The Story of Indonesian Heritage

Stasiun Kereta Api Pakisaji

Stasiun Kereta Api Pakisaji (PSI) atau yang selanjutnya disebut dengan Stasiun Pakisaji (Station Pakisadji op de spoorlijn Malang-Blitar op Java), merupakan salah satu stasiun kereta api yang berada di bawah manajemen  PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 8 Surabaya yang berada pada ketinggian + 386 m di atas permukaan lain, dan merupakan stasiun kelas 3/kecil yang ada di Kabupaten Malang. Stasiun ini terletak di Jalan Stasiun RT. 15 RW. 03 Desa Pakisaji, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Lokasi stasiun ini berada di sebelah utara Pasar Pakisaji ± 300 meter.
Bangunan Stasiun Pakisaji ini merupakan bangunan peninggalan masa Hindia Belanda, yang pembangunannya bersamaan dengan pembangunan jalur rel kereta api Blitar-Wlingi-Kepanjen-Malang sepanjang 74 kilometer. Pengerjaan jalur kereta api ini dilakukan oleh Staatsspoorwegen (SS), perusahaan kereta api milik Pemerintah Hindia Belanda, dengan dua arah. Artinya, pada jalur rel kereta api tersebut dilakukan dari arah barat dan arah utara, dan bertemu di Stasiun Kepanjen.


Dari arah barat, pembangunan jalur Blitar-Wlingi sepanjang 19 kilometer yang diresmikan pada 10 Januari 1896 dan Wlingi-Kepanjen sepanjang 36 kilometer yang diresmikan pada 30 Januari 1897. Sedangkan yang dari arah utara, jalur kereta api Malang-Kepanjen sepanjang 19 kilometer sudah terselesaikan pada tahun 1896. Proyek jalur kereta api Blitar-Wlingi-Kepanjen-Malang ini merupakan bagian dari proyek besar jalur kereta api jalur Timur jilid 2 (Oosterlijnen-2).


Stasiun Pakisaji memiliki 3 jalur. Jalur 2 digunakan untuk jalur sepur lurus yang menuju ke arah selatan (Stasiun Kepanjen) maupun arah utara (Stasiun Malang Kota Lama). Jalur 3 digunakan untuk menunggu persilangan kereta lain yang lewat. Sedangkan, jalur 1 sudah tidak diaktifkan lagi.
Dari 3 jalur tersebut, terdapat 3 peron. Satu peron sisi yang rendah (tidak berfungsi karena jalur 1 sudah tidak aktif), dan dua peron pulau yang rendah juga. Pada semua peron ini tidak dinaungi atap seng seperti kebanyakan pada stasiun yang berada di kecamatan.


Dibandingkan dengan foto lama yang diunggah di dunia maya dengan hasil jepretan sekarang, sedikit ada perubahan pada bangunan stasiunnya. Pada tahun 1921, foto lawas memperlihatkan bahwa bangunan stasiun tersebut masih bermassa padat di mana yang tampak di dekat rel memperlihatkan adanya pintu utama yang terbuka dan pintu untuk petugas kereta api yang mepet dengan tembok di bagian utara menghadap ke timur. Sedangkan, foto sekarang memperlihatkan bahwa bangunan stasiun dirombak menjadi sedikit terbuka sehingga sirkulasi udara menjadi leluasa dan ruang tunggu menjadi longgar dan dipasangi tralis besi. Pintu yang mempet tembok bagian utara sudah tak ada lagi. Selain itu, ada penambahan untuk ruang PPKA di sisi selatan, dan agak menonjol ke dalam.
Sejak diberlakukannya sistem tiket online kereta api, stasiun yang berjarak 200 meter dari jalan raya Malang-Blitar ini, sudah tidak digunakan lagi sebagai stasiun yang bisa menaikkan atau menurunkan penumpang lagi. Jadi, Stasiun Pakisaji kini berfungsi hanya untuk persilangan atau persusulan antarkereta api saja. Namun demikian, stasiun ini masih tergolong rapi dan terawat. *** [170516]
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami