Keberadaan
Kampung Kauman terkait erat dengan pembangunan Masjid Agung yang didirikan oleh
Paku Buwana II usai Geger Pecinan di Kartasura. Wilayah Kauman bermula dari
adanya Kawedanan Yogiswara/Kapengulon
yang tugasnya mengurusi keagamaan dan kemakmuran Masjid Agung, di mana
pengelolanya para ulama yang bertempat tinggal mendekati Masjid Agung. Gugusan
tempat tinggal para kaum/ulama biasa
disebut dengan Kampung Kauman.
Sebagai
perkampungan tua, Kauman memiliki banyak bangunan kuno dengan peninggalan
sejarah yang tinggi nilainya, di antaranya adalah Masjid Sememen.
Masjid Sememen terletak di Jalan Trisula 6 No. 1 Kampung Sememen, Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi masjid ini berada di sebelah barat sekolah NDM (Nahdlatul Muslimat).
Awalnya,
masjid ini merupakan langgar atau mushalla yang terdapat di daerah Kauman
yang dibangun pada tahun 1890 oleh Ketib atau Khotib Sememi, dan kemudian
diwakafkan kepada umat Islam. Langgar
ini baru diresmikan sebagai masjid pada hari Jumat, 29 Agustus 2003 yang
bertepatan dengan 1 Rajab 1424 H setelah dilakukan renovasi. Ketib Sememi
adalah seorang penghulu agama yang bergelar Kanjeng Kiai Penghulu (KKP) Tafsir
Anom yang makamnya berada di Pajang, satu kompleks dengan makam para penghulu
lain dari Kauman.
Kampung
Sememen yang merupakan nama kampung di wilayah Kauman adalah toponim pemberian
dari Susuhunan (sebutan untuk Raja
Surakarta) berdasarkan aktivitas masyarakatnya di mana di kampung tersebut
sebagai tempat tinggal ulama Sememi dan sekaligus sebagai tempat berdirinya
Masjid Sememen.
Bangunan masjid ini berarsitektur Indies Jawa Klasik di mana gaya arsitekturanya merupakan perpaduan antara gaya Eropa abad pertengahan dengan gaya Jawa yang berornamen kayu ukiran. Di sebelah utara dari bangunan utama masjid terdapat menara adzan yang menyerupai Panggung Sanggabuana yang ada di Kraton Surakarta. Berbentuk heksagonal yang memiliki arti arah mata angin dan empat unsur alam, yakni air, angin, api, dan tanah.
Dilihat
dari segi ukurannya, bangunan masjid ini tergolong kecil, dan tidak memiliki
halaman sama sekali. Maka, dari Jalan Trisula 6 langsung menuju ke serambi
masjid yang berada di bagian paling depan diberi pagar teralis besi. Dari
serambi depan, langsung dihubungkan ke ruang utama masjid melalui pintu
sebanyak tiga buah. Sedangkan, di sebelah kanan dan kiri ruang utama masjid
terdapat pintu besar dan beberapa jendela besar yang dipasangi teralis besi.
Masjid
yang tergolong tua nan eksotis ini merupakan heritage yang menyisakan jejak masa lalu yang perlu dilestarikan. *** [270714]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar