwastu diya wingaran prebu guru dewataprana
di wastu diya wingaran sri baduga maharaja ratu haji di pakwan pajajaran seri sang ratu dewata
pun ya nu nyusuk na pakwan
diva anak rahyang dewa niskala sa(ng) sida mokta dimguna tiga i(n) cu rahyang niskala-niskala wastu ka(n) cana sa(ng) sida mokta ka nusalarang
ya siya ni nyiyan sakakala gugunungan ngabalay nyiyan samida, nyiyan sa(ng)h yang talaga rena mahawijaya, ya siya, o o i saka, panca pandawa e(m) ban bumi

Alih bahasa:
Semoga selamat, ini tanda peringatan Prabu Ratu almarhum
dinobatkan dia dengan nama Prabu Guru Dewataprana,
dinobatkan (lagi) dia dengan nama Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata.
dialah yang membuat parit (pertahanan) Pakuan
dia putera Rahiyang Dewa Niskala yang dipusarakan di Gunatiga, cucu Rahiyang Niskala Wastu Kancana yang dipusarakan ke Nusa Larang.
dialah yang membuat tanda peringatan berupa gunung-gunungan, membuat undakan untuk hutan Samida membuat Sahiyang Telaga Rena Mahawijaya (dibuat) dalam (tahun) Saka"Panca Pandawa Mengemban Bumi"
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami