Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Wiyasa merupakan salah satu SMK Swasta yang ada di Kota
Magelang. SMK ini memfokuskan pada bidang keahlian pariwisata dengan program
keahlian: akomodasi perhotelan dan usaha jasa pariwisata.
Bangunan
SMK ini akan senantiasa menarik perhatian bagi yang melintas di depannya.
Karena bentuk bangunannya yang menarik dari segi arsitekturnya. Kesan kuno
begitu menonjol bila dibandingkan dengan bangunan yang ada di jalur itu.
Awalnya,
gedung SMK Wiyasa ini merupakan gedung Hollandsche
Chineesche School (HCS) yang dibuka pada 2 September 1913. HCS ini
didirikan, lantaran adanya kekhawatiran Pemerintah Hindia Belanda terhadap
gerakan Tionghoa di Magelang. Kekhawatiran itu timbul karena masyarakat
Tionghoa kala itu telah mendirikan sekolah khusus orang Tionghoa yang dikenal
dengan Tiong Hoa Hwee Koan (THHK)
atau Rumah Perkumpulah Tionghoa di Nanggoelan atau Pawirokoesoeman Koelon
(sekarang menjadi Jalan Medang).
SMK Wiyasa dibangun pada masa Hindia Belanda, sehingga bangunannya mendapat pengaruh dari gaya arsitektur yang berkembang di Belanda juga. Namun bangunan kolonial yang ada di Indonesia berbeda dengan bangunan di Belanda pada masanya. SMK Wiyasa pada waktu dibangun mendapat pengaruh arsitektur Modern Fungsional dengan elemen Art Deco. Arsitektur Modern Fungsional pada waktu itu sedang berkembang (1910-1940), gaya arsitektur ini lebih diminati para arsitek yang berada di Hindia Belanda karena lebih mengutamakan fungsi, keindahan timbul semata-mata oleh adanya fungsi dari elemen-elemen bangunannya. Aspek keindahan tidak lagi dikaitkan dengan adanya dekor atau ornamen dan bagian-bagian bangunan yang semata-mata untuk memperindah bangunan seperti misalnya menara-menara tinggi, oranamen, patung, dan lain-lain yang tidak memiliki fungsi. Bentuk pelengkung banyak digunakan pada bangunan arsitektur Kolonial, terutama pada arsitektur Modern.
Pada
saat Jepang menganeksasi Hindia Belanda, pasukan Jepang di bawah pimpinan
Matsumoto berhasil menguasai Magelang pada 6 Maret 1942. Jepang masuk ke
Magelang melalui Yogyakarta, tidak seperti perkiraan Belanda yang mengira
Jepang akan datang dari arah Semarang.
Ketika
menduduki Magelang, Jepang menjadikan gedung HCS sebagai Markas Kempetai (satuan polisi militer Jepang
yang ditempatkan di seluruh daerah jajahan Jepang). Markas ini pernah menjadi
tempat untuk menyelesaikan masalah pencopotan bendera Merah Putih yang dipasang
di tembok Hotel Nikita, yang biasa disebut “Insiden Hotel Nikita”. Tetapi
pembicaraan itu tidak menemukan kesepakatan. Mereka kemudian berbondong-bondong
menuju markas Nakamura Butai, yang merupakan komandan pasukan Jepang, untuk
membicarakan masalah kemerdekaan itu. Tetapi, tidak ada keputusan yang
dihasilkan dan semakin membuat kecewa para pemuda yang berkumpul itu.
Pada 25 September 1945 pagi hari, sedang diadakan upacara bendera di Gunung Tidar. Tetapi, selagi upacara mendekati akhirnya, terdengar suara tembakan dari arah Gedung Kempetai. Tidak lama kemudian rakyat menyerbu Gedung Kempetai dengan menggunakan senjata seadanya. Pasukan Jepang sendiri kemudian menembaki orang-orang yang menyerbu itu. Jatuhlah korban 11 orang dan 4 orang di antaranya gugur dalam pertempuran itu, yaitu Kusni, Slamet, Samad Sastrodimedjo, dan Djajus. Untuk mengenang kejadian kepahlawanan itu kemudian dibangun tugu atau monumen di dekat Gunung Tidar. Monumen tersebut didirikan tepat di seberang gedung ini.
Setelah
Jepang hengkang dari Magelang, bekas Gedung Kempetai
tersebut beberapa tahun kemudian kembali menjadi tempat proses belajar lagi,
yaitu menjadi Sekolah Kepandaian Putri (SKP) Kristen. Kemudian berubah menjadi
Sekolah Kepandaian Keputrian Pertama (SKKP) Kristen, dan terus berubah lagi
menjadi Sekolah Menengah Industri Pariwisata (SMIP) Wiyasa yang diresmikan pada
24 Januari 1994.
Setelah
muncul Surat Edaran Sekjen Depdikbud Nomor 410007/A.A5/OT/1997 tertanggal 3
April 1997 perihal tindak lanjut Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 034, 035 dan 036/O/1997 atau yang lain-lainnya tentang yang Mengatur
Perubahan Nomenklatur SLTP-SMP, SMU-SMA dan SMEA-SMK, SMIP Wiyasa pun
ditingkatkan dengan dilengkapi mini hotel, restoran, laboratorium bahasa dan
sarana lainnya yang merupakan syarat minimal sebuah SMK khususnya rumpun
pariwisata. Akhirnya, berubahlah menjadi SMK Wiyasa sampai sekarang.
Mengacu
pada Pasal 5 dari Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 7 Tahun 2013 tentang
Cagar Budaya di Kota Magelang, jelas sekali bahwa gedung SMK Wiyasa ini sudah
bisa digolongkan sebagai bangunan cagar budaya karena telah memenuhi kriteria:
berusia 50 tahun atau lebih, mewakili masa gaya paling singkat 50 tahun,
memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,
dan/atau kebudayaan, serta memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian
bangsa. Oleh karena itu, bangunan SMK Wiyasa ini harus dilindungi, dan dilestarikan.
*** [171214]
Kepustakaan:
Nugroho Adi Perdana, 2010. Pengaruh Pendudukan Jepang Terhadap Masyarakat Magelang 1942-1945,
dalam Paramita Vol.20 No.2-Juli 2010
http://eprints.undip.ac.id/44328/4/BAB_3.pdf
http://mkwiyasa.sch.id/html/profil.php?id=profil&kode=12&profil=Sejarah%20Singkat
Selamat pagi ,
BalasHapusKami dari japanize klub ingin meminta izin untuk berbagi informasi kepada para siswa yang ingin study ke jepang ataupun yang ingin belajar bahasa jepang .
Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di Jl. Jeruk Timur III No.18, Kramat Selatan Magelang
Email : japanizekurabu@yahoo.com / japanizeklub@gmail.com
Blog : http://www.japanizeklub.blogspot.com
Terimakasih
Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Sri Rahayu asal Surakarta, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil di daerah surakarta, dan disini daerah tempat mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat Jl. Letjen Sutoyo No. 12 Jakarta Timur karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya 0853-1144-2258 atas nama Drs Muh Tauhid SH.MSI beliaulah yang selama ini membantu perjalanan karir saya menjadi PEGAWAI NEGERI SIPIL, alhamdulillah berkat bantuan bapak Drs Muh Tauhid SH.MSI SK saya dan 2 teman saya tahun ini sudah keluar, bagi anda yang ingin seperti saya silahkan hubungi bapak Drs Muh Tauhid SH.MSI, siapa tau beliau bisa membantu anda
BalasHapusAssalamualaikum mau nanya misalkan dari MA mau pindah ke SMK apa bisa ya pak terimakasih
BalasHapus