Dalam
membangun Depok Lama pada abad ke-17, Cornelis Chastelein, telah memikirkan
betapa pentingnya peranan hutan lindung dalam keseimbangan ekosistem. Meskipun
pada waktu itu, Depok masih memiliki belantara yang luas, akan tetapi Chastelein
telah mengantisipasinya. Ia membeli tanah seluas 30 hektar untuk digunakan
sebagai hutan lindung yang mencakup wilayah dari Ratu Jaya, Rawa Geni hingga
Mampang, sementara di sebelah timurnya berbatasan dengan Parung Belimbing.
Ia
memahami arti pentingnya sebuah kawasan hutan yang perlu dijaga kelestariannya
dan kelak akan mendatangkan manfaat bagi masyarakatnya di kemudian hari. Karena
itu, Chastelein jauh-jauh hari telah mempersiapkan hutan Depok menjadi sebuah
kawasan hutan lindung dalam menjaga kelestarian dan keseimbangan ekosistem,
melarang masyarakat Depok menebang pohon-pohon di dalam kawasan tersebut, dan
tidak memperkenankan pembuatan ladang di dalamnya.
Pada waktu itu, di hutan ini masih dihuni oleh berbagai jenis flora dan fauna yang cukup lengkap. Pepohonan besar dan langka menjulang tinggi yang ada di kawasan itu, menjadi habitat yang digemari bagi berbagai jenis burung. Di hutan ini pula pernah hidup beraneka satwa seperti kijang (muntiacus muntjak), harimau Jawa (panther tigris sondaica), monyet (macaca fascicularis), kancil (tragulus javanicus), rusa (cervus timorensis) bangau putih (egrette bulbulus ibis), dan kelinci hutan (lorus microcellis).
Sedangkan,
beberapa jenis tanaman yang tercatat pernah ada di hutan ini, seperti kemiri (aleuritas molluccana), nyamplung (calophyllum iniphyllum), aren (arenga pinanta merr.), rotan (calamus sp.), senggani (melastoma malabhatrium), ketapang (terminalis catappa), beberapa jenis
palem-paleman seperti palem waregu (rhapis
exelsa), sengon (albasia chenensis),
bambu (giganthocloa apus), kina (chitana succiruba), jati (tectana arandim), damar (agathis dammara), ketapang cina (cassia alata), manggis (gracinia manggostana), karet (ficus elastic), jamblang (eugenia cumini), pule (alstonia scholaris), randu alas (bombax malabaricum), buni (antidesma bunius), beringin (ficus benyamina l), puspa (schima wallichi), rengas, grenuk, dan
masih banyak lagi.
Koleksi
jenis tanaman obat di hutan ini cukup bervariasi. Kala itu, ada sekitar 40.000
tanaman obat yang menghuni hutan ini.
Seiring berkembangnya Depok Lama, timbul kekhawatiran akan menyusutnya luas hutan tersebut, maka hutan yang masih tersisa oleh Nederlands Indische Vereniging Tot Natuur Berscherming (Perhimpunan Perlindungan Hutan Alam Hindia Belanda) bekerja sama dengan Gemeente (Kota Praja) Depok ditetapkan sebagai cagar alam (natuur reservaat), dan menjadi cagar alam pertama di Hindia Belanda. Hal ini diperkuat lagi dengan diresmikannya hutan tersebut pada tanggal 31 Maret 1913 oleh Gubernur Jenderal A.W.F. Idenburg sebagai natuur monument.
Penetapan
hutan ini menjadi cagar alam tidak saja karena semakin menipisnya kawasan hutan
asli di Depok pada waktu itu, namun juga karena hutan ini memiliki
keanekaragaman hayati yang tinggi serta dapat berfungsi menjadi resapan air.
Kini,
cagar alam ini tinggal menyisakan 6 hektar saja, dan di sekelilingnya telah
dihimpit oleh pemukiman penduduk yang sangat padat di Jalan Cagar Alam, Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. Cagar alam itu pun telah
berubah statusnya menjadi Taman Hutan Raya (Tahura) Depok yang tertuang dalam Surat
Keputusan (SK) Menteri Kehutanan Nomor 2/76/KPPS/1999.
Bila
ditinjau dari sisi kesejarahannya, Taman Hutan Raya Depok ini memiliki
keunggulan bila dibandingkan dengan Kebun Raya Bogor. Pembangunan Kebun Raya
Bogor dimaksudkan untuk menghutankan kembali dengan mengumpulkan pohon langka (forest) sedangkan Taman Hutan Raya Depok
mewujudkan asli hutan belantara (jungle).
Sayangnya
tidak bernasib sama dengan Kebun Raya Bogor, Taman Hutan Raya Depok terkesan
kurang terawat. Seandainya kawasan Taman Hutan Raya Depok ini ditata sedemikian
rupa seperti di Kebun Raya Bogor, kemungkinan besar pamornya akan muncul
kembali. Implikasinya selain menjadi pusat perhatian para pecinta botani dari
berbagai daerah maupun negara lain, juga akan nyaman menjadi tujuan wisata andalan
di Kota Depok. *** [160514]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar