The Story of Indonesian Heritage

  • Istana Ali Marhum Kantor

    Kampung Ladi,Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat)

  • Gudang Mesiu Pulau Penyengat

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Benteng Bukit Kursi

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Kompleks Makam Raja Abdurrahman

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Mesjid Raya Sultan Riau

    Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

Tampilkan postingan dengan label museum di Surabaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label museum di Surabaya. Tampilkan semua postingan

Museum Kanker Indonesia

Saya pernah memboceng motor teman melintas di Jalan Kayun tapi belum pernah melihat museum ini, karena pada saat dari Keputran mengarah ke Surabaya Plaza kebetulan saya menikmati keindahan bunga-bunga yang dipajang oleh Toko Bunga yang berada di timur jalan itu.
Kemudian pada waktu naik motor sendiri melewati jalan ini lagi, baru tahu bahwa di Jalan Kayun ini ternyata ada sebuah museum. Namanya Museum Kanker Indonesia. Museum ini terletak di Jalan Kayun No. 16-18 Kelurahan Embong Kaliasin, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Lokasi museum ini berada di sebelah utara Gereja Kristen Abdiel Trinitas, atau di belakang Apartemen Trilium.
Selama ini, kanker dipandang sebagai penyakit yang berbahaya. Namun, kengeriannya tidak tampak nyata di benak masyarakat. Padahal, menurut data World Health Organization (WHO), tercatat bahwa satu dari empat penduduk dunia akan terkena kanker.
Di Indonesia, pembunuh nomor satu wanita ialah kanker payudara dan kanker leher rahim (serviks). Pada umumnya orang-orang cenderung bicara kanker pada tataran umum saja. Tapi, mereka tidak tahu kanker itu riilnya seperti apa.
Berawal dari kondisi yang demikian, dr. Ananto Sidohutomo menggagas berdirinya sebuah museum kanker untuk memberikan pemahaman akan bahaya kanker. Museum ini diresmikan pada tanggal 31 Oktober 2013 dengan nama Museum Kanker Indonesia. Museum ini menempati sebuah bangunan gedung Yayasan Kanker Wisnuwardhana (YKW) yang telah diresmikan oleh Gubernur Provinsi Jawa Timur R.P. Moh. Noer pada tanggal 30 Mei 1974. Jadi, Museum Kanker Indonesia ini didirikan sebagai museum edukasi yang tak hanya menampilkan sisi sejarah perjuangan manusia dalam memberantas kanker tetapi juga memajang sejumlah koleksi jaringan bagian tubuh manusia yang terkena kanker.


Di dalam museum ini, pengunjung akan diperlihatkan berbagai macam jenis kanker dalam bentuk jaringan kanker yang diawetkan di dalam toples berisi cairan formalin. Selain itu juga diperlihatkan berbagai foto dan gambar yang menunjukkan kanker yang menyerang organ tubuh.
Sebenarnya jenis kanker ada ratusan. Namun, museum ini baru memiliki sekitar 30-an jenis kanker yang bisa dilihat secara langsung. Meski koleksi di museum masih 30-an, tapi pengumpulannya tidak mudah. Koleksi ini merupakan jerih payah dr Etty Ananto, yang pengumpulannya membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menemukannya. Seperti kanker payudara, kanker indung telur, kanker leher rahim, kanker paru-paru, dan lain-lain.
Di belakang gedung utama, terdapat banner yang berisi tentang sejarah kanker yang ada sejak 80 juta tahun lalu, yang ditemukan pada fosil dinosaurus. Pengunjung akan melihat kisah cara-cara pengobatan tradisional terhadap penyakit kanker sampai dengan cara yang modern. Selain itu, di halaman belakang gedung ini terdapat pula sebuah kebun kecil berisi puluhan tumbuhan yang dipercaya sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan penyakit kanker.
Di dinding tembok yang berada tepat di belakang ruangan utama museum ini terdapat banner yang berisi upaya-upaya untuk menangani penyakit kanker, yaitu upaya promotif, preventif, deteksi dini, diagnosis, kuratif (pengobatan), rehabilitatif, dan paliatif.
Upaya promotif adalah upaya yang dapat dilakukan paling awal. Pada upaya ini, seluruh elemen masyarakat diberi pengetahuan dan pengertian yang tepat mengenai penyakit kanker pada usia sedini mungkin. Tanpa upaya ini, masyarakat tidak akan siap menghadapi kanker, bahkan tidak tahu mengenai adanya kanker. Utamanya, ada 3 hal yang dapat dilakukan untuk mempromosikan kanker pada masyarakat, seperti informasi, konsultasi, dan edukasi.


WHO menyatakan bahwa 43% kanker dapat dicegah. Kanker sebenarnya dapat dikatakan sebagai penyakit gaya hidup karena dapat dicegah dengan melakukan gaya hidup sehat dan menjauhkan diri dari faktor resiko terserang kanker. Terjadinya penyakit kanker terkait dengan beberapa faktor resiko, seperti kebiasaan merokok, menjadi perokok pasif, kebiasaan minum alkohol, kegemukan, pola makan yang tidak sehat, perempuan yang tidak menyusui, dan perempuan melahirkan di atas usia 35 tahun.
Upaya deteksi dini adalah berbagai jenis upaya dan pemeriksaan yang dapat dilakukan di saat belum terdapat gejala penyakit. Tahapan upaya deteksi dini memerlukan kesadaran masyarakat yang tinggi untuk memeriksakan dirinya, seperti pemeriksaan pap smear, deteksi dini oleh masyarakat dan deteksi dini oleh tenaga medis.
Untuk mengidentifikasi adanya tumor, baik yang jinak maupun ganas (kanker), terdapat berbagai macam cara untuk mendiagnosis. Sampai saat ini, setiap jenis kanker adalah unik sehingga membutuhkan jenis diagnosis yang berbeda pula. Upaya diagnosis ini bisa melalui histopatologi, FNA-C, radiologi maupun tes kimia.
Upaya kuratif adalah upaya penyembuhan atau pengobatan kanker yang berkembang dengan cepat. Pada umunya, penyembuhan kanker secara menyeluruh dilakukan dengan menggabungkan metode-metode yang ada untuk hasil yang lebih efektif. Metode kuratif kanker yang dipakai, juga lama waktu dan detail pengerjaan berbeda-beda pada setiap orang dan setiap jenis kanker. Upaya kuratif itu bisa meliputi kemoterapi, operasi, radioterapi, imunoterapi, stem cell, komplementer dan alternatif terapi.
Program rehabilitasi pada penderita kanker membantu penderita untuk mengatasi efek kondisi fisik, psikologis dan sosial yang diakibatkan karena diagnosis dan terapi dari kanker. Serta dampak kanker lain seperti penggunaan pengganti anggota tubuh (protesis) sebagai pengganti fungsi maupun yang menyebabkan perubahan penampilan.
Sesuai dengan kondisi fisik penderita, setiap program didesain secara khusus berdasarkan kebutuhan penderita dan tingkatan terapi yang sedang dijalani penderita. Suasana yang nyaman dan penuh harapan, dukungan dan pembelajaran, telah disediakan untuk mengajari tiap penderita untuk mengenal dan mengatur faktor-faktor resiko kanker yang dapat dikontrol oleh diri mereka sendiri.
Paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Tujuannya untuk mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya.
Upaya paliatif meliputi rawat jalan, rawat inap (konsultatif), rawat rumah, day care, dan respite care. Sedangkan rawat rumah (home care) dilakukan dengan melakukan kunjungan ke rumah-rumah penderita, terutama yang karena alasan-alasan tertentu tidak dapat datang ke rumah sakit. Kunjungan dilakukan oleh tim yang terdiri atas dokter paliatif, psikiater, perawat, dan relawan, untuk memantau dan memberikan solusi medis/biologis, tetapi juga masalah psikis, sosial, dan spritual.
Keluar dari museum ini, pengunjung bisa melewati kantin atau cafe yang disediakan oleh YKW yang kemudian melewati jalan yang diapit oleh bangunan utama museum dengan bangunan kesekretariatan bersama gedung Prof. dr. Asmino yang berada dalam satu halaman. Kesekretariatan tersebut sebagai halte relawan atau rumah komunitas dalam pelayanan pengobatan alternatif terpadu.
Mengunjungi museum ini memang memberikan wawasan akan pengetahuan penyakit kanker, pelayanan dan penanganannya, karena di gedung ini juga terdapat pusat konsultasi bagi para pasien kanker yang diselenggarakan oleh YKW. Selain melihat koleksi museum yang ada, pengunjung juga bisa menikmati keindahan arsitektur gedung yang digunakan untuk museum. Karena gedungnya tergolong kuno. Mengingat daerah Kayun merupakan daerah yang juga turut dikembangkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1930-an. *** [060216]
Share:

Monumen Kapal Selam Surabaya

Lama tak jalan-jalan di Kota Surabaya, rasanya kangen juga. Berbekal tas punggung dan tas kecil tempat menaruh kamera, saya berusaha menyusuri Kota Surabaya. Start dari Ketabang, terus bergerak ke Gubeng. Dilanjutkan menuju Tunjungan, dan berakhir di Ketabang lagi. Karena jalur line N melewati depan Balai Kota Surabaya untuk menuju ke Bratang.
Pada waktu kaki melangkah menuju Gubeng dari Balai Kota, saya menyempatkan diri untuk melihat sebuah kapal selam yang berada di daratan. Itulah Monumen Kapal Selam, atau masyarakat Surabaya seringkali menyebutnya dengan singkatannya saja, yaitu Monkasel. Monkasel ini terletak di Jalan Pemuda No. 29 Kelurahan Embong Kaliasin, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Lokasi Monkasel ini berada di bantaran Kali Mas yang ada Jembatan Gubeng, atau di sebelah timur areal parkir Plasa Surabaya.
Setelah membeli tiket masuk di loket kecil yang terselip di antara deretan ATM Center, saya memasuki areal Monkasel lewat pintu gerbang yang di atasnya tertulis Monumen Kapal Selam. Lalu, ketemu dengan kapal selam yang dikitari oleh taman. Bagian fisik luas kapal selam dicat dengan dua warna. Bagian atas dicat dengan warna hijau, dan bagian bawah berwarna hitam. Sedangkan, torpedo yang terlihat berwarna merah putih.


Monkasel ini dibangun atas prakarsa Pimpinan TNI AL, Gubernur Jawa Timur dan para sesepuh kapal selam. Monkasel adalah bentuk asli kapal KRI Pasopati 410 dari Satuan Kapal Selam Armada RI Kawasan Timur (Satselarmatim).
KRI Pasopati dengan nomor lambung 410, termasuk jenis SS type Whiskey Class yang dibuat di Vladiwostok, Rusia, pada tahun 1952. Masuk jajaran dinas di TNI AL pada 15 Desember 1962 dengan tugas pokok menghancurkan garis lintas musuh (anti shipping), mengadakan pengintaian dan melakukan silent raids.
KRI Pasopati memiliki  panjang keseluruhan 76 meter, dan lebar maksimum 6,3  meter. Panjang badan tekan 58 meter, lebar badan tekan maksimum 4,7 meter, dan lebar badan tekan minimum 4,4 meter. Kemudian, tinggi titik tengah dari lunas garis air 4,49 meter, tinggi haluan dari lunas garis air 4,25 meter, tinggi buritan 4,76 meter, tinggi dome asdik 0,50 meter, dan tinggi anjungan adalah 5,5 meter.
Kapal ini mempunyai kecepatan di atas permukaan, maksimum 18,3 knot dan ekonomis 10 knot. Sedangkan, kecepatan di bawah permukaan, maksimum 13,5 knot dan ekonomis 2 knot. Beratnya dalam kondisi di atas permukaan 1.048 ton, dan di bawah permukaan 1.340 ton serta memiliki jarak jelajah 8.500 mil laut.


Selama pengabdiannya, KRI Pasopati banyak berperan aktif menegakkan kedaulatan negara dan hukum di laut yuridiksi nasional dalam berbagai operasinya, antara lain Operasi Trikora pada tahun 1962. Pada operasi tersebut, KRI Pasopati berada di garis depan memberikan tekanan psikologis terhadap lawan. Selain itu banyak operasi penting lainnya yang telah dilaksanakan. Selama bertugas KRI Pasopati telah dipimpin oleh 14 komandan. Komandan pertama adalah Mayor Laut (P) Sigitjoto Sudirjo, dan komandan terakhir adalah Mayor Laut (P) Imam Zaki.
Pembangunan Monkasel ditandai dengan peletakkan batu pertama pada 1 Juli 1995 oleh Gubernur Jawa Timur Basofi Sudirman didampingi Panglima Armada Timur Laksamana Madya TNI Gofar Soewarno. Kemudian KRI Pasopati yang telah dinonaktifkan dari jajaran TNI AL pada 25 Januari 1990 itu dipotong-potong menjadi 16 blok di PT. PAL dan dibawa ke lokasi untuk dirakit ulang hingga menjadi wujud utuh  kembali menjadi KRI Pasopati. Monkasel diresmikan oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Arief Kushariadi pada 27 Juni 1998 dan dibuka untuk umum pada 15 Juli 1998.
Masuk ke dalam KRI Pasopati ini, pengunjung harus menaiki tangga yang terbuat dari besi. Tepat di pintu masuk, pengunjung akan disambut oleh petugas yang ada di dalam kapal. Setelah ditanyakan mengenai tiket masuknya, pengunjung langsung dipersilakan untuk berkeliling melihat isi dalam kapal selam tersebut. Di dalam kapal ini, pengunjung akan menyaksikan tujuh ruangan.

Ruang I
Ruang ini lebih dikenal dengan sebutan ruang torpedo atau ruang depan pada bagian atas ruang ini terletak pintu masuk ke dalam kapal. Pintu ini juga berfungsi untuk keluar masuk (bongkar muat) torpedo.
Di dalam ruang ini terdapat 4 tabung peluncur torpedo yang berfungsi untuk menembakkan torpedo juga untuk meluncurkan perenang tempur (pasukan katak), 6 kursi torpedo cadangan serta 8 tempat tidur untuk bintara dan tamtama. Pada saat bertempur, pintu antar ruangan harus tertutup rapat.

Ruang II
Ruang ini merupakan lounge room perwira. Di sini, para perwira tinggal, makan dan bekerja. Di antara ruangan ini terdapat sekat kecil untuk ruang komandan dan ruang komunikasi. Di bawah geladak terdapat ruang baterai group 1.

Ruang III
Ruang ini merupakan ruang Pusat Informasi Tempur (PIT), tempat pengoperasian kapal dan pusat kegiatan tempur dilaksanakan. Di bawah geladak terdapat gudang penyimpanan makanan.

Ruang IV
Ruang ini terdapat tempat tidur ABK, ruang makan ABK, dapur serta ada tempat atau gudang untuk penyimpanan bahan makanan.
Di ruang ini pula ABK dapat santai dan dapat istirahat. Di bagian kiri bagian belakang terdapat peralatan bantu (kompressor udara dan converter listrik). Kompressor udara adalah untuk mengisi udara tekanan tinggi (UTT) ke botol udara.
Di bawah ruangan ini ada ruang battery group 2 dengan jumlah 210 cell. Pada saat bertempur, pintu antar ruang juga harus tertutup rapat agar supaya kedap.

Ruang V
Ruang  ini merupakan tempat motor diesel, pesawat bantu dan pengendaliannya. Motor diesel yang digunakan oleh kapal selam ini adalah mesin diesel 2.000 PK. Mesin diesel ini digunakan sebagai motor pendorong pokok saat kapal selam berada di atas permukaan dengan kecepatan maksimum 18, 3 knot (1 knot = 1,8 Km/jam).

Ruang VI
Ruang ini adalah ruang listrik di mana terdapat 2 buah motor listrik/generator pokok untuk menggerakkan baling-baling atau pengisian batteray.
Motor listrik ini dapat berfungsi ganda. Bila diputar oleh tenaga listrik dari battery, maka berfungsi sebagai motor listrik penggerak profeler dan bila diputar oleh diesel pokok sebagai generator maka befungsi untuk pengisian batteray.
Di sini juga terdapat 2 buah motor ekonomi yang digunakan pada saat kapal berlayar dengan menggunakan kecepatan ekonomis serta peralatan bantu lainnya. Di sini ada pula tempat tidur ABK.

Ruang VII
Ruang ini merupakan ruang torpedo buritan. Pada ruang ini ada 2 buah peluncur torpedo. Di bagian atas ruangan ini terdapat pintu masuk ABK dari arah geladak buritan ke dalam kapal selam.
Selain peluncur torpedo terdapat juga pompa hidrolik yang berfungsi untuk memberikan tekanan hidrolik pada sistem yang digunakan untuk menggerakkan peralatan hidrolik, antara lain kemudi vertikal, kemudi horisontal depan, kemudi horisontal belakang dan alat-alat angkat.
Bila pompa hidrolik tidak dapat bekerja maka kemudi vertikal menggunakan kemudi darurat yang berada di ruang VII ini. Pada saat peran tempur pintu antar ruang harus tertutup rapat kedap.

Dari ruang VII itu ada pintu keluar dengan menuruni tangga yang terbuat dari besi. Pada saat menuruni ini, pengunjung bisa melihat tiang menara yang ada bendera merah putih dan tangga yang diuntai dengan tali temali. Tiang seperti ini acapkali dijumpai di pelabuhan yang umumnya berada di muara. Pada zaman dulu, tiang seperti ini sangat membantu kapal-kapal yang hendak merapat, atau untuk mengetahui arah angin. Selain itu, di dalam kompleks Monkasel ini juga terdapat sejumlah fasilitas yang bisa dinikmati oleh pengunjung, seperti museum kecil dan cafetaria, panggung terbuka, tribun, gardu pandang, dermaga, taman, area parkir, toilet umum, air mancur, dan jogging track. *** [090116]

Share:

Museum Nahdlatul Ulama

Museum Nahdlatul Ulama (NU) merupakan pusat informasi kebudayaan serta sejarah pertumbuhan dan perkembangan NU. Dibuka untuk pertama kalinya (soft opening) oleh KH. Abdurrahman Wahid pada 25 November 2004 dan diresmikan pada Muktamar NU ke-31 di Boyolali, Jawa Tengah pada 28 November 2004 oleh Rais ‘Am PB NU, KH. MA. Sahal Mahfudh.


Gedung Museum NU memiliki tiga lantai dengan luas bangunan 900 m² berdiri megah di tengah areal seluas 3000 m². Terletak di Jalan Gayungsari Timur 35 Surabaya, sekitar 300 m arah ke timur Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya. Gedung berkubah hijau ini dibangun dengan arsitektur khas perpaduan Islam-Mediteranian dan bernuansa klasik, sehingga memungkinkan untuk dijadikan tempat tujuan wisata religi, setelah Makam dan Masjid Agung Sunan Ampel serta Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya.
Museum NU menyimpan dan memamerkan berbagai dokumen historis NU, benda-benda seni dan pusaka bersejarah maupun karya tulis para ulama NU. Museum NU juga menyimpan karya-karya ilmiah dari berbagai kalangan tentang NU, Ulama dan Pesantren, serta memamerkan berbagai produk kreatif dari warga NU.

Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan didirikannya Museum NU adalah:
1.       Memberikan informasi kepada public mengenai sosok sebenarnya NU sebagai organisasi kemasyarakatan keagamaan yang lahir di Surabaya (1926), jauh sebelum Indonesia merdeka.
2.       Menunjukkan kepada khalayak mengenai gerak langkah NU di bidang keagamaan, pendidikan, social, dan dakwah.
3.       Menunjukkan kepada publik bahwa NU bukan saja bergerak di bidang keagamaan, melainkan juga ikut berjuang membangun nasionalisme bangsa, mendirikan Negara Republik Indonesia, menjaga dan mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4.       Memberikan kemudahan bagi para kader NU, khususnya anak-anak didik NU dalam memahami, menghayati, dan mengemplementasikan nilai-nilai dasar perjuangan NU dalam kehidupan sehari-hari.
5.       Membudayakan pencatatan, penulisan dan sekaligus pemeliharaan dokumen organisasi bagi kepentingan ilmu pengetahuan, historiografi, maupun kepentingan penelitian pada umumnya.

Galeri dan Koleksi

1.       Galeri Walisongo
Galeri ini menyimpan berbagai informasi penting untuk mengetahui tarikan benang merah antara pola keagamaan, tradisi, dan kebudayaan yang dikembangkan oleh NU dengan ajaran-ajaran para wali penyebar Islam di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa.
Galeri ini memamerkan petilasan sejarah Walisongo, meliputi replica makam para wali, berbagai hasil seni dan budaya pada era penyebaran Islam di Indonesia, kitab-kitab para wali, termasuk peninggalan-peninggalan kerajaan Islam di Jawa.

2.       Galeri Pendiri NU
Galeri ini memamerkan benda-benda pusaka peninggalan para pendiri NU, seperti tongkat Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, sketsa dan foto pesantren-pesantren dan penjara yang pernah ditempati pendiri NU, foto-foto para pendiri NU, dan lain-lain.

3.       Galeri Pertumbuhan dan Perkembangan NU
Galeri ini memamerkan berbagai bukti sejarah kelahiran NU mulai dari Taswirul Afkar dan Nahdlatul Wathon, dinamika sejarah NU pada era kolonial dan keterlibatan NU pada perjuangan merebut kemerdekaan, Hizbullah, G 30 S/PKI, Peran Politik NU di Masyumi, Partai NU, PPP, sampai dengan lahirnya Khittah NU-26 tahun 1984.
Perkembangan NU pasca Khittah sampai dengan Era Reformasi termasuk lahir dan perkembangan PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) juga dipamerkan dalam galeri ini. Koleksi galeri ini meliputi berbagai benda bersejarah, seperti meja yang digunakan rapat-rapat awal para ulama untuk mendirikan NU, foto dan sketsa gedung bersejarah, seperti MBO (Markas Besar Oelama) di Sidoarjo dan Nahdlatoel Wathon di Kawasan Surabaya, Pusaka dan senjata perang. Seragam dan atribut Hizbullah, dan lain-lain.

4.       Galeri Kebudayaan NU
Galeri ini menyimpan gambaran kebudayaan yang berkembang dalam komunitas nahdliyyin. Meliputi berbagai foto dan replica arsitektur masjid dan kelengkapannya, foto-foto ritual keagamaan, foto-foto kesenian NU, dan sebagainya.

5.       Galeri Produk Warga NU
Galeri ini berisi aneka produk unggulan warga NU, mulai dari barang-barang kerajinan, garmen, olahan hasil pertanian, dan sebagainya.

6.       Perpustakaan Dokumen dan Karya Ilmiah
Menyimpan berbagai koleksi kepustakaan, yang meliputi dokumen-dokumen organisasi NU, hasil-hasil penelitian dari berbagai perguruan tinggi di dalam dan luar negeri, serta karya-karya ilmiah mengenai NU, Ulama dan Pesantren.

Sumber Koleksi
Koleksi Museum NU diperoleh melalui cara hibah atau pemberian dari keluarga para pendiri NU dan sejumlah tokoh maupun kolektor benda-benda bersejarah. Di samping itu, beberapa koleksi merupakan titipan dengan sertifikat khusus dari museum.
Untuk mengembangkan koleksinya, Tim Kerja Museum terus-menerus mengundang partisipasi para pemerhati sejarah NU, keluarga para pendiri dan tokoh-tokoh NU serta para kolektor untuk membantu melengkapi koleksi museum.

Aktivitas Museum NU
Kegiatan pokok di Museum NU secara umum meliputi pameran, konservasi dan restorasi, dokumentasi dan reproduksi, serta bimbingan dan publikasi.

Waktu Kunjungan
Museum NU dapat dikunjungi setiap saat karena waktu kunjungan adalah dari Senin hingga Minggu dari pukul 09.00 hingga 16.00 WIB, kecuali Jum’at buka dari pukul 09.00 hingga 11.00 WIB lalu usai Jum’atan buka lagi dari pukul 13.00 hingga 16.00 WIB. *** [270712]





Share:

Museum Sepuluh November

Museum Sepuluh November didirikan sebagai bentuk kebanggaan atas kemenangan arek-arek Surabaya pada pertempuran heroik tanggal 10 November 1945.



Museum yang diresmikan pada tahun 2000 dan berlokasi di dalam lapangan Tugu Pahlawan ini telah terkenal sebagai salah satu tujuan wisata Kota Surabaya.



Di museum ini, rekaman asli pidato Bung Tomo yang berapi-api membangkitkan gelora dan hasrat rakyat akan kemerdekaan dapat didengarkan dari sebuah radio kuno. Beberapa diorama statis menggambarkan aksi kepahlawanan arek-arek Surabaya, yang hanya dengan menggunakan senjata sederhana yaitu bambu runcing, mampu memenangkan pertempuran melawan musuh. *** [070512]
Share:

Museum House of Sampoerna

Museum House of Sampoerna (HoS) terletak di Taman Sampoerna 6 Surabaya. Museum ini menawarkan pengalaman yang unik bagi pengunjung. Mulai dari kisah hidup pendiri Sampoerna, serta perkembangan bisnis Sampoerna, sampai melihat dari dekat fasilitas produksi rokok lintingan tangan yang dilakukan oleh lebih dari 400 wanita melinting rokok dengan kecepatan lebih dari 325 batang rokok per jam.


Terletak di “Surabaya Lama”, kompleks bangunan bergaya kolonial Belanda ini dibangun pada tahun 1862 dan saat ini merupakan kompleks bersejarah yang dilestarikan.


Awalnya digunakan sebagai panti asuhan putra yang dikelola oleh pemerintah Belanda, kompleks ini dibeli pada tahun 1932 oleh Liem Seeng Tee, pendiri Sampoerna, untuk dijadikan pabrik rokok Sampoerna yang pertama.
Kompleks ini terdiri dari sebuah auditorium sentral yang luas, dua bangunan lebih kecil di sayap timur dan barat serta beberapa bangsal luas berlantai satu di belakang auditorium sentral. Bangunan di kedua sayap auditorium kemudian diubah menjadi tempat kediaman keluarga, sementara bangsal-bangsal besar yang menyerupai gudang dimanfaatkan untuk pengolahan tembakau dan cengkeh, peracikan, pelintingan dan pengepakan, percetakan serta pemrosesan barang jadi.
Sampai saat ini, kompleks ini masih berfungsi sebagai pabrik untuk memproduksi merek kretek terkemuka di Indonesia, Dji Sam Soe. Memperingati ulang tahun ke-90 Sampoerna di tahun 2003, kompleks utama telah dipugar dengan seksama dan saat ini terbuka untuk masyarakat umum.
Auditorium sentral saat ini difungsikan sebagai museum dan toko cindera mata. Sayap timur telah disulap menjadi suatu bangunan unik yang menaungi sebuah kafe dan galeri seni. Bangunan di sayap barat tetap dipertahankan sebagai kediaman resmi keluarga Sampoerna.
Perlu diketahui, Sampoerna didirikan dengan bertumpu pada usaha tembakau dan cengkeh. Perusahaan ini termasuk salah satu produsen rokok kretek (tembakau dan cengkeh), sebuah produk khas Indonesia, tertua dan terbesar.
Pada tahun 1913, seorang imigran asal Cina, Liem Seeng Tee, memulai usahanya dengan memproduksi dan menjual rokok kretek tangan di rumahnya di Surabaya. Usaha kecilnya itu merupakan salah satu yang memproduksi dan memasarkan rokok kretek pertama. Setelah berhasil mengembangkannya, Sampoerna berkembang menjadi salah satu perusahaan ternama di Indonesia. *** [060512]
Share:

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami