Selasa (08/04) dini hari, Stasiun Solo Balapan terlihat ramai. Arus mudik masih mewarnai, terutama yang mengarah ke Jawa Timur, seperti Surabaya maupun Malang, karena paginya aktivitas kerja pasca liburan lebaran sudah mulai aktif kembali.
Satu jam sebelum kedatangan kereta Gajayana dari Jakarta menuju ke Malang pada pukul 02.16 WIB, saya sudah tiba di Stasiun Solo Balapan. Sambil menanti kedatangan kereta Gajayana, saya menyempatkan berkeliling di halaman depan Stasiun Solo Balapan yang beralamatkan di Jalan Wolter Monginsidi No. 112 Kelurahan Kestalan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, atau yang dikenal juga dengan sebutan Kota Solo.
Di halaman depan itu, mata saya tertuju pada sebuah Monumen Lokomotif D 301 76. Dengan tata letak lampu yang menawan, lokomotif tua ini berkilauan indah, menambah kekaguman pada momen dini hari yang hening di luar tapi ramai di dalam stasiun itu.
![]() |
Lokomotif D 301 76 dipotret dari timur laut pada Selasa (08/04) dini hari |
Monumen D 301 76 diresmikan langsung oleh KGPAA Mangkunegara X dan Direktur Utama PT KAI Didiek Hartantyo, pada Sabtu (07/10/2023) di Stasiun Solo Balapan. Dengan diresmikannya Monumen Lokomotif D 301 76, maka lokomotif tersebut menjadi ikon baru yang bernuansa sejarah dari Stasiun Solo Balapan.
Lokomotif D 301 76, yang dipamerkan di di halaman depan Stasiun Solo Balapan ini, adalah lokomotif diesel hidrolik 301 yang didatangkan ke Indonesia sebanyak 80 unit. Makna penomoran D 301 76 itu memiliki arti tersendiri.
![]() |
Lokomotif D 301 76 dipotret dari sebelah barat pada Selasa (08/04) dini hari |
Lokomotif D 301 ini merupakan lokomotif langsir dan jarak pendek yang diproduksi oleh Fried Krupp Lokomotivfabriek Essen, Jerman. Krupp merupakan pabrik industri berat yang membuat berbagai macam keperluan militer, lokomotif uap, gerbong, kereta dan juga berbagai macam barang berbahan dasar baja. Krupp adalah sebuah perusaah keluarga turun-temurun yang berdiri pada tahun 1811. Friedrich Krupp mendirikan Krupp Gusstahlfabrik (pabrik pengecoran baja) di dekat sungai Ruhr, Jerman (Prayogo et. al., 2017).
Lokomotif D 301 disebut sebagai adik dari lokomotif D 300 karena bentuknya yang sama, tetapi dengan performa yang lebih baik. Meskipun tugas utamanya adalah melayani aktivitas langsir, lokomotif D 301 juga digunakan untuk menarik kereta penumpang dan barang di beberapa jalur cabang.
![]() |
Lokomotif D 301 76 dipotret dari sisi utara pada Selasa (08/04) dini hari |
Karena lokomotif ini sering beroperasi di jalur yang berdampingan dengan jalan raya, kecepatan maksimumnya dibatasi hingga 25 km/jam. Seperti lokomotif D 301 76 ini dulu pernah melayani rute dari Stasiun Purwosari hingga Stasiun Baturetno sebelum ada Waduk Gajah Mungkur.
Dari situlah, kita menjadi paham kenapa lokomotif D 301 76 kini dipamerkan di halaman depan Stasiun Solo Balapan sebagai monumen, karena lokomotif ini memiliki hubungan sejarah dengan Solo yang pernah melaju di rel yang ada di selatan Jalan Slamet Riyadi, sebuah jalan protokol di tengah Kota Solo, dari Stasiun Purwosari, Stasiun Solo Kota, Stasiun Sukoharjo, Stasiun Pasarnguter, Stasiun Wonogiri hingga Stasiun Baturetno. *** [080425]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar