Tidak
semua kota atau daerah berkesempatan memiliki kebun binatang, akan tetapi
Surabaya masih beruntung bisa memilikinya. Bahkan, Kebun Binatang Surabaya
(KBS) tergolong sebagai kebun bintang yang lumayan lengkap.
KBS
terletak di Jalan Setail No. 1 Kelurahan Kutisari, Kecamatan Tenggilis Mejoyo,
Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Lokasi KBS ini terletak di jalur
transportasi kota yang hidup dan dinamis, sehingga bila ingin menemukan lokasi
tersebut sangatlah mudah karena tepat berada di simpul empat jalan protokol,
yaitu Jalan Raya Wonokromo, Joyoboyo, Darmo, dan Diponegoro. Hanya sekitar 200
meter jaraknya menuju Sub Terminal Joyoboyo, atau beberapa menit saja berjalan
kaki menuju ke Stasiun Wonokromo.
Sebagai
kawasan konservasi flora dan fauna, menjadikan KBS sebagai hutan kota (urban forest) dengan struktur tanah
berupa lapisan aluvial, di mana ribuan kubik oksigen diproduksi sepanjang tahun
yang memberi manfaat bagi kehidupan warga Kota Surabaya. Curah hujan di KBS ini
rata-rata adalah 127 mm³/ml yang berada di ketinggian 3-6 meter di atas permukaan
laut. Suhu udara rata-rata pertahun adalah 27,6ᵒ C dengan kelembaban berkisar 74 %.
Berdasarkan
catatan historis yang ada, KBS didirikan dengan nama Soerabaiasche Planten-en Dierentuin (Kebun Botani dan Binatang
Surabaya) atas jasa H.F.K. Kommer berdasar Surat Keputusan (SK) Gubernur
Jenderal Belanda Nomor 40 tanggal 31 Agustus 1916. Kommer adalah seorang
jurnalis berkebangsaan Belanda yang memiliki hobi mengoleksi binatang langka.
Dalam mewujudkan KBS ini, Kommer mendapat bantuan financial dari beberapa orang yang mempunyai modal yang cukup. Awalnya, lokasi KBS berada di daerah Kaliondo pada tahun 1916, kemudian pada tanggal 28 September 1917 dipindahkan ke Jalan Tamarindelan, Groedo (kini Jalan Pandegiling). Lalu, pada tahun 1920 pindah ke daerah Darmo (lokasi KBS sekarang) untuk areal kebun binatang yang baru atas jasa Oost Java Stoomtram Maatschappij (OJS) atau perusahaan maskapai kereta api yang mengusahakan lokasi seluas 8 hektar di dekat Stasiun Trem Wonokromo.
Seiring
perkembangan itu juga, KBS ini juga pernah mengalami pasang surut dalam
pengelolaannya dan sempat akan dibubarkan oleh pengurusnya yang diketuai oleh
J.P. Mooyman, akan tetapi segera dicegah oleh Gemeente (Pemerintah Kotamadya) Surabaya pada waktu itu.
Walikota
Dijkerman bersama anggota dewan, A. van Genrep berhasil membujuk Dewan Kota
Surabaya untuk sudi menyelamatkan KBS. Akhirnya, Dewan Kota Surabaya berkenan
untuk membeli tanah sumbangan dari OJS, perusahaan maskapai kereta uap, dan
ditunjuk W.A. Hompes untuk menggantikan Mooyman dalam mengurus segala aktivitas
kebun binatang sebagai pimpinannya.
Setelah
Indonesia merdeka, kebun binatang tersebut dinasionalisasi dan tetap
dipergunakan sebagai kebun binatang. Namun, dalam perkembangannya KBS ini
berubah fungsinya dari tahun ke tahun. KBS yang dahulunya hanya sekadar sebagai
tempat rekreasi telah dikembangkan fungsinya menjadi sarana perlindungan dan
pelestarian, pendidikan, penelitian dan rekreasi.
KBS
yang sejak tahun 1939 mempnyai luas lahan 15 hektar ini, memiliki 351 spesies
satwa yang berjulah sekitar 2.500 hewan dari berbagai jenis, mulai dari mamalia,
aves, pisces maupun reptil. ***
[190114]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar