Beberapa koleksi milik Jenderal Sudirman tersebar di sejumlah museum
yang ada di Indonesia. Hal ini dikarenakan perjalanan gerilya yang pernah
dijalankan oleh Jenderal Sudirman di beberapa tempat. Di Purbalingga, rumah
tempat kelahirannya menjadi semacam museum yang menyimpan permulaan riwayat
hidup Jenderal Sudirman. Di Yogyakarta, ada dua museum yang menampilkan koleksi
Jenderal Sudirman, yaitu Sasmitaloka dan Monumen Jogja Kembali. Di Pacitan juga
terdapat rumah yang pernah menjadi basis gerilya Jenderal Sudirman menjadi
monumennya, dan juga ada beberapa koleksi Jenderal Sudirman yang dipajang di
Museum Satria Mandala Jakarta. Sedangkan, di Kota Magelang, rumah yang pernah
menjadi kediamannya dan sekaligus sebagai rumah wafatnya juga dijadikan menjadi
sebuah museum. Museum tersebut dikenal dengan Museum Sudirman.
Museum ini terletak di Jalan Ade Irma Suryani C.7 Kelurahan
Potrobangsan, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah.
Lokasi museum ini tepat berada di selatan Taman Badaan (Badaan Plein).
Dulu, di daerah Badaan ini dikenal sebagai kawasan perumahan untuk para perwira militer Hindia Belanda di Magelang (Nieuwe Officiers Kampement). Rumah dinas para perwira militer tersebut didirikan pada tahun 1930. Pada waktu itu, kawasan ini masih banyak ditumbuhi pohon cemara yang tinggi menjulang, dan dari rumah tersebut masih bisa melihat keindahan Gunung Sumbing di sebelah barat. Keindahan ini semakin terasa, ketika di kawasan perumahan tersebut juga dibangun Taman Badaan. Sehingga, Taman Badaan itu bisa dikatakan pembangunannya seusia dengan Nieuwe Officiers Kampement.
Pada masa perang kemerdekaan, salah satu rumah dinas perwira Hindia
Belanda tersebut pernah menjadi kediaman Jenderal Sudirman. Sudirman mengawali
kariernya sebagai guru di HIS Muhammadiyah Cilacap pada tahun 1930. Kemudian
kedatangan Jepang di Tanah Air, menyebabkan Sudirman ikut terpanggil untuk
mengangkat senjata dengan bergabung ke dalam Pembela Tanah Air (PETA). Ia
pernah diangkat sebagai Daidanco PETA
di Kroya.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Sudirman diangkat menjadi Kepala
Badan Keamanan Rakyat (BKR) untuk wilayah Karesidenan Banyumas. Pada 5 Oktober
1945, ia diangkat sebagai Kepala Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Banyumas Divisi
V Purwokerto dengan pangkat Kolonel. Ia kemudian terpilih menjadi Panglima
Besar TKR pada 12 November 1945 berpangkat Jenderal sebagai peletak dasar-dasar
moral, mental, serta kepemimpinan dan kepribadian TNI.
Pada Clash II, Sudirman
pernah memimpin dalam Pertempuran Ambarawa, dan Serangan Umum 1 Maret 1949 di
Yogyakarta. Ia memilih memimpin gerilya dengan keluar masuk hutan, turun naik
gunung dan jurang ketimbang menyerah
kepada Belanda kendati mengalami sakit parah. Jenderal Sudirman adalah sosok
patriot yang tidak kenal menyerah. Walaupun dalam keadaan sakit dan harus
ditandu namun sebagai Panglima Besar, beliau senantiasa menanamkan semangat
juang yang tinggi. Ia pernah dirawat di Rumah Sakit (RS) Panti Rapih di
Yogyakarta sebelum kemudian beristirahat di Magelang hingga menghembuskan nafas
terakhir pada 29 Januari 1950.
Sesuai catatan yang ada di museum ini, Museum Sudirman diresmikan oleh Walikota Magelang pada tahun 1986 dan pengelolaan awalnya dikelola oleh Seksi Kebudayaan pada Dinas Pendidikan Kota Magelang. Pada tahun 2000, museum ini dikelola oleh Kantor Kebudayaan dan Pariwisata, dan saat ini dikelola oleh Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) Kota Magelang.
Museum yang memiliki luas bangunan 285 m² di atas areal tanah seluas 1.329 m² ini, memiliki beberapa ruangan di bangunan utamanya. Ruang paling
depan merupakan ruang tamu yang berisi satu set meja tamu yang dilatarbelakangi
riwayat hidup Jenderal Sudirman. Di sebelah kiri, terdapat ruang kerja. Ruang
kerja ini merupakan ruang kantor yang digunakan oleh Jenderal Sudirman untuk
memegang garis komando gerilya. Bersebelahan dengan ruang kerja, terdapat ruang
perawatan yang di dalamnya ada tandu gotongan dari kursi yang dipergunakan
untuk bergerilya. Kemudian mengarah ke pintu belakang dari bangunan utama ini
terdapat kamar pribadi. Kamar pribadi ini digunakan sebagai kamar tidur, yang
di dalamnya terdapat tempat tidur hingga meninggalnya beliau.
Di belakang ruang tamu, terdapat ruang istirahat yang digunakan
Jenderal Sudirman untuk bersantai, dan yang terakhir adalah ruang makan yang
digunakan untuk makan bersama anak buahnya. Pada ruang tamu, ruang istirahat
dan ruang makan banyak terpampang lukisan maupun foto-foto di masa perjuangan beliau
serta Magelang tempo dulu.
Setelah bangunan utama, di belakangnya terdapat bangunan penunjang.
Bangunan penunjang ini merupakan deretan ruangan yang berada di belakang
bangunan utama dan dihubungkan oleh teras penghubung. Dari deretan ruangan
tersebut terdiri atas perpustakaan, wisma tamu (dulu merupakan Kamar Soperdjo
Roestam, ajudan Jenderal Sudirman), kamar mandi, dan dapur. *** [201214]
Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Sri Rahayu asal Surakarta, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil di daerah surakarta, dan disini daerah tempat mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat Jl. Letjen Sutoyo No. 12 Jakarta Timur karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya 0853-1144-2258 atas nama Drs Muh Tauhid SH.MSI beliaulah yang selama ini membantu perjalanan karir saya menjadi PEGAWAI NEGERI SIPIL, alhamdulillah berkat bantuan bapak Drs Muh Tauhid SH.MSI SK saya dan 2 teman saya tahun ini sudah keluar, bagi anda yang ingin seperti saya silahkan hubungi bapak Drs Muh Tauhid SH.MSI, siapa tau beliau bisa membantu anda
BalasHapusAssalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Sri Rahayu asal Surakarta, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil di daerah surakarta, dan disini daerah tempat mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat Jl. Letjen Sutoyo No. 12 Jakarta Timur karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya 0853-1144-2258 atas nama Drs Muh Tauhid SH.MSI beliaulah yang selama ini membantu perjalanan karir saya menjadi PEGAWAI NEGERI SIPIL, alhamdulillah berkat bantuan bapak Drs Muh Tauhid SH.MSI SK saya dan 2 teman saya tahun ini sudah keluar, bagi anda yang ingin seperti saya silahkan hubungi bapak Drs Muh Tauhid SH.MSI, siapa tau beliau bisa membantu anda
BalasHapus