The Story of Indonesian Heritage

  • Istana Ali Marhum Kantor

    Kampung Ladi,Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat)

  • Gudang Mesiu Pulau Penyengat

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Benteng Bukit Kursi

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Kompleks Makam Raja Abdurrahman

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Mesjid Raya Sultan Riau

    Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

Tampilkan postingan dengan label Candi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Candi. Tampilkan semua postingan

Candi di Klaten

Candi Merak terletak di Dukuh Candi Merak, Desa Karangnongko, Kecamatan Karangnongko, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah

Candi Plaosan Lor terletak di Dukuh Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah

Kompleks percandian Prambanan terletak persis di perbatasan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah

Candi Sojiwan terletak di Desa Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah
Share:

Candi di Sleman

Candi Abang terletak di Dusun Candiabang, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kecamatan Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Candi Banyunibo terletak di sebelah selatan Dusun Cepit, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Candi Barong terletak di Dusun Candisari, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Candi Dawangsari terletak di Dusun Dawangsari, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Candi Gebang terletak di Dusun Gebang, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Candi Ijo terletak di Dusun Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Candi Kalasan terletak di Jalan Raya Solo Km.14, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Candi Miri terletak di Dusun Nguwot, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Candi Sambisasri terletak di Dukuh Sambisari, Kelurahan Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Candi Sari terletak di Dusun Bendan, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Situs Kraton Ratu Boko terletak di dua desa yaitu Dusun Sumberwatu (Desa Sambirejo) dan Dusun Dawung (Desa Bokoharjo), Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Share:

Candi di Gunung Kidul

Candi Risan terletak di Desa Candirejo, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa, Yogyakarta
Share:

Candi di Tulungagung

Candi Boyolangu
Candi Boyolangu terletak di Dusun Dadapan, Desa Boyolangu, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur

Candi Mirigambar
Candi Mirigambar terletak di Dusun Gambar RT. 01 RW. 04 Desa Mirigambar, Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur

CandiSanggrahan
Candi Sanggrahan terletak di Dusun Sanggrahan, Desa Sanggrahan, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur
Share:

Candi di Sidoarjo

Candi Pari terletak di Desa Candi Pari RT. 06 RW. 03 Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur

Candi Sumur terletak di Desa Candi Pari RT. 06 RW. 03 Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur

Candi Tawangalun terletak di Jalan Candi Tawangalun I, Dukuh Kampung Baru RT. 10 RW. 05 Desa Buncitan, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur
Share:

Candi di Pasuruan

Candi Jawi terletak di Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Provinsi  Jawa Timur
Share:

Candi di Nganjuk

Candi Lor terletak di Desa Candirejo, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur

Candi Ngetos terletak di Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur
Share:

Candi di Mojokerto

Candi Brahu terletak di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur

Candi Gentong terletak di Desa Jambumente, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur

Candi Tikus terletak di Dukuh Dinuk, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur

Gapura Bajang Ratu terletak di Dukuh Kraton, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur

Gapura Wringin Lawang terletak di wilayah administrasi Dukuh Wringin Lawang, Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur
Share:

Candi di Malang

Candi ini terletak di Jalan Raya Candi 5D Dukuh Badut, Desa Karang Widoro, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur

Candi Jago terletak di Jalan Wisnuwardhana No. 51, Dusun Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur

Candi Kidal terletak di Desa Rejokidal, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur

Candi Singasari terletak di Desa Candirenggo, Kecamatan Singasari, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur

Candi Sumberawan terletak di Dukuh Sumberawan, Desa Toyomarto, Kecamatan Singosasri, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur
Share:

Candi di Kediri

Candi Surowono terletak di Desa Surowono, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur

Candi Tegowangi terletak di Dusun Candirejo, Desa Tegowangi, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur
Share:

Candi di Blitar

Candi Kalicilik terletak di Desa Candirejo, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur

Candi Kotes terletak di Desa Sukosewu, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur

Candi Mleri terletak di Desa Bagelenan, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur

Candi Pemandian Penataran terletak di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur

Candi Penataran terletak di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur

Candi Plumbangan terletak di Desa Plumbangan, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur

Candi Sawentar terletak di Desa Sawentar, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur

Candi Simping terletak di Dusun Simping, Desa Sumberjati, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur

Candi Tepas terletak di Dusun Dawung RT. 02 RW. 03 Desa Tepas, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur
Share:

Candi di Batu

Candi Songgoriti terletak di Jalan Songgoriti, Kelurahan Songgokerto, Kecamatan Batu, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur
Share:

Candi Songgoriti

Berkesempatan berkeliling Kota Batu sangatlah menyenangkan. Udaranya yang sejuk dengan sejumlah lokasi wisata menambah keelokan Kota Batu sebagai Kota Wisata, khususnya argo wisata apelnya yang telah cukup dikenal. Ternyata tak hanya itu saja. Kota Batu juga banyak menyimpan peninggalan sejarah dari masa lampau. Salah satunya adalah Candi Songgoriti.
Candi ini terletak di Jalan Songgoriti, Kelurahan Songgokerto, Kecamatan Batu, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Lokasi candi ini berada di lingkungan Pemandian Air Panas Alami (PAPA), atau berdekatan dengan Pasar Wisata Songgoriti.
Bentuk candi ini sudah tidak utuh lagi. Atapnya kelihatan sudah runtuh, dan sekarang yang tampak tinggal kaki dan badannya. Namun demikian, candi yang menghadap ke arah barat ini memiliki keunikan tersendiri bila dibandingkan candi-candi lainnya yang ada di Jawa Timur, yaitu dari dalam periginya keluar air panas yang masih dimanfaatkan sampai saat ini sebagai sumber air pemandiaan. Air panas yang keluar dari periginya dianggap mempunyai daya tertentu atau air suci yang keluar dari tanah.


Candi ini ditemukan pertama kali oleh seorang arkeolog Belanda bernama Wouter Hendrik Van Ijsseldijk pada tahun 1799. Lalu, diperbaiki oleh oleh arkeolog Belanda lainnya, yaitu Jonathan Rigg pada tahun 1849 dan Jan Frederik Gerrit Brumund pada tahun 1863. Tahun 1902, J. Knebel melakukan inventarisasi situs Candi Songgoriti dan dilanjutkan dengan renovasi besar-besaran pada tahun 1921. Candi yang kita lihat sekarang ini merupakan hasil restorasi yang dilakukan oleh Oudheidkundige Dienst Hindia Belanda dari tahun 1938 hingga tahun 1944.
Menurut Suwardono (2013) Candi Songgoriti merupakan candi patirthan, yang didirikan berhubungan dengan sumber air panas yang keluar dari dalam tanah. Cerita rakyat setempat menyebutkan bahwa candi tersebut dibangun berhubungan dengan tempat seorang empu pembuat pusaka, oleh karenanya airnya panas dan mengandung besi.


Nama ‘Songgoriti’ berasal dari bahasa Jawa Kuno dari kata dasar ‘sanggha’ yang berarti kelompok, rombongan, kumpulan, dan ‘riti’ yang artinya logam sebangsa perunggu, kuningan. Dengan demikian nama Songgoriti berarti ‘timbunan logam’. Di daerah sekitar Songgoriti sampai sekarang masih ditemukan nama-nama tempat seperti Kemasan (tempat pengrajin emas) dan Pandesari (pusat pandai logam). Dengan demikian daerah Songgoriti, yang dalam perkembangannya menjadi sebuah desa atau kelurahan bernama Songgokerto, dahulunya merupakan sebuah tempat perkumpulan atau tempat adanya suatu usaha pembuatan barang-barang dari logam.
Nama Songgoriti ini kemungkinan berkaitan dengan sebuah prasasti yang ditemukan tak jauh dari situs candi, yaitu Prasasti Sangguran yang bertarikh 850 Çaka atau 928 M. Prasasti ini dikeluarkan oleh Sri Maharaja Rakai Pangkaja Dyah Wawa bersama dengan patihnya yang bernama Rakryan Mahapatih Pu Sindok Sri Isanawikrama dari Kerajaan Mataram Kuno Jawa Tengah.
Dilihat dari gaya bangunan dan seni hiasnya, juga beberapa bentuk tulisan pada inskripsi-inskripsi pendek yang ditemukan beserta peripih yang lain di dalam sumuran candi, Candi Songgoriti diduga berasal dari sekitar abad 9. Sedangkan, Prasasti Sangguran diterbitkan pada tahun 928 M (abad 10). Dengan demikian sebelum Prasasti Sangguran dibuat, Candi Songgoriti sudah ada. Hal tersebut sesuai dengan pemberitaan dalam prasasti bahwa prasasti dibuat sebagai penetapan sima wanua (desa) Sangguran bagi kelangsungan bangunan suci di Mananjung. Maka, diduga tempat para pandai besi di Mananjung tersebut adalah daerah Songgoriti sekarang, yang memang benar-benar terdapat bangunan suci (Candi Songgoriti).
Bangunan Candi Songgoriti ini berada pada ketinggian 998 meter di atas permukaan laut, dan terbuat dari batu andesit. Sedangkan, pondasinya dari batu bata. Ukuran candi ini adalah 14,50 meter x 10 meter dengan tinggi 2,5 meter. Meski bangunan candi sudah tidak utuh lagi, namun keberadaannya sangatlah memiliki arti sebagai bukti tuanya usia peradaban di Kota Batu. Sayangnya, lokasi bangunan candi ini seolah kalah gaungnya dengan kolam pemandiannya maupun wahana wisata lainnya yang berada di Songgoriti. *** [290516]

Kepustakaan:
Rahadhian PH & Fery Wibawa C, 2015. Kajian Arsitektur Percandian Petirtaan di Jawa (identifikasi), dalam http://journal.unpar.ac.id/index.php/rekayasa/article/view/1358
Suwardono, 2013. Korelasi Candi Songgoriti dengan Prasasti Sangguran Tahun 928 M, dalam https://hurahura.wordpress.com/2013/11/07/korelasi-candi-songgoriti-dengan-prasasti-sangguran-tahun-928-m/
Share:

Candi Tepas

Berbagai kerajaan besar pernah menancapkan pengaruhnya di Kabupaten Blitar, mulai dari Mataram Kuno di Jawa Tengah, Kerajaan Kediri, Singosari sampai dengan Majapahit. Oleh karena itu, di daerah Kabupaten Blitar ditemukan warisan cagar budaya, baik berupa prasasti, arca-arca, gapura maupun candi.  Salah satu tinggalan candi yang terdapat di Kabupaten Blitar adalah Candi Tepas. Candi ini terletak di Dusun Dawung RT. 02 RW. 03 Desa Tepas, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur. Lokasi candi ini berada ± 200 meter sebelah barat laut Pasar Tepas, atau tepatnya berada di samping Pura Surya Darma. Dari Jalan Raya Blitar-Malang berjarak sekitar 3 kilometer ke arah utara dengan jalan menanjak, sedangkan dari Kota Blitar berjarak 22 kilometer ke arah timur.
Alvin Abdul Jabbaar Hamzah dalam skripsinya yang berjudul Identifikasi Bentuk Arsitektur Candi Tepas (FIB UI, 2011) menerangkan, bahwa penelitian terhadap Candi Tepas ini baru sebatas inventarisasi. Hal ini didapatkan dari catatan inventarisasi yang dilakukan oleh R.D.M. Verbeek dalam Oudheden van Java pada tahun 1891 dengan nomor inventarisasi 553. Dalam inventarisasi Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur dicatat dengan nomor 176/BLT/95. Selain itu, candi ini juga pernah ditulis oleh N.J. Krom dalam Inleiding tot de Hindoe-Javanische Kunst pada tahun 1923.
Dalam pencatatan tersebut, sebagian besar hanya menjelaskan secara singkat tentang keadaan candi pada waktu ditemukan. Ketika pertama kali ditemukan, candi ini memang sudah dalam keadaan runtuh. Dalam reruntuhan tersebut, tidak ditemukan tulisan angka tahun, arca, relief, dan batunya pun sudah mulai aus.


Candi Tepas ini terbuat dari susunan batu trasit dan batu bata (misra). Material batu trasit ini untuk batuan yang menyusuni candi, sedangkan bahan isian dari candi ini serta pondasinya terbuat dari batu bata. Batu trasit adalah batuan vulkanik yang terbentuk di luar perut bumi atau setelah terjadi erupsi. Batuan ini berwarna putih, abu-abu terang dan coklat terang, dan termasuk jenis batuan yang berpori sehingga sangat mudah aus dan lapuk.
Hal ini yang menyebabkan kapan candi tersebut didirikan sulit dipastikan. Kronologinya hanya didasarkan pada temuan fisik candi maupun dari sumber lainnya. Dilihat dari ukuran bata pada candi, dapat diperkirakan bahwa Candi Tepas berasal dari masa Majapahit. Informasi lain yang memperkuat dugaan tersebut berasal Kitab Negarakertagama, yang dirunut dari latar keagamaan Candi Tepas. Pada pupuh 76: 1-4 dari Kitab Negarakertagama berisi tentang wilayah-wilayah yang termasuk dari Dharmadhyaksa ring Kasogatan. Dharmadhyaksa ring Kasogatan merupakan salah satu pejabat dalam pemerintahan masa Majapahit yang mengawasi hal yang berkenaan dengan agama Buddha. Selain Dharmadhyaksa ring Kasogatan terdapat dua pejabat lagi yaitu Dharmadhyaksa ring Kasaiwan yang mengawasi hal yang berkenaan dengan agama Hindu dan Mantri Her Haji yang mengawasi hal yang berkenaan dengan para Resi dan Pertapa.


Pada baris ketiga (stanza 3) pada pupuh 76 tertulis “iwirniŋ darmma kasogatan kawinayanu ļpas i wipularā len kuți [haji, mwaŋ yānatraya rājaḍanya kuwunātha surayaça jarak/ laguṇḍi [wadari, wewe mwaŋ packan/ pasarwwan i lmaḥ surat i pamanikan/ [srańan/ pańiktan, pańhapwan/ damalaŋ tpas/ jita waṇnaçrama jnar i samudrawela [pamuluŋ.” Artinya, lokasi dari dharmas kasogatan kawinaya lěpas (wilayah pendeta Buddhis) adalah: Wipulārama, Kuți Haji, dan Yānatraya, Rājadhānya, Kuwu Nātha, Surayasha, Jarak, Wadari, Wéwé dan Pacěkan, Pasarwwan, Lěmah Surat, Pamaṇikan, Pangitkětan, Panghapwan, Damalung, Těpas Jita, Wanāshrama, Jěnar, Samudrawela, Pamulung.
Candi Tepas disebutkan dengan Těpas Jita. Dalam naskah tersebut, Candi Tepas berada dalam wilayah tanggung jawab dari Dharmadhyaksa ring Kasogatan, yang berarti Candi Tepas memiliki latar belakang agama Buddha. Secara struktural, Candi Tepas tidak menunjukkan ciri agama Buddha bahkan Candi Tepas memiliki batu tegak yang menyerupai lingga semu.
Dari keterangan yang termaktub dalam naskah Kitab Negarakertagama tersebut, Candi Tepas diperkirakan berdiri sekitar antara tahun 1355 M sampai dengan 1365 M. Karena Kitab Negarakertagama dibuat pada masa Hayam Wuruk dengan kronologi 1365 M, dan pada waktu Negarakertagama dituliskan, candi tersebut masih berfungsi untuk kegiatan keagamaan.
Menurut Darno, seorang juru pelihara Candi Tepas, candi ini berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 8,00 x 8, 00 meter yang berdiri di atas lahan yang sekarang berukuran 29 x 21 meter. Namun, sebenarnya areal yang dimiliki oleh candi tersebut lebih luas. Hal ini didasarkan pada 4 patok yang diketemukan di sekitar candi, yang mirip dengan lingga semu dan juga sisa pagar candi.
Sekarang, Candi Tepas ini tinggal memiliki sisa bangunan berupa kaki yang sudah tidak utuh dan tubuh yang hanya mempunyai dua lapis batu trasit. Pintu masuk candi terdapat di sebelah barat, sedangkan untuk hiasan dan relung sudah tidak dapat ditemukan, karena sudah mengalami keruntuhan dan tidak ditemukan adanya sisa batu yang membentuk hiasan di tumpukan batuan candi yang ditemukan. *** [200516]

Kepustakaan:
Alvin Abdul Jabbaar Hamzah, 2011. Identifikasi Bentuk Arsitektur Candi Tepas, dalam Skripsi di FIB UI
Ari Sapto & Mashuri, Pengembangan Wisata Terpadu Berbasis Cagar Budaya, dalam Jurnal SEJARAH dan BUDAYA, Tahun Kedelapan, Nomor 2, Desember 2014: 126
Share:

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami