Indonesia
ditinjau dari segi iklim memiliki iklim yang kisaran yang besar, sehingga
memungkinkan tingginya keanekaragaman tumbuhan yang hidup di kawasan ini.
Selain itu, Indonesia juga dihuni lebih dari 500 entri atau lema. Lema-lema itu
sendiri bervariasi dalam kategori suku bangsa, sub suku bangsa, kelompok sosial
yang khas, komunitas yang mendiami suatu pulau kecil, dan sebagainya. Tiap lema
itu memiliki kebudayaan yang berbeda sesuai dengan adat dan tatanan yang
berlaku antara lain dalam memanfaatkan sumber daya alam di sekitarnya.
Pesatnya
perkembangan teknologi modern memungkinkan mudahnya hubungan antar pulau di
Indonesia, bahkan antar Negara di dunia. Teknologi modern ini sering kali dapat
mempengaruhi kehidupan dan kebudayaan suku bangsa di Indonesia. Sebagai
akibatnya pengetahuan tradisional tentang tumbuhan mengalami erosi, sehingga
dirasakan perlu untuk mempelajari serta mendokumentasikan yang masih
tertinggal. Oleh karena itu, didirikanlah Museum Etnobotani Indonesia.
Museum Etnobotani Indonesia terletak di Jalan Ir. H. Juanda No. 22-24 Kelurahan Paledang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi museum ini berada satu kompleks dengan Herbarium Bogoriense, atau tepatnya berada di sebelah selatan Perpustakaan Pusat milik LIPI (Bibiliotheca Bogoriensis).
Gagasan
pendirian museum ini mula-mula dicetuskan oleh Prof. Sarwono Prawirohardjo yang
ketika itu menjabat sebagai ketua LIPI, bertepatan dengan peletakan batu
pertama pembangunan gedung baru Herbarium pada tahun 1962. Tetapi gagasan
tersebut baru mulai dipikirkan serta dimanfaatkan kembali ketika Dr. Setijati
Sastrapradja memegang jabatan Direktur LBN (Lembaga Biologi Nasional) pada
tahun 1973. Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya museum tersebut dapat
terwujud dan diresmikan pada tanggal 18 Mei 1982 oleh Menristek Prof. Dr. Ing.
B.J. Habibie, dengan tema Museum Etnobotani Indonesia, yaitu: “Pemanfaatan
Tumbuhan Indonesia”.
Penamaan
museum ini didasarkan kepada cabang keilmuan dalam bidang biologi yang
berhubungan dengan tanaman, yaitu etnobotani. Etnobotani adalah cabang ilmu
tumbuh-tumbuhan yang mempelajari hubungan antara suku-suku asli suatu daerah
dengan tumbuhan yang ada di sekitarnya. Istilah etnobotani pertama kali
diperkenalkan oleh seorang antropologi Amerika yang bernama Harsbeger pada
tahun 1895.
Dari aspek botani, etnobotani dapat member bantuan dalam penentuan asal mula suatu tumbuhan, penyebaran, penggalian potensi tumbuhan sebagai sumber kebutuhan hidup, makna dan arti tumbuhan dalam kebudayaan serta tanggapan masyarakat setempat terhadap suatu suatu jenis tumbuhan.
Bangunan
yang digunakan untuk museum ini berlantai empat dengan memiliki luas bangunan
1.463 m²
dan berdenar persegi. Dari tampak depan tiap lantai bangunan terdapat jendela-jendela
berbentuk persegi panjang dan atap bangunan datar.
Lokasi
ruang pameran sebelum diisi dengan artefak yang menjadi koleksi museum ini,
dulunya adalah ruangan koleksi batu mineral yang sekarang berada di Museum
Geologi Bandung. Letak ruang pameran museum ini berada di lantai dasar gedung Herbarium Bogoriense atau Bidang Botani
Pusat Penelitian Biologi LIPI.
Koleksi Museum Etnobotani Indonesia
Koleksi Museum Etnobotani Indonesia saat ini
berjumlah 1.700 nomor, berasal dari seluruh Nusantara. Mulai dari Aceh hingga
Papua. Artefak dalam etnobotani ini dipamerkan berdasarkan jenis tumbuhan dan
pemanfaatannya, bukan berdasarkan suku bangsa yang memanfaatkannya.
Adapun
koleksi yang dipamerkan antara lain terdiri dari koleksi kayu, pemanfaatan
rotan, bambu, aren, labu, koleksi basah, tanaman obat, alat rumah tangga, alat
berburu, permainan anak, dan masih banyak lagi yang lainnya. *** [140514]
Kepustakaan:
Brosur Museum
Etnobotani Indonesia: Temukan Inspirasi Melalui Kearifan Budaya Lokal, yang
diterbitkan oleh Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar