The Story of Indonesian Heritage

  • Istana Ali Marhum Kantor

    Kampung Ladi,Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat)

  • Gudang Mesiu Pulau Penyengat

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Benteng Bukit Kursi

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Kompleks Makam Raja Abdurrahman

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Mesjid Raya Sultan Riau

    Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

Tampilkan postingan dengan label Ancient Port in Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ancient Port in Indonesia. Tampilkan semua postingan

Pelabuhan Banten Abad 17-18

Penguasa Kerajaan Banten (Islam) yang pertama adalah Sultan Hasanuddin. Ia memindahkan Keraton Banten dari pedalaman (Girang) ke dekat Pelabuhan Banten. Ibukota Banten yang bernama Surosowan, dipindahkan tak jauh dari muara Kali Banten. Sungai berair jernih yang lebarnya sekitar 9 mil ini, membelah Kota Banten serta dapat dilayari kapal-kapal besar.
Setelah menjadi kesultanan, Pelabuhan Banten menjadi lebih ramai, bahkan dapat menyaingi Malaka dan mengalahkan posisi Sunda Kelapa. Para penguasa sesudah Sultan Hasanuddin menikmati kejayaan Kesultanan Banten karena pelabuhannya menjadi pusat perdagangan kelas dunia. Gudang-gudang di Pelabuhan Banten dipenuhi dengan berbagai barang dari penjuru dunia.
Namun di awal abad ke-17, peran Pelabuhan Banten sebagai bandar niaga besar mulai mengalami pasang surut. Perang saudara dalam memperebutkan tahta sering terjadi. Namun, setelah Sultan Ageng Tirtayasa naik tahta (1651), Banten kembali Berjaya. Sebagai seorang yang ahli strategi, ia mengizinkan perdagangan bebas serta menolak monopoli VOC Belanda. Pada akhir abad ke-17, VOC berhasil menguasai Banten melalui politik adu dombanya. Pelabuhan Banten akhirnya tak lagi menjadi pelabuhan bebas, karena sudah terikat perjanjian dengan pihak VOC.
Pelabuhan Banten perlahan tapi pasti, mulai kehilangan pamornya sebagai bandar internasional. Pergolakan politik yang terus terjadi membuat Kesultanan Banten dan pelabuhannya semakin terpuruk. Abad ke-18 merupakan saksi kesuraman Pelabuhan Banten. Kejayaan bandar niaga ini berakhir ketika kesultanan dikalahkan Belanda. Banten pun dikuasai VOC dengan sistem monopolinya yang tidak menguntungkan Banten. ***   
Share:

Pelabuhan Makassar Abad 19

Perdagangan di Makassar periode 1800 sampai 1906, ditandai dengan melemahnya monopoli dan berkembangnya perdagangan bebas. Ketika pemerintah Hindia Belanda menggantikan posisi VOC, diberlakukan kembali perdagangan bebas. Situasi ini menyebabkan Pelabuhan Makassar kembali menjadi bandar internasional dan pelabuhan transito (singgah) terpenting di bagian timur. Perubahan tersebut disebabkan hadirnya Inggris di Asia Tenggara, yang mengakhiri hegemoni Portugis dan menjadi pesaing berat Belanda dalam perniagaan dengan Cina.
Pada awalnya Belanda tetap menerapkan peraturan pelayaran dan perniagaan yang ketat dan pajak ekspor yang tinggi, maka para pedagang asing akhirnya malas berurusan dengan Pelabuhan Makassar dan lebih memilih berurusan dengan Singapura. Kenyataan pahit itu memaksa pemerintah Hindia Belanda benar-benar menetapkan Makassar sebagai pelabuhan bebas pada 1847.
Kebijakan pelabuhan bebas itu membuat Makassar mengalami masa kejayaannya kembali di paruh kedua abad ke-19. Kapal niaga asing dan bumiputera memenuhi Bandar Makassar, bahkan pada 1847 hingga 1873 posisinya sebagai pelabuhan internasional mengalahkan Singapura. Selama 25 tahun, volume perdagangan Makassar terus meningkat. Perkembangan ini juga membuat peningkatan perniagaan dan tumbuhnya perwakilan serta kantor dagang di pelabuhan itu. ***
Share:

Pelabuhan Makassar Abad 18

Di abad 18, Bone menjadi kerajaan yang terkuat di Sulawesi Selatan karena hubungan dekatnya dengan VOC. Di masa itu seringkali terjadi pergolakan antaretnik, pihak Belanda turut campur tangan di dalamnya. Pemberontakan tidak hanya menyita kekuatan VOC namun ikut pula mengguncang perekonomian yang menyebabkan merosotnya peran Pelabuhan Makassar.
Pelabuhan Makassar ketika itu hanya melayani kepentingan pihak Belanda. Tempatnya yang strategis menjadi kunci bagi keamanan jalur rempah-rempah yang dimonopoli Belanda. Bandar ini tak lagi seramai masa jayanya, saat dikuasai Kerajaan Gowa. Politik menutup diri dan monopoli yang dilakukan oleh Belanda mengakibatkan Pelabuhan Makassar terus mengalami kemerosotan VOC saat itu hanya mengimpor komoditi tekstil (dari Gujarat) dan barang-barang seadanya, perniagaan Makassar pun kian menurun.
Baru pada akhir abad 18 VOC membuka diri, dilakukan perdagangan dengan Cina berupa sutera, teh, dan porselin. Tetapi karena jumlah Jung (kapal Cina) yang boleh datang ke Makassar dibatasi, perniagaan hanya ramai ketika Jung Cina datang, lalu sunyi lagi sesudahnya. Pedagang pribumi lebih memilih berniaga di luar kawasan ini. Rakyat mulai bermigrasi keluar Makassar. Jiwa pelaut dan kemaritiman mereka tidak dapat menerima kebijakan VOC tersebut. *** 
Share:

Pelabuhan Makassar Abad 17

Nilai penting lain dari Pelabuhan Makassar adalah sebagai bandar singgah internasional. Itu sebabnya VOC pada 1609 berniat mendirikan kantor dagang di sini. Namun keinginan tersebut berhasil dihalangi Raja Gowa yang bekerjasama dengan pedagang Inggris, Perancis, Denmark, Spanyol, dan Portugis.
Di masa itu, sering terjadi perebutan kekuasaan di kalangan bangsawan tinggi Makassar untuk menjadi penguasa Gowa. Namun, dalam kondisi tak tentu itu, fungsi Pelabuhan Makassar tidak pernah berubah. Siapapun yang berkuasa di Istana Gowa tetap mempertahankan keberadaan Pelabuhan Makassar sebagai bandar internasional.
Tahun 1660, saat VOC datang dengan kekuatan 30 kapal menyerang Gowa. Sultan Hasanuddin, sebagai Raja Gowa dipaksa menandatangani persetujuan perdamaian dengan VOC. Tetapi, permusuhan terus berlanjut hingga ditandatangani Perjanjian Bongaya pada 18 November 1667. Kesepakatan ini ternyata tidak menyurutkan Sultan Hasanuddin menentang kolonialisasi Belanda. Perang Makassar itu berakhir saat disepakati penandatanganan ulang di Binangga pada 28 Juli 1699.
Sejak saat itu, Kerajaan Gowa menyempit kekuasaannya. Ia kembali menjadi kerajaan agraris dan tidak memiliki pesisir lagi. Pelabuhan Makassar sepenuhnya dikuasai VOC yang memonopoli perniagaan. Pamor kejayaan Pelabuhan Makassar sebagai pelabuhan bebas pun mulai pudar. ***
Share:

Pelabuhan Makassar Abad 16

Kejayaan Kerajaan Gowa dimulai pada abad ke-16. Penguasanya, Somba Tumaparissi Kallona (1511-1547) mengembagkan Pelabuhan Makassar (Ujungpandang) sebagai bandar niaga dan tempat singgah berbagai kapal asing. Posisinya berada di tengah jalur pelayaran dari barat ke timur dan barat ke utara, membuat lokasi ini sangat strategis sebagai sarana perniagaan. Letaknya yang terlindung oleh Kepulauan Saparmonde, membuatnya aman dari serangan badai saat angin musim barat.
Alfonso de Albuquerque adalah orang Portugis pertama yang singgah di Gowa (1510). Saat itu keadaan pelabuhannya masih kecil dan belum maju. Pedagang Portugis, Antoni de Paiva yang mengunjungi Kerajaan Gowa pada 1542, menceritakan tentang beberapa bandar niaga penting pada masa itu, yaitu Suppa, Siang, dan Tamboku. Pada kedatangannya yang kedua tahun 1544, ia menyaksikan bahwa Pelabuhan Gowa (Makassar) sudah menjadi bandar besar.
Pelabuhan ini menjadi ramai karena Raja Kallona berhasil menaklukkan kerajaan-kerajaan pesisir lain yang berada di sekitarnya seperti Siang, Suppa, Selayar, Panaikang, Garrassi, Bulukumba, dan Luwu. Selain itu, bandar-bandar niaga di pesisir utara Jawa mulai berjatuhan di bawah penguasaan Malaka oleh Portugis (1511). Sejak saat itu, Pelabuhan Gowa (Makassar) menjadi pelabuhan perniagaan para pedagang dari mancanegara. Gowa yang semula kerajaan agraris telah berubah menjadi kerajaan maritim. ***
Share:

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami