Stasiun
Kereta Api Malang Kota Lama (MLK) atau yang selanjutnya disebut dengan Stasiun Malang
Kota Lama, merupakan salah satu stasiun kereta api yang berada di bawah
manajemen PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Daerah Operasi (Daop) 8 Surabaya yang berada pada ketinggian + 429 m di atas
permukaan lain, dan merupakan stasiun kelas 1 yang berada di Kota Malang. Stasiun
ini terletak di Jalan Kolonel Soegiono, Kelurahan Ciptomulyo, Kecamatan Sukun, Kota
Malang, Provinsi Jawa Timur. Lokasi stasiun ini tepat berada di belakang The Balava Hotel, yang berseberangan
dengan Rumah Sakit (RS) Panti Nirmala.
Bangunan
Stasiun Malang Kota Lama ini merupakan bangunan peninggalan masa Hindia Belanda
(Het station Kotta Lama te Malang gelegen
op 429 m hoogte), yang pembangunannya bersamaan dengan pembangunan jalur
rel kereta api Bangil-Sengon-Lawang-Malang sepanjang 49 kilometer. Pengerjaan
jalur kereta api ini dilakukan oleh Staatsspoorwegen
(SS), perusahaan kereta api milik Pemerintah Hindia Belanda, pada tahun
1878 dan selesai pada tahun 1879.
Proyek jalur kereta api Bangil-Sengon-Lawang-Malang ini merupakan bagian dari proyek besar jalur kereta api jalur Timur jilid 1 (Oosterlijnen-1). Pengerjaan proyek jalur kereta api ini dilaksanakan searah, dan bertahap. Pertama, diselesaikan dulu jalur rel dari Bangil hingga Lawang pada tahun 1878, kemudian dilanjutkan dengan pengerjaan jalur rel dari Lawang sampai Malang yang selesai pada tahun 1879.
Stasiun
Malang Kota Lama ini merupakan stasiun kereta api yang berada di paling selatan
Kota Malang, dan sekaligus merupakan stasiun yang tertua di kota tersebut.
Penyebutan nama Kota Lama hanya sekadar untuk membedakan dengan Stasiun Malang
yang dibangun belakangan, yaitu Stasiun Kota Baru Malang.
Stasiun
ini memiliki 6 jalur dengan jalur 1 sebagai sepur lurus, arah utara menuju ke
Stasiun Kota Baru Malang, dan arah selatan menuju Stasiun Pakisaji. Sedangkan, jalur
4 merupakan jalur menuju ke Depo Pertamina. Pada peron 1 terdapat bangunan
emplasemen yang menggunakan struktur kayu dan atap pelana serta di atas atapnya
terdapat vestibule yang berfungsi
untuk memasukkan cahaya matahari. Struktur ini hampir mirip dengan struktur
emplasemen yang terdapat di Stasiun Blitar, yaitu dengan menggunakan sistem overkapping.
Dulu, dari Stasiun Malang Kota Lama ini juga terdapat jalur trem yang menghubungkan ke Blimbing sepanjang 6 kilometer yang dibangun oleh Malang Stoomtram Maatschappij (MSM) pada tahun 1903. MSM ini merupakan perusahaan trem yang mendapat konsensi pada tahun 1894 untuk membangun jaringan rel trem.
Dari
Blimbing, jalur tersebut terhubung dengan Singosari, yang sebelumnya sudah
dibangun jalur trem Singosari hingga Tumpang melalui Blimbing dan Pakis
sepanjang 23 kilometer. Jadi, Stasiun Blimbing kala itu merupakan pertemuan
jalur dari Singosari yang akan ke Tumpang dan ke Malang. Begitu pula, yang dari
Stasiun Malang Kota Lama yang ingin ke Tumpang maupun Singosari, tremnya pasti
melintasi Blimbing.
Jadi,
pada waktu itu Stasiun Malang Kota Lama merupakan stasiun yang ramai dan sibuk.
Karena dari stasiun tersebut terhubung ke beberapa stasiun. Selain jalur trem
yang sudah diterangkan di atas, dari stasiun ini juga terhubung dengan
Gondanglegi. Percabangan lengkapnya yang dari Gondanglegi, bisa dibaca di
tulisan sebelumnya, yaitu Stasiun Kereta Api Kepanjen. Sayang, jalur trem
tersebut sudah tidak aktif lagi.
Semenjak
didirikan Stasiun Kota Baru Malang pada tahun 1941, pamor Stasiun Malang Kota
Lama sedikit memudar hingga pada akhirnya oleh Pemerintah Hindia Belanda,
stasiun tersebut dijadikan stasiun untuk mengangkut hasil bumi dan perdagangan
dari Malang ke Surabaya dan sekitarnya. Meski sekarang, stasiun ini kembali
beraktivitas sebagai stasiun yang menaikkan dan menurunkan penumpang, namun
tingkat kesibukannya tidaklah seperti Stasiun Kota Baru Malang. Hal ini
disebabkan lokasi Stasiun Malang Kota Lama semakin ‘terpencil’. Tidak kelihatan
dari jalan besar karena terhalang bangunan The Balava Hotel yang menjulang, dan
para pengantar penumpang pun sekarang merasa repot sejak di depan stasiun
dibangun jalan layang. Lengkaplah rasa alienasi stasiun tersebut. *** [180516]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar