Memasuki pusat Kota Magelang dari arah Yogyakarta, Anda akan
melewati Bukit Tidar yang sejuk dengan panorama hutan pinus dan gemercik air
sungai yang berada di sebelah timur bukit. Menyusuri terus ke arah utara lagi,
jalan akan membelah menjadi dua yang di tengahnya dibatasi oleh sungai. Jalan
yang berada di sebelah barat sungai adalah Jalan Ikhlas yang terdiri atas
deretan toko. Memang di bagian lembah Bukit Tidar sebelah utara ini merupakan
salah satu pusat perekonomian yang ada di Kota Magelang.
Sepintas memang tampak deretan toko, tapi ketika perjalanan berhenti
sejenak di Toko Waluyo Photo akan terasa sedikit berbeda, dan Anda akan
bertanya-tanya karena tepat di depan toko tersebut masih berdiri bangunan megah
menjulang. Bangungan tersebut adalah Pintu Gerbang Kerkhof Magelang (de Poort
van de Vroegere Grote Begraafplaats van Magelang).
Pintu Gerbang Kerkhof tersebut menghadap ke timur, sehingga bisa dipastikan bahwa di sebelah barat atau di belakang pintu gerbang tersebut merupakan Kerkhof Laan (Tanah Pemakaman Belanda), atau biasa juga dikenal sebagai De Europese Begraafplaats te Magelang. Jadi, deretan toko tersebut sesungguhnya adalah bekas kerkhof (makam Belanda). Konon, pemakaman Belanda tersebut terbagi atas dua bagian, yaitu bagian depan dan bagian belakang. Tiap bagian tersebut masih terbagi lagi menjadi empat kelas. Bagian depan diperuntukkan bagi orang Eropa, sedangkan bagian belakang digunakan untuk orang Timur Asing dan Pribumi yang beragama Kristen. Dari Kerkhof Laan tersebut yang masih bisa dilacak petilasannya tinggal kompleks makam Johannes van der Steur (misionaris dan pejuang kemanusiaan berkebangsaan Belanda) bersama dengan anak-anak asuhnya dan Gerbang Makam tersebut. Karena pada tahun 1980an, area pemakamam Belanda tersebut dipindahkan ke Giriloyo oleh Pemkot Magelang. Ada juga yang dipindahkan oleh ahli warisnya ke negeri Belanda.
Pintu Gerbang Kerkhof
tersebut diperkirakan dibangun pada tahun 1906 dengan luas 16,8 m² dan memiliki tinggi 8,5 m. Bangunan pintu gerbang tersebut memiliki
gaya arsitektur Roman yang ditopang oleh empat pilar jenis Tuscan yang
mengadopsi dari pilar kuil Romawi.
Melihat kemegahan gerbang makam Belanda tersebut, bisa dibayangkan
keberadaan kerkhof yang berada di
Kota Magelang pada waktu itu. Terlebih Magelang juga terpilih menjadi Kota
Garnizun yang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda, yang nota bene banyak
orang Belanda yang masih asli maupun blasteran (KNIL) yang bermukim di Kota
Magelang kala itu. *** [201214]
Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Sri Rahayu asal Surakarta, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil di daerah surakarta, dan disini daerah tempat mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat Jl. Letjen Sutoyo No. 12 Jakarta Timur karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya 0853-1144-2258 atas nama Drs Muh Tauhid SH.MSI beliaulah yang selama ini membantu perjalanan karir saya menjadi PEGAWAI NEGERI SIPIL, alhamdulillah berkat bantuan bapak Drs Muh Tauhid SH.MSI SK saya dan 2 teman saya tahun ini sudah keluar, bagi anda yang ingin seperti saya silahkan hubungi bapak Drs Muh Tauhid SH.MSI, siapa tau beliau bisa membantu anda
BalasHapus