The Story of Indonesian Heritage

  • Istana Ali Marhum Kantor

    Kampung Ladi,Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat)

  • Gudang Mesiu Pulau Penyengat

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Benteng Bukit Kursi

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Kompleks Makam Raja Abdurrahman

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Mesjid Raya Sultan Riau

    Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

Tampilkan postingan dengan label Klenteng di Cirebon. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Klenteng di Cirebon. Tampilkan semua postingan

Klenteng Tiao Kak Sie Cirebon

Klenteng Tiao Kak Sie atau Vihara Dewi Welas Asih terletak di Jalan Kantor No. 2 Kampung Kamiran, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Lokasi klenteng ini bersebelahan dengan bangunan kuno bekas gedung Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij, kini menjadi Bank Mandiri.
Mengenai kapan berdirinya klenteng ini tidak ada bukti yang jelas, baik berupa prasasti, naskah maupun cerita-cerita yang menceriterakan kapan klenteng tersebut dibangun. Hanya saja, di paai, sebuah papan kecil yang memuat pepatah atau peribahasa sebagai penghormatan kepada dewa-dewa, tertulis tertulis 1658 M di sebelah kiri.
Pada tahun 1658 M, klenteng ini memang diperkirakan sudah ada, namun siapa orang yang mendirikannya tidak diketahui. Hanya yang memperbaiki klenteng itu pada tahun 1791, 1829, dan 1889, nama-namanya tertulis pada dua papan batu yang berada di bilik depan pada dinding sebelah kanan dan kiri, sedangkan yang satunya tertulis di papan kayu lepas saja.
Klenteng yang menghadap ke selatan ini, berdiri di atas areal lahan seluas 1.8577 m² dengan bangunan utama seluas 1.600 m². Klenteng ini dinamakan Tiao Kak Sie. Sie berarti rumah orang beribadat atau tempat bertapa. Tiao, artinya air pasang atau air naik. Sedangkan, Kak artinya bangun dari tidur dan bisa juga dimaknai, membangunkan atau membawa kepada akal yang benar. Oleh sebab itu, klenteng ini bisa memiliki dua pengertian. Pertama, klenteng merupakan tempat kita dibangunkan oleh air pasang, dan yang kedua, klenteng merupakan tempat akal bertambah.


Denah klenteng ini terbagi menjadi halaman, bangunan utama, dan bangunan sayap. Memasuki halaman pertama, pengunjung akan melintasi gapura berbentuk bentar berwarna hitam. Menuju halaman kedua, pengunjung melewati men lou wu, pintu gerbang untuk masuk ke dalam bangunan utama. Di situ terdapat bangunan Pat Kwa Cheng (tempat peristirahatan), tempat peribadatan agama Buddha yang dikenal dengan Cetya Dharma Rakhita serta dua pembakaran kertas.
Bangunan utama klenteng ini terdiri atas serambi dan ruang utama. Ruang utama memiliki ruang bagian depan, tengah dan ruang suci utama. Pada bagian ruang tengah utama terdapat altar untuk memuja Dewa Hok Teng Ceng Sing (Dewa Bumi), dan altar untuk Dewa Seng Ho Yah (Dewa Akhirat//Hukum). Sedangkan, pada ruang suci utama terdapat altar untuk memuja dewa utama mereka yaitu Kwam Im Pou Sat dengan beberapa dewa pengiringnya. Selain itu, masih terdapat bangunan sayap kiri, dan bangunan sayap belakang, yang juga dipergunakan untuk altar.
Klenteng Tiao Kak Sie yang dikenal juga dengan nama Vihara Dewi Welas Asih ini telah ditetapkan menjadi Benda Cagar Budaya (BCB) dengan Surat Keputusan Wali Kota Cirebon Nomor 19 Tahun 2001 tentang Perlindungan dan Pelestarian Kawasan dan Bangunan Cagar Budaya di Kota Cirebon. *** [271013]

Share:

Klenteng Boen San Tong

Klenteng Boen San Tong atau Vihara Pemancar Keselamatan terletak di Jalan Winaon No. 69/ 26 Kelurahan Pekalipan, Kecamatan Kanoman Utara, Kota Cirebon, Provinsi Jawa Barat, atau tepatnya berada di sudut pengkolan jalan, pertemuan antara Jalan Winaon dengan Jalan Kanoman. Lokasi vihara ini berada di sebelah barat Pasar Kanoman ± 200 m.


Vihara Pemancar Keselamatan ini merupakan tempat peribadatan umat Buddha, yang diperkirakan berdiri pada 1894 M. Bangunan yang sudah tua cukup mudah dikenali dari pintu gerbangnya, yang bertuliskan “Vihara Pemancar Keselamatan”. Setelah melintasi pintu gerbang, pengunjung akan melihat guci yang terbuat dari kuningan untuk menancapkan hio di semacam pendopo sebelum memasuki ruang persembahyangan yang khusus bagi dewa-dewa tertentu, dan di atasnya terdapat empat lampion berbentuk guci dengan warna merah dan emas. Bagi penganut agama Buddha, lampion dipercaya sebagai harapan masa depan dan doa yang terkabul.
Vihara ini memiliki ruang depan, ruang tengah, dan ruang belakang yang begitu luas. Memasuki ruang tengah setelah pendopo tadi, terdapat altar Dewi Kwam Im yang merupakan penjelmaan Buddha Welas Asih. Di dekatnya, terdapat ornamen empat naga besar yang melilit pilar merah serta dua pengawal langit yang menjaganya. Juga terdapat patung Kwan Te Kong, panglima dari zaman Sam Kok, yang disembahyangi karena terkenal kejujuran dan kesetiannya pada sumpahnya. Sedangkan ruang belakang vihara ini memiliki lima altar persembahan bagi kelima Dewi yang dipuja di vihara ini.


Selain itu, vihara ini memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan klenteng yang ada selama ini. Di vihara ini terdapat jalangkung, berupa sebuah boneka pemanggil arwah Dewi Pek Ku Thay Fud dengan sebuah pena di salah satu tangannya, dan sesobek kertas sebagai tempat menulis “nasihatnya” kepada si pengunjung ketika boneka tersebut sudah kerasukan arwah Dewi tersebut.
Bangunan vihara ini telah ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya (BCB) dengan telah dikeluarkannya Surat Keputusan Wali Kota Cirebon Nomor 19 Tahun 2001, sehingga kelestarian klenteng ini adalah tanggung jawab kita bersama. *** [271013]
Share:

Klenteng Soeh Boen Pang Gie Soe

Klenteng Soeh Boen pan Gie Soe atau Rumah Abu Leluhur terletak di Jalan Talang No. 2 Kampung Keprabon RT.03 RW. 02 Kelurahan Lemahwungkuk, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Sebelah utara berbatasan dengan rumah duka dan toko, sebelah timur terdapat Jalan Talang yang di seberangnya berdiri kokoh bangunan Gedung BAT Cirebon, sebelah selatan berbatasan dengan Pabrik Bohlam PT. NIRI dan Pabrik Karet, serta sebelah barat adalah pemukiman padat.
Klenteng ini bagi masyarakat Cirebon lebih dikenal dengan nama Klenteng Talang. Kata “Talang”, menurut bahasa China berasal dari kata toa lang yang berarti “orang besar” atau “tuan besar”. Istilah ini ditujukan kepada tiga orang laksamana besar utusan Kaisar Ming yang mendarat di Cirebon pada abad ke-14, yaitu Cheng Ho (Cheng He), Fa Wan (Fa Xien), dan Khung Wu Fung, yang semuanya beragama Islam.


Klenteng ini dibangun di atas areal tanah seluas 400 m² pada 1450 M oleh Tan Sam Cai atau H. Mohammad Syafei. Beliau ini awalnya adalah sseorang sudagar dari daratan China yang mengadakan pelayaran hingga mendarat di Pantai Utara Cirebon. Karena kepandaian yang dimilikinya, H. Muhammad Syafei  kemudian diangkat sebagai Menteri Keuangan dari Kraton Kanoman, dan dinikahkan dengan salah seorang putri dari Kanoman. Lalu, beliau diberi gelar Tumenggung Aria Dipacula.
Klenteng yang menghadap ke timur ini, dahulunya berfungsi sebagai masjid dan digunakan sebagai tempat peristirahatan bagi saudagar-saudagar yang datang dari tempat jauh.
Seperti arsitektur bangunan klenteng pada umumnya, klenteng ini memiliki ruang depan, ruang tengah, dan di kiri-kananya terdapat bangunan penunjang lainnya. Bagian depan klenteng ini adalah pendopo, sedangkan ruang tengahnya diperuntukan bagi altar untuk persembahyangan penganut Kong Hu Chu.
Meskipun klenteng ini sudah berusia 563 tahun, bangunannya masih berdiri kokoh dan belum pernah mengalami pemugaran secara besar-besaran. Bila ada renovasi, hanya sebatas mengganti yang mengalami kerusakan saja. *** [271013]
Share:

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami