The Story of Indonesian Heritage

  • Istana Ali Marhum Kantor

    Kampung Ladi,Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat)

  • Gudang Mesiu Pulau Penyengat

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Benteng Bukit Kursi

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Kompleks Makam Raja Abdurrahman

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Mesjid Raya Sultan Riau

    Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

Tampilkan postingan dengan label Stasiun di Blitar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Stasiun di Blitar. Tampilkan semua postingan

Stasiun Kereta Api Garum

Stasiun Kereta Api Garum (GRM) atau yang selanjutnya disebut dengan Stasiun Garum, merupakan salah satu stasiun kereta api yang berada di bawah manajemen  PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 7 Madiun yang berada pada ketinggian + 244 m di atas permukaan lain, dan merupakan stasiun kelas 3 atau stasiun kecil yang ada di Kabupaten Blitar. Stasiun ini terletak di Desa Tawangsari, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur. Lokasi stasiun ini berada di belakang Pasar Garum.
Bangunan Stasiun Garum ini merupakan bangunan peninggalan masa Hindia Belanda, yang pembangunannya bersamaan dengan pembangunan jalur rel kereta api Blitar-Wlingi-Kepanjen-Malang sepanjang 74 kilometer. Pengerjaan jalur kereta api ini dilakukan oleh Staatsspoorwegen (SS), perusahaan kereta api milik Pemerintah Hindia Belanda, yang dimulai pada tahun 1896, dan selesai pada tahun 1897.


Proyek jalur kereta api Blitar-Wlingi-Kepanjen-Malang ini merupakan bagian dari proyek besar jalur kereta api jalur Timur jilid 2 (Oosterlijnen-2). Pengerjaan proyek jalur kereta api ini dilaksanakan dua arah. Setelah jalur rel Kediri-Tulungagung-Blitar selesai pada 1884, maka dilanjutkan pembangunan jalur rel Blitar-Wlingi sepanjang 19 kilometer yang diresmikan pada 10 Januari 1896.
Pembukaan jalur kereta api Blitar-Wlingi ini juga merupakan hasil dari desakan yang telah disampaikan oleh para pengusaha yang tergabung dalam Blitarsche Landbouwvereeniging pada 10 Oktober 1889. Dengan demikian sejak itu pengangkutan produk perkebunan dengan kereta api dari Blitar ke Surabaya dapat juga melalui Kepanjen dan Malang. Pada 1900 hampir semua kota-kota di Jawa Timur sudah dihubungkan dengan baik oleh jalur kereta api dan dimanfaatkan untuk mendukung aktivitas Belanda di Blitar. Dengan tersedianya jaringan kereta api tersebut, wilayah Blitar dapat memiliki akses menuju pelabuhan atau pusat layanan ekspor.
Perlu diketahui bahwa wilayah Blitar pada waktu itu dikembangkan menjadi pusat industri perkebunan, yang berada di lereng Gunung Kelud, dan lembah Sungai Brantas. Pada awalnya terdapat ratusan perkebunan yang berhasil dikembangkan oleh orang-orang Eropa tetapi pada 1939 tercatat 45 perusahaan perkebunan dengan tanaman budidaya kopi, karet, kina, tembakau, kapuk, singkong, dan kelapa.
Stasiun Garum memiliki 3 jalur. Jalur 2 digunakan untuk jalur sepur lurus yang menuju ke arah barat (Stasiun Blitar) maupun ke arah timur (Stasiun Talun). Jalur 1 dan 3 digunakan untuk jalur langsiran kereta api di kala intensitas kereta api lumayan padat, atau pas ada simpangan kereta api di jalur tersebut.
Dari tiga jalur tersebut, terdapat 3 peron. Satu peron sisi yang rendah dan 2 peron pulau yang cukup tinggi. Pada semua peron ini tidak dinaungi atap seng seperti kebanyakan pada stasiun yang berada di kecamatan.
Namun demikian, stasiun ini masih tergolong beruntung karena masih disinggahi KA Penataran, sehingga setiap harinya masih tampak adanya aktivitas menaikkan maupun menurunkan penumpang. *** [100916]
Share:

Stasiun Kereta Api Talun

Stasiun Kereta Api Talun (TAL) atau yang selanjutnya disebut dengan Stasiun Talun, merupakan salah satu stasiun kereta api yang berada di bawah manajemen  PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 7 Madiun yang berada pada ketinggian + 244 m di atas permukaan lain, dan merupakan stasiun kelas 3 atau stasiun kecil yang ada di Kabupaten Blitar. Stasiun ini terletak di Jalan Stasiun RT.02 RW.01 Kelurahan Talun, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur. Lokasi stasiun ini berada di sebelah selatan Kantor Camat Talun, atau selatan lampu merah Talun.
Bangunan Stasiun Talun ini merupakan bangunan peninggalan masa Hindia Belanda, yang pembangunannya bersamaan dengan pembangunan jalur rel kereta api Blitar-Wlingi-Kepanjen-Malang sepanjang 74 kilometer. Pengerjaan jalur kereta api ini dilakukan oleh Staatsspoorwegen (SS), perusahaan kereta api milik Pemerintah Hindia Belanda, yang dimulai pada tahun 1896, dan selesai pada tahun 1897.


Proyek jalur kereta api Blitar-Wlingi-Kepanjen-Malang ini merupakan bagian dari proyek besar jalur kereta api jalur Timur jilid 2 (Oosterlijnen-2). Pengerjaan proyek jalur kereta api ini dilaksanakan dua arah. Setelah jalur rel Kediri-Tulungagung-Blitar selesai pada 1884, maka dilanjutkan pembangunan jalur rel Blitar-Wlingi sepanjang 19 kilometer yang diresmikan pada 10 Januari 1896.
Pembukaan jalur kereta api Blitar-Wlingi ini juga merupakan hasil dari desakan yang telah disampaikan oleh para pengusaha yang tergabung dalam Blitarsche Landbouwvereeniging pada 10 Oktober 1889. Dengan demikian sejak itu pengangkutan produk perkebunan dengan kereta api dari Blitar ke Surabaya dapat juga melalui Kepanjen dan Malang. Pada 1900 hampir semua kota-kota di Jawa Timur sudah dihubungkan dengan baik oleh jalur kereta api dan dimanfaatkan untuk mendukung aktivitas Belanda di Blitar. Dengan tersedianya jaringan kereta api tersebut, wilayah Blitar dapat memiliki akses menuju pelabuhan atau pusat layanan ekspor.


Perlu diketahui bahwa wilayah Blitar pada waktu itu dikembangkan menjadi pusat industri perkebunan, yang berada di lereng Gunung Kelud, dan lembah Sungai Brantas. Pada awalnya terdapat ratusan perkebunan yang berhasil dikembangkan oleh orang-orang Eropa tetapi pada 1939 tercatat 45 perusahaan perkebunan dengan tanaman budidaya kopi, karet, kina, tembakau, kapuk, singkong, dan kelapa.
Stasiun Talun memiliki 3 jalur. Jalur 2 digunakan untuk jalur sepur lurus yang menuju ke arah barat (Stasiun Garum) maupun ke arah timur (Stasiun Wlingi). Jalur 1 dan 3 digunakan untuk jalur langsiran kereta api di kala intensitas kereta api lumayan padat, atau pas ada simpangan kereta api di jalur tersebut.
Dari tiga jalur tersebut, terdapat 2 peron. Satu peron sisi yang rendah dan 1 peron pulau yang rendah juga. Pada semua peron ini tidak dinaungi atap seng seperti kebanyakan pada stasiun yang berada di kecamatan.
Namun demikian, stasiun ini masih tergolong beruntung karena masih disinggahi KA Penataran, sehingga setiap harinya masih tampak adanya aktivitas menaikkan maupun menurunkan penumpang. *** [170716]
Share:

Stasiun Kereta Api di Blitar

Berikut ini adalah stasiun yang masih menunjukkan arsitektur lawas di Blitar. Stasiun-stasiun ini diurutkan dari arah barat ke timur:

Stasiun ini terletak di Jalan Mastrip No. 75, Kelurahan Kepanjenkidul, Kecamatan Kepanjenkidul, Kota Blitar, Provinsi Jawa Timur

Stasiun ini terletak di Desa Sumberdiren, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur

Stasiun ini terletak di Kelurahan Talun, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur

Stasiun ini terletak di Jalan Stasiun, Desa Beru, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur

Stasiun ini terletak di Jalan Stasiun, Desa Kesamben, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur

Stasiun ini terletak di Jalan Pohgajih, Desa Pohgajih, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur
Share:

Stasiun Kereta Api Kesamben

Stasiun Kereta Api Kesamben (KSB) atau yang selanjutnya disebut dengan Stasiun Kesamben merupakan salah satu stasiun kereta api yang berada di bawah manajemen  PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 8 Surabaya yang berada pada ketinggian + 193 m di atas permukaan lain, dan merupakan stasiun kelas 3/kecil yang ada di Kabupaten Blitar. Stasiun ini terletak di Jalan Stasiun, Desa Kesamben, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur. Lokasi stasiun ini berada di sebelah barat Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Budi Mulyo, atau barat daya Masjid Jamik Kesamben.


Bangunan Stasiun Kesamben ini merupakan bangunan peninggalan masa Hindia Belanda, yang pembangunannya bersamaan dengan pembangunan jalur rel kereta api Blitar-Wlingi-Kepanjen sepanjang 55 kilometer, yang dimulai pada tahun 1896 dan selesai pada tahun 1897. Pengerjaan jalur kereta api ini dilakukan oleh Staatsspoorwegen (SS), perusahaan kereta api milik Pemerintah Hindia Belanda, dengan searah. Artinya, pada jalur rel kereta api tersebut dilakukan dari arah barat , yaitu Blitar, terus ke timur sampai Kepanjen.
Dari arah barat, pembangunan jalur Blitar-Wlingi sepanjang 19 kilometer yang diresmikan pada 10 Januari 1896 dan Wlingi-Kepanjen sepanjang 36 kilometer yang diresmikan pada 30 Januari 1897. Proyek jalur kereta api Blitar-Wlingi-Kepanjen ini merupakan bagian dari proyek besar jalur kereta api jalur Timur jilid 2 (Oosterlijnen-2). Jadi, Stasiun Kesamben ini sudah mulai ada sejak tahun 1897.
Stasiun Kesamben memiliki 2 jalur. Jalur 1 digunakan untuk jalur sepur lurus yang menuju ke arah barat (Stasiun Wlingi) dan ke arah timur menuju Stasiun Pohgajih. Sedangkan, jalur 2 digunakan untuk berhentinya sepur yang lain saat terjadi persilangan atau persusulan kereta api pada jalur tersebut. Seperti stasiun kecil pada umumnya, Stasiun Pohgajih tidak memiliki emplasemen yang menaungi peron yang ada.
Kendati stasiun ini tergolong kecil, namun masih beruntung dibandingkan Stasiun Ngebruk yang tak kalah strategisnya dalam letak lokasi. Karena di Stasiun Kesamben ini masih ada aktivitas dalam menaikkan maupun menurunkan penumpang dari kereta api yang melintasinya, meski hanya layanan kereta api kelas ekonomi, seperti Matarmaja maupun Penataran. *** [200516]
Share:

Stasiun Kereta Api Pohgajih

Stasiun Kereta Api Pohgajih (PGJ) atau yang selanjutnya disebut dengan Stasiun Pohgajih merupakan salah satu stasiun kereta api yang berada di bawah manajemen  PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 8 Surabaya yang berada pada ketinggian + 205 m di atas permukaan lain, dan merupakan stasiun kelas 3/kecil yang berada di paling timur Kabupaten Blitar. Stasiun ini terletak di Jalan Pohgajih, Desa Pohgajih, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur. Lokasi stasiun ini berada di sebelah Waduk Karangkates dan bendungan Sutami, atau sebelah barat PLTA Sutami. Antara bendungan Sutami dan stasiun ini terdapat dua terowongan kereta api, yaitu terowongan Eka Bakti Karya dan Dwi Bakti Karya, masing-masing memiliki panjang 850 dan 400 meter. Kedua terowongan tersebut dibangun tatkala ada pembangunan bendungan Sutami pada tahun 1969.


Bangunan Stasiun Pohgajih ini merupakan bangunan peninggalan masa Hindia Belanda, yang pembangunannya bersamaan dengan pembangunan jalur rel kereta api Blitar-Wlingi-Kepanjen sepanjang 55 kilometer, yang dimulai pada tahun 1896 dan selesai pada tahun 1897. Pengerjaan jalur kereta api ini dilakukan oleh Staatsspoorwegen (SS), perusahaan kereta api milik Pemerintah Hindia Belanda, dengan searah. Artinya, pada jalur rel kereta api tersebut dilakukan dari arah barat , yaitu Blitar, terus ke timur sampai Kepanjen.


Dari arah barat, pembangunan jalur Blitar-Wlingi sepanjang 19 kilometer yang diresmikan pada 10 Januari 1896 dan Wlingi-Kepanjen sepanjang 36 kilometer yang diresmikan pada 30 Januari 1897. Proyek jalur kereta api Blitar-Wlingi-Kepanjen ini merupakan bagian dari proyek besar jalur kereta api jalur Timur jilid 2 (Oosterlijnen-2). Jadi, Stasiun Pohgajih ini sudah mulai ada sejak tahun 1897.
Stasiun Pohgajih memiliki 2 jalur. Jalur 1 digunakan untuk jalur sepur lurus yang menuju ke arah timur (Stasiun Sumberpucung) dan ke arah timur menuju Stasiun Kesamben. Sedangkan, jalur 2 digunakan untuk berhentinya sepur yang lain saat terjadi persilangan kereta api pada jalur tersebut. Seperti stasiun kecil pada umumnya, Stasiun Pohgajih tidak memiliki emplasemen yang menaungi peron yang ada.
Letak stasiun ini sekitar 3 kilometer dari Jalan Raya Wlingi-Karangkates ke arah selatan. Daerahnya tergolong terpencil dan jalanan menurun. Stasiunnya pun terlihat sepi dari aktivitas dalam menaikkan maupun menurunkan penumpang maupun barang. Dahulu, stasiun ini memang didirikan untuk mengantisipasi persilangan kereta api yang melintas di jalur tersebut. *** [200516]
Share:

Stasiun Kereta Api Wlingi

Stasiun Kereta Api Wlingi (WG) atau yang selanjutnya disebut dengan Stasiun Wlingi, merupakan salah satu stasiun kereta api yang berada di bawah manajemen  PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 8 Surabaya yang berada pada ketinggian + 274 m di atas permukaan lain, dan merupakan stasiun kelas 1 yang ada di Kabupaten Blitar. Stasiun ini terletak di Jalan Stasiun, Desa Beru, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur. Lokasi stasiun ini berada di sebelah barat SMPN 1 Wlingi, atau di sebelah barat daya Kantor Pos Wlingi.
Bangunan Stasiun Wlingi ini merupakan bangunan peninggalan masa Hindia Belanda, yang pembangunannya bersamaan dengan pembangunan jalur rel kereta api Blitar-Wlingi-Kepanjen-Malang sepanjang 74 kilometer. Pengerjaan jalur kereta api ini dilakukan oleh Staatsspoorwegen (SS), perusahaan kereta api milik Pemerintah Hindia Belanda, yang dimulai pada tahun 1896, dan selesai pada tahun 1897.


Proyek jalur kereta api Blitar-Wlingi-Kepanjen-Malang ini merupakan bagian dari proyek besar jalur kereta api jalur Timur jilid 2 (Oosterlijnen-2). Pengerjaan proyek jalur kereta api ini dilaksanakan dua arah. Setelah jalur rel Kediri-Tulungagung-Blitar selesai pada 1884, maka dilanjutkan pembangunan jalur rel Blitar-Wlingi sepanjang 19 kilometer yang diresmikan pada 10 Januari 1896 dan Wlingi-Kepanjen sepanjang 36 kilometer yang diresmikan pada 30 Januari 1897. Sedangkan yang dari arah utara, jalur kereta api Malang-Kepanjen sepanjang 19 kilometer sudah terselesaikan pada tahun 1896.
Pembukaan jalur kereta api Blitar-Wlingi ini juga merupakan hasil dari desakan yang telah disampaikan oleh para pengusaha yang tergabung dalam Blitarsche Landbouwvereeniging pada 10 Oktober 1889. Dengan demikian sejak itu pengangkutan produk perkebunan dengan kereta api dari Blitar ke Surabaya dapat juga melalui Kepanjen dan Malang. Pada 1900 hampir semua kota-kota di Jawa Timur sudah dihubungkan dengan baik oleh jalur kereta api dan dimanfaatkan untuk mendukung aktivitas Belanda di Blitar. Dengan tersedianya jaringan kereta api tersebut, wilayah Blitar dapat memiliki akses menuju pelabuhan atau pusat layanan ekspor.
Perlu diketahui bahwa wilayah Blitar pada waktu itu dikembangkan menjadi pusat industri perkebunan, yang berada di lereng Gunung Kelud, dan lembah Sungai Brantas. Pada awalnya terdapat ratusan perkebunan yang berhasil dikembangkan oleh orang-orang Eropa tetapi pada 1939 tercatat 45 perusahaan perkebunan dengan tanaman budidaya kopi, karet, kina, tembakau, kapuk, singkong, dan kelapa.
Stasiun Wlingi memiliki 4 jalur. Jalur 1 digunakan untuk jalur sepur lurus yang menuju ke arah barat, yaitu Stasiun Talun hingga Stasiun Blitar. Jalur 2 digunakan untuk jalur sepur lurus yang menuju ke arah timur, yaitu Stasiun Kesamben hingga ke Stasiun Kepanjen. Sedangkan, jalur 3 sampai 4 merupakan persediaan untuk langsiran kereta api di kala intensitas kereta api lumayan padat.
Dari lima jalur tersebut, terdapat 3 peron. Satu peron sisi yang rendah dan dua peron pulau yang rendah juga. Pada semua peron ini tidak dinaungi atap seng seperti kebanyakan pada stasiun yang berada di kecamatan.
Namun demikian, meski Stasiun Wlingi ini awalnya merupakan stasiun dengan prototype yang dibangun di kecamatan, stasiun ini tergolong maju karena pada stasiun tersebut juga melayani kereta api jarak jauh kelas komersial atau bisnis. *** [110516]

Share:

Stasiun Kereta Api Blitar

Stasiun Kereta Api Blitar (BL) atau yang selanjutnya disebut dengan Stasiun Blitar, merupakan salah satu stasiun kereta api yang berada di bawah manajemen  PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 8 Surabaya yang berada pada ketinggian + 167 m di atas permukaan lain, dan merupakan stasiun (besar) yang berada di paling barat di Daop 8 Surabaya. Stasiun Blitar terletak di Jalan Mastrip No. 75, Kelurahan Kepanjenkidul, Kecamatan Kepanjenkidul, Kota Blitar, Provinsi Jawa Timur. Lokasi stasiun ini berada di selatan Kantor Pos Blitar, atau di sebelah timur laut Pasar Templek.
Bangunan Stasiun Blitar ini merupakan bangunan peninggalan masa Hindia Belanda, yang pembangunannya bersamaan dengan pembangunan jalur rel kereta api Kediri-Tulungagung-Blitar sepanjang 64 kilometer. Pengerjaan jalur kereta api ini dilakukan oleh Staatsspoorwegen (SS), perusahaan kereta api milik Pemerintah Hindia Belanda, yang dimulai pada tahun 1883, dan diresmikan pada 16 Juni 1884.


Proyek jalur kereta api Kediri-Tulungagung-Blitar ini merupakan bagian dari proyek besar jalur kereta api jalur Timur jilid 1 (Oosterlijnen-1). Pengerjaan proyek jalur kereta api ini dilaksanakan searah. Setelah jalur rel Sidoarjo-Mojokerto-Sembung selesai, maka dilanjutkan jalur rel Sembung-Kertosono-Kediri (1881), dan Kediri-Tulungagung-Blitar (1883-1884).
Pembangunan jalan kereta api menuju Blitar ini terkait dengan rencana besar pengembangan jalan kereta api. Pada 1875 rencana itu telah tercantum dalam Rencana Anggaran dan Pendapatan Staatsspoorwegen dan pelaksanaan pembangunannya ditetapkan dengan Staatsblad No. 161/1875 tertanggal 6 April 1875. Proyek itu mencakup pembangunan jalan kereta api Buitenzorg-Bandung-Cicalengka dan Madiun-Blitar.
Pengadaan kereta api tersebut pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhan pelayaran para pejabat Belanda dan pengusaha sebagai sarana mobilitas atau alat pengangkutan hasil produksi perkebunan dan industri mereka. Perlu diketahui bahwa wilayah Blitar pada waktu itu dikembangkan menjadi pusat industri perkebunan, yang berada di lereng Gunung Kelud, dan lembah Sungai Brantas. Pada awalnya terdapat ratusan perkebunan yang berhasil dikembangkan oleh orang-orang Eropa tetapi pada 1939 tercatat 45 perusahaan perkebunan dengan tanaman budidaya kopi, karet, kina, tembakau, kapuk, singkong, dan kelapa.


Melihat fungsinya yang seragam maka banyak bangunan stasiun kereta api di Jawa dirancang dengan prototype yang sama menurut besar kecilnya stasiun tersebut. Misalnya stasiun untuk daerah kota atau kabupaten, mempunyai prototype yang sama, demikian juga dengan stasiun untuk daerah-daerah yang setingkat kecamatan. Termasuk Stasiun Blitar ini, awalnya bangunan stasiunnya mirip dengan bangunan Stasiun Probolinggo dan Stasiun Sidoarjo yang bergaya arsitektur Indische Empire, dengan ciri-ciri teras depan yang luas, dan gevel depan yang menonjol. Tapi kemudian pada 1905, bangunan stasiun ini mengalami perombakan, terutama bagian tampak mukanya menjadi berlanggam Art Deco yang ditandai dengan ide bentuk menara, dan pola yang geometris (horisontal-vertikal).
Stasiun Blitar memiliki 5 jalur. Jalur 1 digunakan untuk jalur sepur lurus yang menuju ke arah barat, yaitu Stasiun Rejotangan hingga Stasiun Tulungagung. Jalur 2 digunakan untuk jalur sepur lurus yang menuju ke arah timur, yaitu Stasiun Garum hingga ke Stasiun Malang. Sedangkan, jalur 3 sampai 5 merupakan persediaan untuk langsiran kereta api di kala intensitas kereta api lumayan padat, dan juga ada yang digunakan untuk menuju dipo. Selain itu, di areal stasiun ini juga terlihat bekas jembatan putar lokomotif.
Dari lima jalur tersebut, terdapat 3 peron. Satu peron sisi yang rendah dan dua peron pulau yang tinggi. Pada peron 1 dan 2 dinaungi oleh atap seng yang ditopang oleh rangka berbahan dasar kayu. Mungkin baru stasiun ini, yang ditemukan memakai sistem overkapping seperti ini. Sehingga, memiliki keunikan tersendiri untuk Stasiun Blitar ini. *** [110516]

Share:

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami