Penulisan
naskah di Jawa dimulai ketika bangsa India masuk ke Tanah Jawa dan membawa
agama dan kitab-kitabnya, meskipun pada saat itu bangsa Jawa telah memiliki
bahasa sendiri yakni bahasa Kawi (Jawa Kuno) namun belum memiliki aksara. Pada
masa itu karena percampuran bangsa Jawa dan India maka dalam penulisan
menggunakan aksara dari India dengan bahasa Jawa.
Bahasa
Jawa yang ditulis dengan aksara dari India terebut yang tertua bisa dilihat
pada prasasti batu di Dieng yang berangka tahun 731 Çaka atau 809 Masehi, sejak itu
penulisan apapun di Jawa menggunakan aksara Sansekerta. Namun seiring
perkembangan zaman, aksara tersebut mulai berubah hingga masa pemerintahan Paku
Buwana III di Surakarta (Lihat Serat Urut-uruting Aksara Jawi). Saat ini kita
mengenal aksara tersebut yakni aksara Ajisaka (Ha, Na, Ca, Ra, Ka).
Penulisan
serat-serat Jawa dibagi menjadi beberapa golongan sesuai dengan periode
perkembangan sejarah pada masa kerajaan-kerajaan di Tanah Jawa. Menurut Prof.
Dr. Poerbatjaraka, serat-serat tersebut dibagi menjadi 7 bagian, yakni: serat Jawi sepuh (parwa), serat Jawi mawi sekar
(tembang), serat Jawi enem, serat basa Jawi tengahan, kidung jawi tengahan, serat Jawi zaman Islam dan serat Jawi zaman Surakarta.
Sumber:
Museum Radyapustaka Documentary Board
Tidak ada komentar:
Posting Komentar