Menuju
Stasiun Solo Balapan dari arah Monumen Pers, terlihat sebuah bangunan masjid
yang khas. Atap bangunan masjid beratap warna hijau bersusun tiga dengan puncak
mustaka berbentuk bulatan-bulatan meruncing ke atas. Masjid tersebut dikenal
dengan sebutan Masjid Sholihin.
Masjid
Sholihin terletak di Jalan Gajah Mada No. 97 Kelurahan Punggawan, Kecamatan
Banjarsari, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi masjid ini tepat
berada di pojok barat daya lampu merah pertemuan antara Jalan Gajah Mada dengan
Jalan Raden Mas Said.
Menurut
prasasti beraksara dan berbahasa Jawa yang terpasang di pintu kedua menuju
ruang utama masjid, disebutkan bahwa Masjid Sholihin dibangun oleh R. Ngt T.
Prawirodirdjo yang diresmikan beliau sendiri pada hari Kamis Kliwon tanggal 16
Jumadilawal Jimmawal 1885 atau bertepatan dengan tanggal 21 Januari 1954.
Kemudian masjid ini langsung diwakafkan untuk keperluan Islam dan kaum muslimin
untuk selama-lamanya.
Sebelum pembangunan Masjid Sholihin dilaksanakan, terlebih dahulu telah dipasang pondasi dari masjid, serambi, dan pelampahan. Setelah itu mengalir bantuan dari para muslimin dan muslimat berupa pasir, batu gamping, kayu, dan lain-lain. Sedangkan, selaku orang yang bertanggung jawab dalam proses pembangunan masjid secara utuh dilakukan oleh R. Ng. Tjondrodiprodjo dan yang mengerjakan adalah R. Sutedjo. Pada waktu, masjid ini dibangun, yang menjadi Ketua Pengurus Masjid Sholihin adalah R. H. Muhammad Adnan.
Dilihat
dari ukurannya, Masjid Sholihin tidaklah begitu besar atau luas, akan tetapi
memiliki tampilan gaya bangunan yang menawan. Mengadopsi dari arsitektur
bangunan masjid kuno Jawa pada umumnya, masjid ini memiliki atap bergaya
arsitektur tajug tumpang tiga. Atap
tumpuk berbentuk piramida yang menutupi ruangan dalam masjid ini sebenarnya
tidaklah lazim digunakan pada bangunan-bangunan yang bercirikan seni Islam
sebagaimana yang biasa dijumpai di negara-negara yang juga mayoritas
penduduknya beragama Islam seperti Arab Saudi, Turki, Iran, Mesir, Maroko, dan Syiria,
di mana kubah menjadi pilihan utama sebagai penutup ruang utama bangunan
masjid. Di sinilah letak keunikan dari Masjid Sholihin ini yang pada akhirnya
menjadi corak arsitektur masjid Jawa pada umumnya.
Model tajug tumpang tiga pada atap bangunan masjid ini, konon melambangkan tingkatan-tingkatan dalam ajaran tasawwuf, yaitu syari’at, thariqat, dan ma’rifat. Kemudian puncak mustaka berbentuk bulatan-bulatan yang meruncing ke atas menujukkan tingkatan keempat atau tingkatan yang tertinggi, yaitu haqqiqat.
Menilik
dari usia, bangunan Masjid Sholihin tergolong sebagai masjid kuno yang ada di
Kota Solo yang masih berdiri dengan kokoh di lokasi yang strategis, dan sudah
layak sebagai peninggalan budaya (heritage)
*** [270714]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar