Kawasan
Ijen merupakan bagian Kota Malang dalam lingkup urban space direncanakan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan akan
daerah hunian sebagai akibat dari peningkatan jumlah penduduk Kota Malang yang
berkembang seiring dengan dibangunnya infrastruktur perkotaan seperti jalan dan
rel kereta api. Secara umum oleh Pemerintah Hindia Belanda, Malang diarahkan
selain sebagai salah satu pusat pemerintahan, juga sebagai daerah
peristirahatan untuk para petinggi dan pejabat pemerintahan Hindia Belanda.
Sehingga,
wajah kawasan Ijen ini banyak peninggalan kolonial Belanda yang pada mulanya
direncanakan oleh Ir. Herman Thomas Karsten dengan konsep lingkungan garden city dan sampai saat ini sebagian
masih terjaga keasliannya serta dapat dinikmati oleh masyarakat umum.
Salah
satu bangunan lawas yang masih
berdiri sampai sekarang adalah Gereja Katolik Katedral Santa Perawan Maria dari
Gunung Karmel. Gereja ini terletak di Jalan Buring No. 60 Kelurahan Oro Oro
Dowo, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur. Lokasi gereja ini
berada di seberang SMAN 12 Malang, atau RSIA Husada Bunda Malang.
Awalnya,
gereja ini bernama Gereja Santa Theresia atau Rooms Katholiek Theresiakerk, yang peletakan batu pertamanya
dilakukan pada 11 Februari 1934 dan pada 28 Oktober 1934 gereja ini diberkati
serta diresmikan penggunaannya yang kemudian dipersembahkan kepada Santa
Theresia, pelindung karya misi. Pengerjaan bangunan gereja ini hanya memerlukan
waktu selama 8 bulan dengan pemborongnya adalah NV Bouwundig Bureau Sitzen en Louzada, sedangkan perancangnya
dipercayakan kepada Henri Louis Joseph Marie Estourgie (1885-1964) dari Architectenbureau Rijksen en Estourgie.
Pembangunan gereja ini berkaitan dengan daya tampung atau kapasitas gereja Katolik di Kayutangan (dikenal dengan Gereja Paroki Hati Kudus Yesus) yang sudah tidak memadai lagi. Pada tahun 1929 Mgr. Clemens Van Der Pas, O. Carm mencita-citakan pembangunan suatu Gereja Katedral di Malang. Pada waktu itu baru ada satu gereja, yaitu Gereja Paroki Hati Kudus Yesus di Kayutangan yang dibangun pada 1905. Mgr. Clemens Van Der Pas, O. Carm menyatakan keinginannya membangun suatu Gereja Katedral yang diharapkan sudah berfungsi pada Hari Kristus Raja pada tahun 1934.
Lalu,
dicarilah lahan yang akan digunakan untuk pembangunan gereja tersebut, dan
dapat lokasi di sekitar Jalan Ijen. Kemudian diusahakan penggalangan dana untuk
mewujudkan pembangunan gereja tersebut. Pada saat penghimpunan dana, tepatnya
pada 16 Desember 1933, Mgr. Clemens Van Der Pas, O. Carm meninggal dunia.
Pastor Linus Hecken, O. Carm yang melanjutkan tugas Mgr. Clemens Van Der Pas,
O. Carm selaku Pro-Prefek meneruskan
rencana pembangunan gereja tersebut.
Pada
tahun 1961, berdasarkan Konstitusi Apostolik Paus Yohanes XXIII Quod Christus
tentang pendirian Hirarki Gereja Katolik Indonesia yang mandiri, nama Gereja
Santa Theresia secara resmi berganti menjadi Gereja Katolik Katedral Santa
Perawan Maria dari Gunung Karmel. Sejak saat itu, tak ada dokumen resmi lain
yang menyatakan pergantian nama Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel dengan
nama yang lain.
Namun
demikian, di tengah-tengah masyarakat Malang gereja ini sering juga dikenal
dengan sebutan Gereja Ijen, dan akrab dengan sebutan Gereja Katedral. Disebut
Gereja Ijen, karena lokasi gereja ini berada di lingkungan kawasan Ijen yang
dulu merupakan kawasan perumahan orang-orang Belanda, dan disebut Gereja
Katedral karena Katedral berarti pusat atau area yang berada di tengah-tengah
gereja atau area keuskupan utama.
Gereja
ini pernah mengalami renovasi pada tahun 2002, tetapi masih mempertahankan
bentuk asli arsitektur gereja. Renovasi hanya dalam rangka merawat bangunan,
yaitu mengganti bahan plafon dari bahan gypsum buatan lama dengan gypsum buatan
pabrik modern serta mengecat ulang dinding interior.
Dilihat
dari fasad bangunan, gereja ini berlanggam Neo-Gothic.
Pada tampak depan gereja terdapat pintu utama sebanyak 3 buah, rose window yang
menjadi ciri khas gereja Katedral, serta jendela pada bagian depan dan samping
bangunan. Gereja ini juga mempunyai menara kembar pada bagian depan gereja,
yang digunakan untuk menyimpan lonceng gereja. Selain itu, juga terdapat ventilasi
dengan bentuk persegi panjang yang diulang pada bagian atas menara yang
bertujuan supaya suara lonceng dapat terdengar sampai luar gereja.
Gereja
yang menghadap ke barat ini memiliki denah bangunan utama berbentuk simetri
dengan ukuran panjang 41 meter, lebar 23 meter, dan tinggi 18,25 meter. *** [190915]
Kepustakaan:
Hendra Wijaya, 2010. Studi Gaya Desain Kolonial Belanda Pada Elemen Interior Gereja Katedral
Ijen Malang, dalam Skripsi di Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen
Petra Surabaya
Asyra Ramadanta, Kajian
Tipologi dalam Pembentukan Karakter Visual dan Struktur Kawasan (Studi kasus:
Kawasan Ijen, Malang), dalam Jurnal SMARTek, Vol. 8, No. 2: 130-142, Mei
2010
Debora Budiyono dan Riyanto Djoko, Potensi Wisata Bangunan Kolonial di Kota Malang, dalam Buana Sains
Vol. 10 No. 1: 83-92, 2010
https://www.genealogieonline.nl/genealogie-daudt/I11688.php
Tidak ada komentar:
Posting Komentar