The Story of Indonesian Heritage

  • Istana Ali Marhum Kantor

    Kampung Ladi,Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat)

  • Gudang Mesiu Pulau Penyengat

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Benteng Bukit Kursi

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Kompleks Makam Raja Abdurrahman

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Mesjid Raya Sultan Riau

    Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

Tampilkan postingan dengan label Serang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Serang. Tampilkan semua postingan

Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama

A.    Sejarah Singkat
Diungkapnya data arkeologi secara ilmiah yang tersebar dan terkumpul di dalam gudang sebagai hasil penelitian dan pelestarian situs Banten Lama agar dapat dinikmati masyarakat luas pada tanggal 15 Juli 1985 terwujud, yakni dengan diresmikannya Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Prof.DR. Haryati Soepadio



B.     Bangunan
Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama mempunyai luas tanah ± 10.000 m² dan bangunan ± 778 m². Dibangun dengan gaya arsitektur tradisional Jawa Barat seperti yang terlihat pada bentuk atapnya.



C.     Koleksi
Koleksi Museum Situs Kepurbakalaan banten Lama berupa benda-benda koleks, baik asli maupun replica/reproduksi, miniatur, diorama, dan maket serta dapat dikelompokkan dalam koleksi arkeologika, keramologika, numismatika/heraldika, etnografika, dan seni rupa.

1.       Koleksi Arkeologika
Koleksi arkeologika yang terdapat di Museum Situs Kepurbakalan Banten Lama meliputi sejumlah benda-benda peninggalan sejarah dan purbakala yang ditemukan di Situs Banten Lama, yang berasal dari masa pra-sejarah, masa klasik (Hindu-Buddha), masa Islam, hingga masa kolonial.
Koleksi arkeologika ini mencerminkan eksistensi Banten Lama telah ada sejak masa pra-sejarah di Indonesia.
Koleksi-koleksi tersebut antara lain: kapak batu, arca nandi, genteng berbagai bentuk dan ukuran, memolo/hiasan atap bangunan/pemuncak, tegel, pagar besi berhias, engsel, pegangan kunci, rumah kunci, hiasan lubang kunci, paku, mur dan pipa saluran air berbagai bentuk dan ukuran.


2.       Koleksi Keramologika
Koleksi keramologika berupa keramik dan gerabah. Keramik-keramik yang menjadi koleksi museum ini terdiri dari keramik asing dan keramik lokal. Keramik asing umumnya berasal dari Birma, Vietnam, Cina, Jepang, Timur Tengah serta negara-negara Eropa dengan cirinya masing-masing. Keberadaan keramik ini mencerminkan bahwa pada saat itu Banten Lama merupakan sebuah daerah yang ramai dengan aktivitas perdagangannya dengan berbagai macam bangsa yang datang ke sana. Selain itu juga telah terdapat industri gerabah yang berkembang di Banten Lama, di mana gerabah-gerabah tersebut umumnya dipergunakan sebagai alat rumah tangga, unsur bangunan serta wadah pelebur logam yang biasa disebut kowi.



3.       Koleksi Numismatika
Koleksi numismatika merupakan koleksi yang berupa mata uang. Koleksi yang ada di museum ini berupa mata uang asing yang dicetak di Banten Lama sendiri maupun mata uang asing seperti caxa (Cina), mata uang VOC,  mata uang Inggris, dan Tael.


4.       Koleksi Etnografika
Koleksi etnografika yang terdapat pada museum antara lain berupa koleksi alat tenun. Koleksi ini merupakan alat tenun yang ada di daerah Banten sejak Banten sebelum Islam sampai sekarang masih digunakan. Selain itu, juga terdapat sejumlah benda-benda tradisional dari daerah Banten seperti pakaian, senjata, dan alat kesenian.

5.       Koleksi Seni Rupa
Koleksi seni rupa yang menjadi koleksi museum ini umumnya lukisan yang menceritakan sejumlah peristiwa di Banten Lama. Koleksi seni rupa ini antara lain sketsa yang menggambarkan tentang kegiatan pasar pada masa lalu, juga lukisan tentang utusan duta besar Kesultanan Banten yang melawat ke negara Inggris, suasana di Tasikardi, diorama suasana musyawarah tahun 1596, pelabuhan Banten tahun 1596, suasana pasar Karangantu, lukisan keterangan tentang urutan Sultan-sultan yang menjabat pada waktu itu dan lain-lain.

D.     Pameran
Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama mempunyai ± 1.000 benda koleksi, baik yang dipamerkan secara outdoor dan indoor maupun yang masih tersimpan di kantor Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang dan gudang museum. Sebagian besar dari benda-benda koleksi yang dimiliki oleh museum merupakan temuan arkeologi yang berasal dari Situs Kepurbakalan Banten Lama pada khususnya dan daerah Banten pada umumnya, baik yang diperoleh dengan cara penggalian arkeologis, maupun dengan cara pembelian/imbalan jasa dan hibah serta titipan.

E.      Kegiatan Penunjang
Tidak berbeda dengan museum umum lainnya, museum situs ini juga mempunyai fungsi sebagai tempat pelestarian warisan budaya dan sarana dalam penelitian sekaligus sebagai tempat rekreasi. Benda-benda yang kemudian dijadikan koleksi museum merupakan faktor yang penting karena melalui koleksi-koleksi yang dimiliki dan dipamerkan, masyarakat dapat mengetahui dan mempelajari tentang sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

F.      Pelayanan Umum
Selain kegiatan rutin, museum juga memberikan pelayanan umum yang bersifat teknis kepada masyarakat, yaitu:

v  Penelitian dan pendeskripsian koleksi pribadi serta bimbingan penelitian koleksi
v  Perawatan dan penataan koleksi pribadi
v  Bimbingan penulisan skripsi bagi mahasiswa, karya tulis bagi pelajar dan siswa seputar budaya Banten.

G.     Lain-Lain

1.       Fasilitas
Adapun sarana yang tersedia di museum ini adalah kawasan wisata Situs Kepurbakalaan Banten Lama, camping ground, ruang tiket, taman, parker, ruang auditorium, souvenir, mushola dan toilet.

2.       Jam Buka
Selasa – Kamis                                Jam        09.00 – 16.00 WIB
Jumat                                               Jam        09.00 – 11.00 WIB & 14.00 – 16.00 WIB
Sabtu – Minggu                               Jam        09.30 – 15.00 WIB
Senin & Hari Libur Nasional            Tutup    *** [230612]
Share:

Situs Keraton Kaibon

Nama Keraton Kaibon yang dibangun pada tahun 1815 ini diambil dari kata keibuan. Pada waktu itu, Sultan ke-21, yaitu Sultan Syafiuddin masih sangat belia sehingga pemerintahan dijalankan oleh ibundanya, Ratu Aisyah.


Kompleks ini terletak di Kampug Kroya, Kelurahan Kasunyatan, Kecamatan Kaseman, Kabupaten Serang, merupakan keraton tempat kediaman Ibu Ratu Aisyah, Ibunda Sultan Rafiudin. Pada tahun 1832, kompleks keraton tersebut dibongkar oleh Pemerintah Hindia Belanda. Asal muasal pembongkaran keraton berdasarkan sejarah, yaitu ketika Du Puy, utusan Gubernur Jenderal Daendels meminta kepada Sultan Syafiudin untuk meneruskan proyek pembangunan jalan dari Anyer sampai Panarukan, juga pelabuhan armada Belanda di Teluk Lada (di Labuan). Namun, Syafiuddin dengan tegas menolak. Dia bahkan memancung kepala Du Puy dan menyerahkannya kembali kepada Daendels yang kemudian marah besar dan menghancurkan Keraton Kaibon. Yang masih terlihat sekarang hanya sebagian pondasi, tembok, serta gapura/pintu gerbang.


Ruangan yang diduga kamar Ratu Aisyah juga masih tersisa seperempat bagian. Kamar ini khas karena bagian lantainya dibuat lebih menjorok ke bawah (tanah) untuk diisi air sebagai pendingin ruangan. Di atasnya dipasang papan yang berfungsi sebagai lantai. Saat ini, masih terlihat adanya lubang-lubang penyangga papan. Meski saat ini dikelilingi permukiman penduduk yang makin padat, istana seluas dua hektar itu tetap terjaga sebagai cagar budaya. *** [230612]
Share:

Masjid Pacinan Tinggi

Masjid ini terletak di Kampung Pacinan, Desa Banten, Kecamatan Kaseman, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Masjid ini hanya tinggal reruntuhannya saja, yang terlihat hanya mihrab dan sisa bangunan menara yang berdenah bujur sangkar. Menara ini terbuat dari bata dan dengan pondasi dan bagian bawahnya terbuat dari batu karang, bagian atas menara ini sudah hancur.


Menurut catatan sejarah yang ada, para pedagang Cina mulai memasuki Banten pada tahun 1522. Pada awalnya orang Cina ini datang ke Banten dengan tujuan untuk berdagang. Mereka membawa barang-barang khas dari negaranya untuk diperdagangkan di pasar Karangantu. Antara lain, orang Cina berdagang sutera, beludru, porselin, peti yang indah, kertas emas, kipas. Barang-barang tersebut ditukarkan dengan rempah-rempah. Orang Cina membutuhkan rempah-rempah untuk dijadikan bumbu, campuran minuman dan obat-obatan.


Karena proses bongkar muatan kapal yang membutuhkan waktu yang lama, akhirnya pedagang Cina tersebut, tinggal di Banten. Lambat laun terbentuklah perkampungan Cina atau lebih dikenal dengan Kampung Pacinan. Dalam kehidupan bermasyarakat para pedagang Cina tersebut berbaur dengan penduduk Banten, sehingga banyak diantara orang Cina yang menikah dengan penduduk setempat. Kemudian dibangunlah Masjid Pacinan Tinggi, yang dibangun pada masa Sultan Syarif Hidayatullah. Masjid ini dibangun di tengah perkampungan Cina. Masjid Pacinan Tinggi dibangun pada tahun 1523-1524, Masjid Tinggi ini berfungsi sebagai sarana ibadah dan musyawarah.
Tak jauh di sebelah kanan terdapat makam suami-istri yang berasal dari Desa Yin-Shao dan batu nisan tersebut didirikan tahun 1843, mungkin keduanya pemuka agama (saat itu) sehingga dimakamkan di dalam area masjid. *** [230612]
Share:

Masjid Agung Banten Lama

Masjid yang sangat terkenal dan bersejarah di Banten, adalah Masjid Agung Banten Lama. Masjid Agung Banten Lama termasuk dalam wilayah Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kabupaten Serang. Bangunan masjid berbatasan dengan perkampungan di sebelah utara, barat dan selatan, alun-alun di sebelah timur, dan benteng/Keraton Surosowan di sebelah tengah. Arahnya  ke sebelah utara dari pusat Kota Serang. Keadaan masjid ini relatif terpelihara meskipun banyak yang sudah rusak. Bangunan Masjid Agung Banten, terdiri dari bangunan masjid, dengan serambi pemakaman, di kiri dan kanannya bangunan tiyamah, menara dan tempat pemakaman di halaman sisi utara.


Bangunan Masjid Agung Banten Lama merupakan suatu kompleks dengan luas tanah 1,3 hektar yang dikelilingi pagar tembok dengan ketinggian sekitar satu meter. Pada sisi tembok timur dan masing-masing terdapat dua buah gapura dibagian utara dan selatan yang letaknya sejajar. Bangunan masjid menghadap ke timur berdiri di atas pondasi masif dengan ketingggian satu meter dari halaman. Di dalam Masjid Agung Banten Lama (sebelah kiri) terdapat makam Sultan Banten dan keluarganya.
Bangunan ruang utama berdenah empat persegi panjang dengan ukuran 25 x 19 m. lantai terbuat dari ubin berukuran 30 x 30 cm.


Dinding sisi utara membatasi ruang utama dengan serambi utama dengan sebuah pintu masuk berbentuk empat persegi panjang ukuran 240 x 125 cm, berdaun pintu dua buah dari kayu. Jendela pada dinding utara dua buah dengan dua daun jendela berbentuk segi empat berukuran 180 x 152 cm. Sedangkan dinding selatan hanya mempunyai satu pintu yang menghubungkan ruang utama dengan pawestren di dekat sudut barat dinding.
Masjid ini didirikan pada masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf. Seperti juga masjid-masjid lainnya, bangunan masjid ini berdenah segi empat, atapnya merupakan atap bersusun lima. Di kiri dan kanan bangunan ini terdapat masing-masing serambi, namun serambi ini dibangun kemudian.


Di depan masjid terdapat menara yang cukup tinggi. Menurut sumber yang ada, menara ini dibangun oleh seorang arsitek Belanda, Hendrik Lucaszoon Cardael. Pada waktu itu, Cardeal memang membelot ke pihak Banten, dan kemudian dianugerahi gelar Pangeran Wiraguna. Kapan bangunan ini didirikan tidak diketahui dengan pasti. Di dalam “Journal van de Reyse” (De Earste Schipvaart de Nederlanders naar Oost Indie Onder Cornelis de Houtman (1595-1597)), terdapat sebuah peta Banten yang memperlihatkan adanya menara tersebut, sedangkan di dalam sejarah Banten antara lain disebutkan bahwa “Kanjeng Maulana Hasanuddin adarbe putra satunggal lanang jeneng putra mangke nuli den wastane Maulana Yusuf ingkang punika jeneng Yusuf sampunggung ikeng putra pan sampan adarbe rayi naliki iku waktu ning wangun munare”.
Berdasarkan atas pemberian tersebut, C. Crucq berpendapat bahwa Menara Masjid Agung Banten Lama sudah ada sebelum tahun 1569/1570. Berdasarkan tinjauan seni bangunan dan hiasannya, ia berkesimpulan bahwa menara tersebut pada pertengahan kedua abad ke-16, yaitu antara tahun 1560-1570. *** [230612]
Share:

Situs Keraton Surosowan

Situs Keraton Surosowan terletak di Desa Banten, Kecamatan Kaseman, Kabupaten Serang. Lokasinya berdekatan dengan Masjid Agung Banten Lama.


Kompleks keraton ini sekarang sudah hancur, yang masih nampak adalah tembok benteng yang mengelilingi dengan sisa-sisa bangunannya. Sisa-sisa bangunan ini berupa pondasi dan tembok-tembok dinding yang sudah hancur, termasuk sisa-sisa bangunan Balekambang. Tembok benteng masih tampak berdiri dengan ketinggian antara 0,5 meter hingga 2 meter, dengan lebar sekitar 5 meter. Pada beberapa bagian, terutama di bagian sebelah selatan dan timur, tembok benteng ini bahkan ada yang sudah hancur.


Kompleks Keraton Surosowan ini berbentuk segi empat dengan luas kurang lebih 3 hektar. Pintu utama masuk ke Keraton Surosowan terletak di sebelah utara, menghadap ke alun-alun. Berdasarkan sejarah Banten, Keraton Surosowan yang disebut juga Gedung Kedaton Pakuan, dibangun pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin (1552-1570), sedangkan tembok benteng dan gerbangnya yang terbuat dari bata dan batu karang dibangun oleh Sultan Maulana Yusuf (1570-1580).
Salah satu bagian di dalam keraton yang menarik perhatian adalan Pancuran Mas. Pancuran yang sebenarnya terbuat dari tembaga dan bukan emas itu dahulu biasa digunakan untuk mandi para pejabat dan juga abdi kerajaan. begitu terkenalnya nama Pancuran Mas sehingga orang-orang yakin bahwa pancuran itu memang terbuat dari emas.
Keraton Surosowan telah tiga kali dibangun akibat hancur karena perang. Terakhir, keraton dihancurkan oleh Daendels pada tahun 1808. Banten Lama atau Surosowan adalah situs yang berkelanjutan. Di sana ada peradaban pra-sejarah dan berlanjut ke zaman klasik (Hindu-Budha), lalu beralih ke kebudayaan Islam pada abad ke-16. *** [230612]
Share:

Sejarah Banten

Tidak banyak yang diketahui mengenai peninggalan sejarah dari kerajaan yang terdapat di bagian paling barat dari pulau Jawa ini, terutama pada masa sebelum masuknya Islam. Keberadaan Banten sdikit dihubungkan dengan masa kejayaan maritim Kerajaan Sriwijaya yang menguasai Selat Sunda, menghubungkan pulau Jawa dan Sumatera. Begitu juga kaitannya dengan keberadaan Kerajaan Sunda Pajajaran, yang berdiri pada abad ke-14 dengan ibu kotanya Pakuan dan berlokasi di dekat kota Bogor sekarang. Menurut catatan, Kerajaan ini mempunyai dua pelabuhan utama, yaitu Pelabuhan Kalapa (Sunda Kelapa), yang sekarang dikenal Jakarta, dan Pelabuhan Banten.
Dari beberapa data mengenai Banten yang tersisa, dapat diketahui, lokasi awal dari Banten tidak berada di pesisir  pantai, melainkan sekitar 10 kilometer masuk ke daratan, di tepi sungai Cibanten, di bagian selatan dari Kota Serang sekarang ini. Wilayah ini dikenal dengan nama “Banten Girang” atau Banten di atas sungai. Nama ini diberikan berdasarkan posisi geografisnya. Kemungkinan besar, kurangnya dokumentasi mengenai Banten dikarenakan posisi Banten sebagai pelabuhan yang penting dan strategis di Nusantara, baru diketahui setelah masuknya Dinasti Islam pada permulaan abad ke-16.
Di mata otoritas Banten, bangsa Portugis menawarkan perlindungan ganda. Bangsa Portugis saat itu sangat anti Islam dan armada laut mereka sangat kuat serta menguasai perairan di sekitar Banten. Di sisi lain, Banten dapat menawarkan komoditas lada kepada Portugis. Negoisasi tentang kesepakatan ini dimulai tahun 1521 Masehi.
Pada tahun 1522 Masehi, Portugis di Malaka, yang sadar akan pentingnya urusan ini, mengirim utusan ke Banten yang dipimpin oleh Henrique Leme. Perjanjian dibuat antara kedua belah pihak.
Sebagai ganti dari perlindungan yang diberikan kepada Banten, Portugis akan diberikan akses tak terbatas untuk mendapatkan persediaan lada serta diperkenankan untuk membangun benteng di muara sungai Cisadane. Kesepakatan yang sangat tidak menguntungkan ini menggarisbawahi tingginya tingkat kesulitan yang dihadapi Banten. Pemilihan pembuatan benteng di daerah Tangerang tidak diragukan lag untuk dua alasan. Yang pertama, agar Portugis dapat menahan kapal yang berlayar dari Demak, dan yang kedua untuk mencegah agar armada Portugis yang sangat kuat pada saat itu tidak terlalu dekat dengan kota Banten. Aplikasi dari perjanjian ini adalah adanya kesepakatan kekuasaan yang tak terbatas bagi Portugis. Lima tahun kemudian akhirnya armada Portugis tiba juga di pesisir Banten, di bawah pimpinan Fransisco de Sa, yang bertanggung jawab akan pembangunan benteng.
Putra Sunan Gunung Jati, Hasanudin kemudian memimpin operasi militer di Banten dan berhasil mengambil alih kekuasaan pada tahun 1527 Masehi, bertepatan dengan datangnya armada Portugis. Sadar akan adanya pernjanjian antara Portugis dengan penguasa sebelumnya, pasukan Banten Islam mencegah siapapun untuk merapat ke Banten. Kelihatannya Kaum Muslim menguasai secara serempak kedua pelabuhan utama Sunda, yaitu Kalapa dan Banten, penguasaan yang tidak lagi dapat ditolak oleh Pakuan. Sebagaimana telah sebelumnya dilakukan di Jawa Tengah, Kaum Muslim, sekarang merupakan kelas social baru, yang memegang kekuasaan politik selain ekonomi yang telah lebih dahulu dikuasai.
Putera Sunan Gunung Jati, Hasanudin dinobatkan sebagai Sultan Banten oleh Sultan Demak, yang bahkan juga menikahkan adiknya dengan Hasanudin. Sejak itu, sebuah dinasti baru telah terbentuk pada saat yang sama kerajaan yang baru didirikan. Dan Banten dipilih sebagai ibukota kerajaan baru. Sementara itu, situasi politik telah sangat berubah sehingga armada Portugis gagal untuk merapat ke daratan. Seorang ulama yang dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati, pada saat itu telah menetap di Banten Girang dengan tujuan utama menyebarkan ajaran agama Islam.
Walaupun pada awalnya kedatangan Sunan Gunung Jati diterima dengan baik oleh pihak penguasa, akan tetapi secara diam-diam dia tetap meminta agar Kerajaan Demak mengirimkan pasukan untuk menguasai Banten begitu ia menilai sudah tiba waktunya yang tepat. ***

Sumber:
  • Buku Benteng Heritage The Pearl of Tangerang Museum Warisan Budaya Peranakan Tionghoa Tangerang (2011)
Share:

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami