Tak
hanya di Kelurahan Pinangsia, deretan bangunan kuno yang membentuk Kota Tua
Jakarta (Batavia Benedenstad) tapi di
Kelurahan Roa Malaka juga menyimpan sekumpulan bangunan lawas. Salah satunya adalah gedung tua yang difungsikan sebagai
Galeri Melaka. Galeri
ini terletak di Jalan Malaka No. 7-9 Kelurahan Roa Malaka, Kecamatan Tambora,
Kota Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta. Lokasi galeri ini berada di sebelah
barat STIMIK Swadharma, atau selatan bekas gedung Chartered Bank of India,
Australia and China.
Dulunya
bangunan lawas yang digunakan oleh
Galeri Melaka ini merupakan gedung milik Borneo
Company atau Het nieuwe gebouw der
Borneo Company, yang dibangun pada tahun 1923. Gedung ini dirancang oleh NV Architecten-Ingenieursbureau Fermont te
Weltevreden en Ed. Cuypers te Amsterdam, sebuah biro arsitek yang cukup
terkenal di Batavia (sekarang Jakarta). Sejak 1921 biro arsitek ini dikenal
dengan Biro Arsitek Fermont-Cuypers saja, karena Hulswit yang pernah bergabung
dalam biro arsitek ini telah meninggal.
Setelah
ditinggalkan oleh Borneo Company,
gedung tua ini dipakai oleh NV Handel
Maatschappij Deli-Atjeh yang kantor pusatnya berada di Amsterdam, Belanda. NV Handel Maatschappij Deli-Atjeh
merupakan perusahaan perdagangan atau importir komoditas hasil perkebunan yang
ada di Hindia Belanda untuk dipasarkan ke Eropa dan investasi.
Pada masa penjajahan Belanda kedudukan kelas menengah ditempati oleh kelompok pengusaha Belanda terutama kelompok Sembilan Besar, yakni Borneo Sumatra Handel Maatschappij (Borsumij), NV Lindeteves Stokvis, Internationale Credit en Handelvereeniging (Internatio), NV Jacobson van den Berg & Co., Geo Wehry, Harmsen & Verwey, NV Handel Maatschappij Deli-Atjeh, M.H. Marondelle en Voute, dan Reis Coy di tingkat atas dan pedagang-pedagang Tionghoa di tingkat bawah sebagai kelas menengah bawah. Dalam konstruksi struktur sosial yang diciptakan oleh Belanda, peran golongan menengah ini tidak lebih daripada sekadar memenuhi kepentingan kolonialisme Belanda sebagai penguasa. Bahkan kelompok ini, di samping menjadi golongan perantara antara kolonial Belanda dengan masyarakat setempat, juga digunakan oleh masyarakat ningrat untuk mengambil keuntungan dari masyarakatnya.
Gedung
berlantai dua yang dirancang oleh arsitek Belanda ini memang didesain sebagai
gudang rempah-rempah dan sekaligus perkantoran perusahaan yang menempatinya.
Besar, memanjang, dan banyak ruangan. Pintu utamanya umumnya lebar dan tinggi.
Hal ini sepertinya telah diantisipasi oleh sang arsitek, agar memudahkan untuk
lalu lalang bagi alat transportasi yang ingin mengangkutnya dari ruang
penyimpanan rempah-rempah di lantai satu menuju ke Pelabuhan Sunda Kelapa, atau
Kali Besar. Pada saat itu, Kali Besar yang berada sekitar 200 m arah timur dari
gedung ini menjadi akses keluar masuknya kapal dari mancanegara.
Akhir
tahun 1950-an, seluruh perusahaan besar Belanda yang sebagian besar berkantor
di kawasan Kali Besar dan sekitarnya, dinasionalisasi menjadi BUMN. Sehingga,
mayoritas gedung tua yang terdapat kawasan tersebut secara otomatis banyak yang
beralih menjadi aset milik BUMN. Termasuk gedung Borneo Company atau NV Handel
Maatschappij Deli-Atjeh menjadi gedung milik PT Perusahaan Perdagangan
Indonesia (Persero). Hal ini bisa dilihat dari plakat yang terpasang di atas
pintu utama dari gedung klasik ini.
PT
Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) atau Indonesia
Trading Company (ITC), adalah perusahaan hasil merger dari 3 BUMN, yaitu PT Tjipta Niaga (Persero), PT Dharma
Niaga (Persero) dan PT Pantja Niaga, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 22 Tahun 2003 yang berlaku efektif sejak tanggal 31 Maret 2003.
Kini,
gedung Borneo Company atau NV Handel Maatschappij Deli-Atjeh disewakan
oleh PPI kepada Kerajaan Malaysia untuk dijadikan sebuah galeri yang dinamakan
Galeri Melaka. Galeri yang diresmikan pada 22 Februari 2013 ini memamerkan
sejarah dan perkembangan negeri Melaka khususnya sektor pariwisata. Di dalam
galeri, pengunjung bisa melihat gambar dan foto yang menampilkan sebuah cerita
lengkap tentang Melaka. *** [250216]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar