Membicarakan
bangunan lawas di tepian Kali Besar,
memang cukup menarik bagi peminat masalah heritage.
Banyak bentuk bangunan yang mewakili zamannya berada di kawasan tersebut, dan
masing-masing bangunan mempunyai kisahnya sendiri-sendiri.
Salah
satunya adalah gedung Samudera Indonesia. Gedung ini terletak di Jalan Kali
Besar Barat No. 43 Kelurahan Roa Malaka, Kecamatan Tambora, Kota Jakarta Barat,
Provinsi DKI Jakarta. Lokasi gedung ini berada di sebelah selatan Hotel De
Rivier, atau sebelah utara gedung Wira Pratama Kencana.
Gedung
ini dirancang oleh Ir. Frans Johan Louwrens Ghijsels, arsitek Belanda kelahiran
Tulungagung, dan dibangun oleh NV
Algemeen Ingenieur Architectenbureau (AIA) pada tahun 1920. AIA adalah sebuah
biro umum sipil dan arsitektur yang didirikan pada tahun 1916 oleh Ir. Frans
Johan Louwrens Ghijsels, bersama Ir. Hein von Essen, dan Ir. F. Stlitz. Biro
arsitek ini tak hanya merancang bangunan tetapi juga bertindak sebagai
kontraktor.
Semula gedung ini digunakan sebagai kantor perusahaan dagang bernama Maintz & Co. (Handelsvennootschap v/h Maintz & Co.). R. Braad dan W.R. van Daatselaar dalam Inventaris van het archief van de NV Handelsvennootschap voorheen Maintz & Co. te Amsterdam, 1874-1970 (National Archief, Den Haag, 1973) menerangkan, bahwa Maintz & Co. didirikan di Amsterdam pada 28 Desember 1917 dengan Akta yang dikeluarkan Notaris F.H. van der Helm serta mendapat persetejuan dari Kerajaan Belanda pada 8 April 1918. Maintz & Co. berkantor pusat di Amsterdam, Belanda, dan memiliki kantor perwakilan di Hindia Belanda (Batavia, Semarang dan Surabaya), Paris, dan New York.
Tujuan
dari perusahaan dagang Maintz & Co. ini adalah mengemudikan perdagangan
dalam arti luas, dan melakukan perdagangan umum baik untuk kepentingan sendiri
atau atas nama dan untuk pihak ketiga.
Jejak-jejak
dari kiprah Maintz & Co. bisa
dilihat dari pengelolaan perusahaan-perusahaan NV Algemeene Nederlandsch-Indische Electriciteitmaatschappij (ANIEM)
di Surabaya, NV Gebeo di Bandung, NV Waterkracht Exploitatie Maatschappij in
Indonesie (WEMI) di Surabaya, NV
Cultuur Maatschappij “Cibening” di Jakarta, NV Bouw Maatschappij “Insulinde” di Jakarta, dan NV Maatschappij tot Exploitatie van
Waterleidingbedrijven in Indonesie (MEWAI).
Kemudian
gedung ini juga pernah digunakan sebagai Konsulat Norwegia dan Portugal. Lalu,
terakhir gedung ini beralih kepemilikan ke PT Samudera Indonesia. Oleh karena
itu, gedung ini menjadi dikenal sebagai gedung Samudera Indonesia. Perlu
diketahui, PT Samudera Indonesia Tbk merupakan perusahaan publik yang bergerak
dalam bidang pelayaran, transportasi, dan logistik. Perusahaan ini didirikan
pada 13 November 1964 oleh Soedarpo Sastrosatomo.
Pada
1 Februari 2008, gedung ini mengalami roboh di bagian sisi kirinya ketika
banjir melanda Jakarta. Sehingga, gedung dua lantai jadi tampak memanjang ke
arah selatan. Kemegahan gedung bergaya Art
Deco ini sebenarnya masih kelihatan, hanya saja sudah tidak simetris lagi. *** [250216]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar