The Story of Indonesian Heritage

  • Istana Ali Marhum Kantor

    Kampung Ladi,Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat)

  • Gudang Mesiu Pulau Penyengat

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Benteng Bukit Kursi

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Kompleks Makam Raja Abdurrahman

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Mesjid Raya Sultan Riau

    Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

Tampilkan postingan dengan label Prasasti Siwagrha. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Prasasti Siwagrha. Tampilkan semua postingan

Prasasti Siwagrha

Prasasti Siwagrha berangka tahun 778 Saka (856 M) dengan candrasengkalaWwalung gunung sang wiku”. Prasasti ini yang berbentuk batu ini berbahasa dan aksara Jawa Kuno, dan kini menjadi koleksi Museum Nasional dengan No. Inventaris D.28.


Prasasti ini berisi tentang peresmian bangunan suci untuk Dewa Siwa, yaitu Siwagraha dan Saiwalaya serta sekaligus memberikan uraian terperinci mengenai sebuah kompleks bangunan suci agama Siwa, yang menurut para ahli adalah kompleks Candi Prambanan yang diresmikan oleh Rakai Pikatan.
Prasasti ini menyebutkan peperangan antara Raja Balaputra dan Rakai Pikatan. Karena kalah perang, Balaputra melarikan diri dan membangun tempat pertahanan di atas kaki bukit Ratu Boko, sebagai tanda kemenangannya dalam pertempuran melawan Balaputradewa yang berlangsung di bukit Boko. Atas kemenangan Rakai Pikatan terhadap Balaputradewa, tampaknya Candi Prambanan dibangun sebagai simbol kebangkitan kerajaan Mataram Kuna setelah sebelumnya mengalami masa tidak stabil, antara lain akibat peperangan dan perpindahan ibukota sebanyak tiga kali.
Prasasti ini dikeluarkan oleh Dyah Lokapala (Rakai Kayuwangi) segera setelah berakhirnya pemerintahan Rakai Pikatan, di mana dimana dalam prasasti Siwagrha disebutkan tentang adanya seorang raja yang mengundurkan diri dan menyerahkan tahta kepada anaknya yaitu Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala. Rakai Pikatan terkenal dengan konsepnya Wasesa Tri Dharma yang berarti tiga sifat yang mempengaruhi kehidupan manusia. ***

Share:

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami