The Story of Indonesian Heritage

  • Istana Ali Marhum Kantor

    Kampung Ladi,Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat)

  • Gudang Mesiu Pulau Penyengat

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Benteng Bukit Kursi

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Kompleks Makam Raja Abdurrahman

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Mesjid Raya Sultan Riau

    Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

Tampilkan postingan dengan label Jayakarta grew up because Sunda Kelapa Port. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jayakarta grew up because Sunda Kelapa Port. Tampilkan semua postingan

Sunda Kelapa: Pelabuhan Terbesar Di Pantai Utara Jawa

Sejak abad IV, nama Sunda Kelapa sudah dikenal sebagai kota pelabuhan. Namun, perannya di kawasan pantai utara Jawa semakin penting pada abad IX hingga XV. Menurut naskah-naskah kuno, nama bandar ini adalah Kalapa, tetapi para pelaut Portugis menyebutnya Sunda Kelapa. Letaknya di Teluk Jakarta, terlindung oleh pulau-pulau dalam gugusan Kepulauan Seribu. Secara alamiah, keadaan ini amat menguntungkan untuk sebuah bandar. Kapal-kapal dapat berlabuh dengan tenang dan aman. Selain itu, posisinya yang berada di muara sungai amat strategis, karena dapat mempercepat hubungan pelayaran serta perdagangan antara daerah pesisir dan pedalaman.
Inilah bandar terbaik yang dimiliki Kerajaan Sunda (Hindu) Padjajaran. Sebagai pelabuhan utama yang menguasai industry hilir hingga hulu, Sunda Kelapa menjadi pusat penyalur hasil produksi dari pedalaman maupun dari bandar-bandar lainnya, dan kemudian mendistribusikannya ke luar negeri melalui jaringan perdagangan  dan pelayaran internasional. Pelabuhan yang termasuk dalam jalur sutera laut ini selalu dikunjungi para pedagang dari mancanegara. Kota pelabuhannya pun dikenal tertib dan teratur. Bahkan telah memiliki pengadilan yang lengkap, berikut dengan hakim dan paniteranya.
Pada 1526, Sunda Kelapa dikuasai oleh Kerajaan Demak-Cirebon yang sebelumnya telah menduduki Banten. Pada masa itu namanya menjadi Jayakarta. Kedudukannya sebagai bandar terbesar dan terpenting perlahan-lahan mulai memudar karena digantikan oleh Banten. Secara politis maupun ekonomis, peranan bandar ini pun menjadi tenggelam, namun tetap diperhitungkan sebagai daerah penyangga Banten. Pelabuhan ini tetap disinggahi kapal yang membutuhkan bahan makanan dan air minum.
Keadaan pelabuhan ini menjadi hidup kembali saat Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) menguasai bandar ini. Setelah melihat tempat-tempat yang tepat sebagai titik temu kegiatan perdagangan di Asia, dari Koromandel sampai Cina, perusahaan dagang Belanda ini menjatuhkan pilihan ke Jayakarta. Maka pada 1619 , Jayakarta berubah menjadi Batavia. Di tempat ini kemudian dibangun pusat militer dan administrasi oleh Jan Piterszoon Coen, Gubernur Jenderal VOC. Sejak itu, Batavia menjadi kota pelabuhan yang berkembang pesat dan dihuni puluhan ribu orang dari berbagai bangsa. ***
Share:

Berkembangnya Jayakarta Karena Pelabuhan Sunda Kelapa

Pada masa pemerintahannya. Pangeran Jayakarta membuka luas pintu perdagangan bagi berbagai bangsa seperti pedagang dan saudagar dari negeri Keling, Bombay, Cina, Belanda, Inggris, Gujarat, Abesina, Persia, Arab serta bangsa-bangsa dari kawasan Asia Tenggara. Sementara dari kawasan Nusantara sendiri, Bandar Jayakarta telah ramai dikunjungi dari Aceh, Tidore, Ternate, Hitu, Kepulauan Maluku, Tuban, Demak, Cirebon, Banten dan sebagainya. Diberitakan, bahwa beras, ikan, sayur-mayur, dan buah-buahan banyak diperdagangkan. Juga tuak yang dijual dalam tempayan-tempayan besar.
Pelabuhan Sunda Kelapa menjadi sumber pendapatan yang sangat penting bagi Jayakarta. Bandar Kelapa yang tadinya hanyalah sebuah kota pelabuhan yang pemerintahannya dikendalikan oleh Kerajaan Padjajaran yang beribukota di Pakuan, telah berkembang menjadi sebuah kota yang memiliki pemerintahan sendiri. Kota Jayakarta yang didirikan di tepi Sungai Ciliwung ini memiliki pola tata kota seperti pusat kerajaan-kerajaan Islam di Jawa. Alun-alun, keratin (dalem), masjid, pasar, kampong Angke, dan kampong Cina yang diperkuat oleh pagar kayu sebagai garis pertahanan kota. Di muara Sungai Ciliwung terdapat loji Belanda, Nassau dibangun pada 1610 dan Mauruitus dibangun 1617. Sementara di tepi barat Sungai Ciliwung terdapat loji Inggris yang dibangun pada 1618. Di tempat itulah terletak kantor syahbandar yang mengatur keluar masuknya perahu-perahu dari dan ke Ciliwung. Tempat itu kini dilokalisir di Pasar Ikan. ***
Share:

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami