The Story of Indonesian Heritage

  • Istana Ali Marhum Kantor

    Kampung Ladi,Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat)

  • Gudang Mesiu Pulau Penyengat

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Benteng Bukit Kursi

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Kompleks Makam Raja Abdurrahman

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Mesjid Raya Sultan Riau

    Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

Tampilkan postingan dengan label Pasuruan Tempo Doeloe. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pasuruan Tempo Doeloe. Tampilkan semua postingan

GPIB Jemaat Immanuel Bangil

Pulang dari Kota Pasuruan untuk kembali ke Surabaya, penulis melintas Kota Bangil yang jalan utamanya penuh sesak dengan kendaraan, baik roda dua maupun roda empat. Sebelum melewati jembatan Kedung Larangan yang mengarah alun-alun Bangil, terlihat sebuah gereja yang khas di tepi jalan pantura. Gereja tersebut adalah GPIB Jemaat Immanuel Bangil. Gereja ini terletak di Jalan Jaksa Agung Soeprapto No. 06 Kelurahan Gempeng, Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Lokasi gereja ini berada di sebelah barat Taman Makam Pahlawan (TMP) Bangil.
Sepintas dilihat dari fisik gereja, menandakan bahwa bangunan gereja tersebut merupakan peninggalan kolonial di Hindia Belanda. Sayangnya, penulis rada kesulitan mencari informasi mengenai riwayat gereja ini. Karena pada waktu penulis singgah di gereja tersebut dalam keadaan pagar digembok dan sepi, sehingga informasi yang didapat belumlah maksimal.
Chr. G.F. de Jong dalam sebuah artikelnya Voorloping overzicht van Nederlands kerkelijk erfgoed in Indonesië uit periode 1815-1042, yang diunggah di www.cgfdejong.nl, menerangkan bahwa GPIB Jemaat Immanuel Bangil ini dulunya adalah De Protestantse Kerk in Nederlandsch-Indië, atau yang lebih dikenal dengan Indische Kerk. Namun nama resminya gereja ini pada era Kolonial di Hindia Belanda adalah De Protestanse Kerk Nederlandsch-Indie te Bangil.


Bangunan De Protestanse Kerk te Bangil  ini didirikan pada tahun 1924. Kendati kecil dan tidak memiliki halaman yang cukup, namun kiprah gereja ini mempunyai peranan yang penting dalam mewartakan Injil di Bangil dan sekitarnya. Tak hanya itu saja, gereja ini juga mempunyai kekhasan dalam langgam arsitekturnya. Seperti pada gereja lawas umumnya, gereja ini bergaya aristektur Gothic yang ditandai dengan gevel yang semakin meruncing ke atas, dan diakhiri dengan menara kecil. Pada atap menara gereja ini, terdapat empat dormer yang dulunya berfungsi sebagai salah satu sarana pengumpul angin bagi ruangan di dalam gereja tapi sekarang sudah ditutup dengan kayu.
Seiring adanya dinamika dalam De Protestantse Kerk in Nederlandsch-Indie, yaitu begitu luasnya wilayah pelayanannya maka secara bertahap gereja-gereja tersebut yang berada di Hindia Belanda mulai diberi kemandirian yang lebih besar untuk mengatur pelayanannya sendiri yang dimulai pada tahun 1933 dari wilayah timur. Begitu pula dengan yang ada di wilayah barat, dalam Sidang Sinode De Protestantse Kerk in Nederlandsch-Indie yang diadakan di Buitenzorg (sekarang dikenal dengan Bogor) menyepakati bahwa gereja mandiri keempat akan dibentuk dengan wilayah pelayanan di bagian barat Indonesia. Pada tanggal 31 Oktober 1948, dalam ibadah Minggu Jemaat di Willem Kerk (sekarang Gereja Immanuel Jakarta), dilembagakan gereja mandiri keempat di wilayah Gereja Protestan di Indoensia (GPI) yang tidak terjangkau oleh GMIM (Gereja Masehi Injili di Minahasa), GPM (Gereja Protestan Maluku) dan GMIT (Gereja Masehi Injili di Timor), yang pada waktu itu bernama De Protestantse Kerk in Westelijk Indonesie (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat), atau GPIB. Termasuk De Protestantse Kerk in Nederlandsch-Indie te Bangil ini akhirnya berubah menjadi De Protestantse Kerk in Westelijk Indonesie, dan kemudian diberi nama GPIB Jemaat Immanuel Bangil. *** [200915]
Share:

Gereja Katolik Santo Antonius Padova

Selesai menyaksikan keindahan bangunan GPIB Pniel, perjalanan berikutnya dilanjutkan bangunan lawas yang tak kalah menariknya. Bangunan lawas tersebut berjarak tidak kurang dari 1 kilometer dengan bangunan yang akan dikunjungi. Bangunan tersebut adalah Gereja Katolik Santo Antonius Padova. Gereja ini terletak di Jalan Balai Kota No. 1 Kelurahan Kandangsapi, Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Lokasi gereja ini berada di sebelah barat Terminal Lama Pasuruan.
Menurut prasasti berwarna hitam yang dipasang di dinding depan, diketahui bahwa peresmian gedung gereja dilakukan pada 28 Juli 1895 dengan pemberkatan dari Mgr. Walterus Jacobus Staal, Uskup Kehormatan dari Batavia. Gedung gereja ini dibangun atas sumbangan seorang donatur Belanda bernama Alexander Manuel Anthonijs.


Dalam buku Profil Cagar Budaya Kota Pasuruan (2015) disebutkan, bahwa Anthonijs adalah seorang pengusaha yang sukses yang juga merupakan pegawai Proefstation Oost Java (POJ) yang sekarang bernama Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI). Oleh karena Santo Antonius dari Padova merupakan pelindung keluarga Anthonijs, maka gereja Katolik ini juga diletakkan di bawah perlindungan Santo Antonius dari Padova.
Pada tahun 1975 gedung gereja baru dibangun di sebelah gereja lama. Kemudian, pada tahun 1993 ada perantian kursi gereja menjadi kursi kayu. Lalu, pada tahun 1998 dibangun gapura ke arah Jalan Balai Kota. Pada waktu terjadi kerusuhan di Pasuruan pada tahun 1998, gereja ini mengalami kerusakan, seperti jendela dan dinding.
Gereja yang memiliki lahan seluas 2.726 m² ini, memiliki gaya arsitektur Neo Gothic tanpa menara di samping kiri dan kanannya. Gaya arsitektur ini memberi keleluasaan cahaya dalam gedung gereja, sehingga jendela yang terdapat pada gereja ini berjumlah banyak dan besar-besar ukurannya. Pintu utamanya juga besar dan tinggi yang atasnya dihiasi dengan lengkungan.
Pada gevel gereja terdapat tiga lingkaran yang terbuka dengan ornamen besi yang sekaligus berfungsi sebagai teralis. Di atas gevel terdapat salib khas Katolik sebagai penanda bahwa bangunan megah yang berdiri tersebut adalah sebuah bangunan gereja yang diperuntukkan bagi jemaat Katolik.
Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Pasuruan Nomor 188/496/423.031/2015 tentang Penetapan Cagar Budaya Kota Pasuruan ditetapkan sebagai salah satu dari 20 bangunan atau kawasan yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya Kota Pasuruan seusai yang tertera pada Diktum Kesatu. *** [200915]
Share:

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami