Menyusuri
Pelabuhan Labuha di Pulau Bacan menjadi aktivitas yang menyenangkan. Tidak
sekadar menyaksikan kegiatan bongkar muat kapal yang membawa ikan tapi juga
bisa merasakan segarnya tiupan angin yang berasal dari Selat Bacan maupun Selat
Herberg. Tidak jauh dari pelabuhan tersebut menuju ke arah barat, Anda akan
bisa melihat sebuah bangunan beratap hijau yang khas kolonial. Bangunan
tersebut merupakan kedaton atau kraton dari Kesultanan yang menjadi bangunan
terakhir yang ditinggali oleh Sultan Bacan. Bangunan kraton yang sekarang ini
sekilas menyerupai rumah tinggal biasa. Akan tetapi, bila diperhatikan lebih
seksama lagi, gaya arsitekturnya masih menunjukkan ciri-ciri arsitektur gaya
kolonial kuno pada bagian atap dan jendela-jendela yang ada.
Kedaton
atau Kraton Sultan Bacan ini terletak di Jalan Oesman Syah RT.03 RW.07
Kelurahan Amasing Kota, Kecamatan Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan. Lokasi
kedaton ini berada sekitar 100 meter dari Masjid Kesultanan Bacan.
Menurut Hikayat Bacan, yang dipublikasikan pada 1923 oleh W. Ph. Coolhaas dalam Tijdschrift van het Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschap (jilid LXIII, penerbitan kedua), disebutkan bahwa pada zaman dahulu kala pulau Ternate, Tidore, Moti, Makian, dan Bacan menyatu dalam satu semenanjung, yang dinamakan Tanah Gapi. Kemudian datanglah seorang saudagar sekaligus pendakwah dari Jazirah Arab yang bernama Jafar Sadek ke Tanah Gapi. Jafar Sadek mempunyai empat orang anak laki-laki dan empat orang anak perempuan. Ketika anak-anaknya telah menginjak dewasa, Jafar Sadek berdoa kepada Allah SWT agar anak-anaknya kelak dijadikan raja di tempat yang berlainan, dan setelah itu terdengar guntur, kilat, hujan dan angin ribut di malam yang gelap gulita. Akibatnya, Tanah Gapi terpecah menjadi pulau-pulau. Anak lelaki pertama, Buka, kemudian bertolak ke Makian dan menjadi cikal bakal Kerajaan Bacan. Anak lelaki kedua, Darajat, bertolak ke Moti dan menjadi cikal bakal Kerajaan Jailolo. Anak lelaki ketiga, Sahajat, pergi ke Tidore dan menjadi cikal bakal Kerajaan Tidore. Anak lelaki keempat, Mashur Malamo, berlayar ke Ternate dan menjadi cikal bakal Kerajaan Ternate, sedangkan keempat anak perempuannya pergi ke Banggai dan bermukim di sana. Kesultanan Bacan merupakan salah satu dari empat Kesultanan Moloku Kie Raha (Kesultanan Empat Gunung di Maluku) yang ada di Maluku Utara.
Kedudukan
awal Kerajaan Bacan bermula di Makian Timur, kemudian dipindahkan ke Kasiruta
lantaran ancaman gunung berapi Kie Besi.
Kebanyakan rakyat Bacan adalah orang Makian yang ikut dalam evakuasi bersama
rajanya. Diperkirakan, Kerajaan Bacan didirikan pada tahun 1322. Tidak jelas
bagaimana proses pembentukannya tetapi bisa ditaksir sama dengan
kerajaan-kerajaan lainnya di Maluku, yakni bermula dari pemukiman yang kemudian
membesar dan tumbuh menjadi kerajaan.
Raja pertama Bacan, menurut hikayat tersebut adalah Said Muhammad Bakir, atau Said Husin, yang berkuasa di Gunung Makian dengan gelar Maharaja Yang Bertahta Kerajaan Moloku Astana Bacan, Negeri Komala Besi Limau Dolik. Raja pertama ini berkuasa selama 10 tahun, dan meninggal di Makian. Pada 1343, bertahta di Kerajaan Bacan Kolano Sida Hasan. Dengan bekerja sama dengan Tidore, Sida Hasan berhasil merebut kembali Pulau Makian dan beberapa desa di sekitar Pulau Bacan dari tangan Raja Ternate, Tulu Malamo.
Hikayat
Bacan juga menyebutkan bahwa Sida Hasan naik tahta menggantikan ayahnya
Muhammad Hasan. Pada masa Sida Hasan inilah terjadi evakuasi ke Bacan.
Orang-orang Makian yang dievakuasi ke Bacan menempati kawasan Dolik, Talimau
dan Imbu-imbu. Raja yang berkuasa setelah itu adalah Zainal Abidin. Sayangnya,
hikayat ini tidak menjelaskan kapan Sida Hasan maupun Zainal Abidin berkuasa.
Kemungkinan besar keberadaan raja atau raja-raja tertentu sebagai mata rantai
yang hilang antara masa Sida Hasan dan Zainal Abidin, karena Sida Hasan
dikabarkan bertahta pada 1343, sementara Zainal Abidin pada 1522.
Bacan,
dalam bahasa setempat memiliki arti harfiah membaca. Membaca di sini dimaknai
dengan memasukkan sesuatu, atau usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk
memasukkan sesuatu ke dalam otaknya untuk menjadi pengetahuan. Makna tersebut
tidak bisa dilepaskan juga dengan tugas dan fungsi Sultan Bacan kala itu.
Kesultanan
Bacan dalam Kesultanan Moloku Kie Raha
memiliki peranan penting sebagai pemasok bahan-bahan pangan untuk seluruh
wilayah Maluku Utara. Pada masa kejayaannya dulu, wilayah kekuasaan Kesultanan
Bacan tergolong cukup luas, yaitu dari sebagian daerah di Sulawesi bagian
utara, Filipina bagian selatan hingga ke wilayah Papua sebelah barat. Tidak
hanya itu, Pulau Bacan yang menjadi pusat Kesultanan Bacan memiliki kekayaan
hasil alam yang diminati dunia internasional pada waktu itu berupa
rempah-rempah, seperti cengkeh dan pala. Tak heran kalau bangsa Portugis
sebelum mengunjungi kawasan Maluku dengan Kepulauan Rempah-Rempah (as Ilhas de Crafo).
Pengaruh
bangsa Eropa pertama di Pulau Bacan diawali dengan kedatangan bangsa Portugis
untuk mencari rempah-rempah yang menjadi komoditas yang memiliki nilai ekonomis
yang tinggi di pasar Eropa kala itu. Bermula dari inilah akhirnya Pulau Bacan
secara silih berganti menjadi koloni sejumlah negara dari Eropa, seperti
Portugis, Spanyol, dan terakhir Belanda. Perebutan monopoli akan rempah-rempah
tersebut, pada tahun 1889 sistem monarki Kesultanan Bacan diganti dengan sistem
ke pemerintahan di bawah kontrol Hindia Belanda. *** [141014]
Kepustakaan:
https://www.academia.edu/4487710/Sejarah_Kepulauan_Rempah_Rempah
http://id.wikipedia.org/wiki/Hikayat_Bacan
ooo.. ini kedatonnya ya. langsung bookmark ah.
BalasHapustahukah anda, saat ini indonesia sedang demam batu, tak ketinggalan batu kecubung asihan yang dicari banyak orang, konon batu kecubung tersebut memiliki khasiat batu kecubung yang ampuh untuk menaklukkan lawan jenis atau ingin mendapatkan pasangan idaman, jika anda juga ingin mendapatkannya klik DISINI>> kecubung asihan