Candi
Songgoriti terletak di Jalan Songgoriti, Kelurahan Songgokerto, Kecamatan Batu,
Kota Batu, Provinsi Jawa Timur
-
Istana Ali Marhum Kantor
Kampung Ladi,Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat)
-
Gudang Mesiu Pulau Penyengat
Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]
-
Benteng Bukit Kursi
Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]
-
Kompleks Makam Raja Abdurrahman
Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]
-
Mesjid Raya Sultan Riau
Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]
Tampilkan postingan dengan label Batu Heritage. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Batu Heritage. Tampilkan semua postingan
Gedung Simon Stock Batu
Budiarto Eko KusumoRabu, Juli 27, 2016Batu Heritage, Cagar Budaya di Batu, Gereja di Batu, kekunaan, Sejarah Gedung Simon Stock Batu, Simon Stock Building
Tidak ada komentar

Sepulang dari mengunjungi Candi Songgoriti, tanpa sengaja saya melintas
di depan bangunan bercorak lawas di
pinggir jalan utama yang ada di Kota Batu. Bangunan dengan pintu utama yang
berbentuk lengkungan, mengundang saya untuk menghampirinya.
Gedung tersebut merupakan gedung yang digunakan untuk tempat latihan
karate Kyokushinkai dan Aikido. Diketahui dari atas lengkungan gevel, tempat
latihan olahraga bela diri tersebut dinamakan Dojo A. Yos bagi karate
Kyokushinkai, dan Aikido Jimen Dojo. Gedung ini terletak di Jalan Panglima
Sudirman No. 59, Kelurahan Ngaglik, Kecamatan Batu, Kota Batu, Provinsi Jawa
Timur. Lokasi gedung ini berada di samping SDK Sang Timur.
Dari tempat lokasi, diketahui bahwa gedung yang dimanfaatkan untuk Dojo atau tempat latihan olahraga karate
tersebut itu sebenarnya adalah Gedung Simon Stock. Kedua institusi karate
tersebut memang menyewa gedung tersebut untuk digunakan sebagai Dojo.
Dulu, Gedung Simon Stock ini adalah sebuah gereja Katolik yang bernama Gereja Santo Simon Stock, yang didirikan pada tahun 1939 dengan kapasitas hanya untuk sekitar 250 jemaat saja. Dengan adanya perkembangan dan pertambahan jemaat tersebut, menjadikan daya tampung gereja sudah tidak memadai lagi. Terlebih pada hari-hari besar yang dilakukan oleh umat Katolik, seperti Natal dan Paskah, jemaat nyaris tidak tertampung lagi. Selain itu, lokasinya yang berada di jalan besar, menyebabkan gereja itu terasa bising dan ramai ketika jemaat sedang mengikuti misa sehingga kekhusyukan jemaat menjadi terganggu.
Atas pertimbangan tersebut, maka pada tahun
1983 mulai dipikirkan oleh Romo P.J. Vollering O’Carm, selaku Pastor Paroki
Batu pada waktu itu, yang dibantu oleh sejumlah jemaat mulai mewacanakan untuk
membangun sebuah gereja baru yang lebih besar, luas serta memadai sebagai
tempat beribadah. Akhirnya, dibangunlah gereja baru tersebut di tanah Keuskupan
seluas 5.000 m² yang berada di Jalan Ridwan (depan Susteran Karmelites), Desa Ngaglik,
Kecamatan Batu.
Bangunan gereja baru yang memiliki luas 1.000 m² ini dikerjakan selama dua
tahun, dan diresmikan pada tahun 1987 dengan nama Gereja Katolik Gembala Baik
Batu.
Setelah gereja Katolik baru diresmikan dan
diadakan pemberkatan, maka secara resmi jemaat yang semula mengadakan kebaktian
di Gereja Katolik Santo Simon Stock beralih ke Gereja Katolik Gembala Baik.
Sehingga, bekas bangunan gereja tertua di Kota Batu tersebut akhirnya difungsikan
menjadi gedung serba guna, dan disewakan kepada masyarakat umum, seperti
beberapa acara resepsi pernikahan, rapat, dan sebagainya.
Pada saat mengunjungi, gedung ini digunakan
sebagai Aikido Jimen Dojo. Dojo adalah tempat untuk latihan olahraga karate.
Jimen dalam bahasa Indonesia berarti bumi atau tanah tempat kita berpijak, dan
Aikido adalah seni beladiri yang mempunyai akar pertumbuhan dan budaya dari
Jepang. *** [290516]
Candi Songgoriti
Budiarto Eko KusumoSelasa, Juli 26, 2016Batu Heritage, Cagar Budaya di Batu, Candi, Candi di Batu, Candi Songgoriti, kekunaan, Sejarah Candi Songgoriti
Tidak ada komentar

Berkesempatan berkeliling Kota Batu sangatlah
menyenangkan. Udaranya yang sejuk dengan sejumlah lokasi wisata menambah
keelokan Kota Batu sebagai Kota Wisata, khususnya argo wisata apelnya yang
telah cukup dikenal. Ternyata tak hanya itu saja. Kota Batu juga banyak menyimpan
peninggalan sejarah dari masa lampau. Salah satunya adalah Candi Songgoriti.
Candi ini terletak di Jalan Songgoriti, Kelurahan Songgokerto,
Kecamatan Batu, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Lokasi candi ini berada di lingkungan
Pemandian Air Panas Alami (PAPA), atau berdekatan dengan Pasar Wisata
Songgoriti.
Bentuk candi ini sudah tidak utuh lagi. Atapnya
kelihatan sudah runtuh, dan sekarang yang tampak tinggal kaki dan badannya.
Namun demikian, candi yang menghadap ke arah barat ini memiliki keunikan
tersendiri bila dibandingkan candi-candi lainnya yang ada di Jawa Timur, yaitu
dari dalam periginya keluar air panas yang masih dimanfaatkan sampai saat ini
sebagai sumber air pemandiaan. Air panas yang keluar dari periginya dianggap
mempunyai daya tertentu atau air suci yang keluar dari tanah.
Candi ini ditemukan pertama kali oleh seorang arkeolog Belanda bernama Wouter Hendrik Van Ijsseldijk pada tahun 1799. Lalu, diperbaiki oleh oleh arkeolog Belanda lainnya, yaitu Jonathan Rigg pada tahun 1849 dan Jan Frederik Gerrit Brumund pada tahun 1863. Tahun 1902, J. Knebel melakukan inventarisasi situs Candi Songgoriti dan dilanjutkan dengan renovasi besar-besaran pada tahun 1921. Candi yang kita lihat sekarang ini merupakan hasil restorasi yang dilakukan oleh Oudheidkundige Dienst Hindia Belanda dari tahun 1938 hingga tahun 1944.
Menurut Suwardono (2013) Candi Songgoriti
merupakan candi patirthan, yang
didirikan berhubungan dengan sumber air panas yang keluar dari dalam tanah. Cerita
rakyat setempat menyebutkan bahwa candi tersebut dibangun berhubungan dengan
tempat seorang empu pembuat pusaka, oleh karenanya airnya panas dan mengandung
besi.
Nama ‘Songgoriti’ berasal dari bahasa Jawa Kuno dari kata dasar ‘sanggha’ yang berarti kelompok, rombongan, kumpulan, dan ‘riti’ yang artinya logam sebangsa perunggu, kuningan. Dengan demikian nama Songgoriti berarti ‘timbunan logam’. Di daerah sekitar Songgoriti sampai sekarang masih ditemukan nama-nama tempat seperti Kemasan (tempat pengrajin emas) dan Pandesari (pusat pandai logam). Dengan demikian daerah Songgoriti, yang dalam perkembangannya menjadi sebuah desa atau kelurahan bernama Songgokerto, dahulunya merupakan sebuah tempat perkumpulan atau tempat adanya suatu usaha pembuatan barang-barang dari logam.
Nama Songgoriti ini kemungkinan berkaitan
dengan sebuah prasasti yang ditemukan tak jauh dari situs candi, yaitu Prasasti
Sangguran yang bertarikh 850 Çaka atau 928 M. Prasasti ini dikeluarkan oleh
Sri Maharaja Rakai Pangkaja Dyah Wawa bersama dengan patihnya yang bernama
Rakryan Mahapatih Pu Sindok Sri Isanawikrama dari Kerajaan Mataram Kuno Jawa
Tengah.
Dilihat dari gaya bangunan dan seni hiasnya, juga
beberapa bentuk tulisan pada inskripsi-inskripsi pendek yang ditemukan beserta
peripih yang lain di dalam sumuran candi, Candi Songgoriti diduga berasal dari
sekitar abad 9. Sedangkan, Prasasti Sangguran diterbitkan pada tahun 928 M
(abad 10). Dengan demikian sebelum Prasasti Sangguran dibuat, Candi Songgoriti
sudah ada. Hal tersebut sesuai dengan pemberitaan dalam prasasti bahwa prasasti
dibuat sebagai penetapan sima wanua
(desa) Sangguran bagi kelangsungan bangunan suci di Mananjung. Maka, diduga
tempat para pandai besi di Mananjung tersebut adalah daerah Songgoriti
sekarang, yang memang benar-benar terdapat bangunan suci (Candi Songgoriti).
Bangunan Candi Songgoriti ini berada pada
ketinggian 998 meter di atas permukaan laut, dan terbuat dari batu andesit.
Sedangkan, pondasinya dari batu bata. Ukuran candi ini adalah 14,50 meter x 10
meter dengan tinggi 2,5 meter. Meski bangunan candi sudah tidak utuh lagi,
namun keberadaannya sangatlah memiliki arti sebagai bukti tuanya usia peradaban
di Kota Batu. Sayangnya, lokasi bangunan candi ini seolah kalah gaungnya dengan
kolam pemandiannya maupun wahana wisata lainnya yang berada di Songgoriti. ***
[290516]
Kepustakaan:
Rahadhian PH & Fery Wibawa
C, 2015. Kajian Arsitektur Percandian Petirtaan di Jawa (identifikasi), dalam http://journal.unpar.ac.id/index.php/rekayasa/article/view/1358
Suwardono, 2013. Korelasi Candi
Songgoriti dengan Prasasti Sangguran Tahun 928 M, dalam https://hurahura.wordpress.com/2013/11/07/korelasi-candi-songgoriti-dengan-prasasti-sangguran-tahun-928-m/