Stasiun Kereta Api Pasarnguter (PNT) atau yang selanjutnya disebut dengan Stasiun Pasarnguter, merupakan salah satu stasiun kereta api kecil atau stasiun kelas III yang berada di bawah manajemen PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 6 Yogyakarta, yang berada pada ketinggian + 105 m di atas permukaan laut. Stasiun Pasarnguter terletak di Jalan Raya Nguter, Dukuh Nguter, Desa Nguter, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi stasiun
ini berada di sebelah tenggara
Toko Pakaian Hanyboth atau sebelah utara/belakang Pasar Jamu Nguter ± 400 meter.
Stasiun Pasarnguter ini dibangun oleh
perusahaan kereta api milik swasta, Nederlandsch
Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) pada tahun 1922 setelah jalur kereta
api Solo-Wonogiri diselesaikan. Stasiun ini merupakan pintu masuk ke Kabupaten
Sukoharjo dari arah Stasiun Wonogiri menuju Stasiun Sukoharjo dan akan berakhir
di Stasiun Purwosari Solo.
Pembangunan stasiun ini berhubungan dengan adanya pembangunan jalur kereta api Solo Kota-Wonogiri-Baturetno sepanjang 80 kilometer, yang dimulai pada tahun 1922 dan selesai pada tahun 1923 oleh NISM. Jalur kereta api ini memiliki garis normal rel (normaalspoorlijnen) 1067 mm. Pembangunan jalur ini, oleh pemerintah Hindia Belanda, awalnya ditujukan untuk mengangkut hasil bumi atau perkebunan yang berasal dari daerah Wonogiri dan Sukoharjo menuju Solo yang kemudian akan dikirim berikutnya baik ke Surabaya, Semarang dan Batavia.
Stasiun ini memiliki 2 jalur dengan jalur 2 sebagai sepur lurus arah selatan (menuju Wonogiri) dan utara (menuju Solo), serta mempunyai peron berjumlah tiga. Dua peron sisi dan satu peron pulau yang sama-sama cukup tinggi.
Saat ini Stasiun Pasarnguter hanya disinggahi
oleh railbus Bathara Kresna sebanyak
empat kali dengan jadwal dua kali keberangkatan pulang pergi dari Stasiun Purwosari menuju Stasiun Wonogiri dan sebaliknya. Selain, untuk menaikkan dan
menurunkan penumpang, Stasiun Pasarnguter ini sesungguhnya memiliki masa depan
yang cerah bagi kepariwisataan di daerah Nguter. Lokasinya yang dekat dengan
Pasar Jamu Nguter, seharusnya ditangkap peluang untuk menciptakan wisata jamu.
Penumpang kereta api yang bercorak wisata, bisa berhenti di Stasiun
Pasarnguter, kemudian dipandu ke Pasar Jamu Nguter. Namun Pasar Jamu Nguter
juga harus siap menampilkan jamu-jamu yang siap diminum dengan kedainya
masing-masing dengan mengadopsi model jamu gendong, seperti gula asem, beras
kencur, dong kates, dan sebagainya. Multiplier
effect akan terjadi di daerah ini. *** [030417]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar