The Story of Indonesian Heritage

  • Istana Ali Marhum Kantor

    Kampung Ladi,Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat)

  • Gudang Mesiu Pulau Penyengat

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Benteng Bukit Kursi

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Kompleks Makam Raja Abdurrahman

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Mesjid Raya Sultan Riau

    Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

Tampilkan postingan dengan label Gemeentehuis van Malang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Gemeentehuis van Malang. Tampilkan semua postingan

Gedung Balai Kota Malang

Mengunjungi Alun-Alun Tugu memberikan keuntungan tersendiri. Karena kawasan Alun-Alun Tugu dikelilingi oleh bangunan-bangunan peninggalan masa pemerintahan Kolonial Belanda. Bangunan tersebut pada umumnya berfungsi sebagai sarana pemerintahan dan pendidikan yang sampai pada saat ini masih terlihat megah. Salah satu sarana pemerintahan yang masih bisa dilihat adalah Gedung Balai Kota Malang.
Gedung Balai Kota Malang terletak di Jalan Tugu No. 1 Keluraham Kidul Dalem, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur. Lokasi gedung ini menghadap ke Alun-Alun Tugu, dan berdekatan dengan Hotel Splendid Inn maupun Hotel Tugu.
Sebelum tahun 1914 Malang masih merupakan daerah bagian dari Karesidenan Pasuruan dan kekuasaan tertinggi di Malang adalah Asisten Residen yang berkantor di selatan alun-alun (sekarang Kantor Pos). Setelah Kota Malang dinaikkan statusnya menjadi Gemeente (Kotamadya) pada 1 April 1914, Malang berhak memerintah daerah sendiri dengan dipimpin oleh seorang Burgemeester (Wali Kota). Jabatan wali kota waktu itu dirangkap oleh Asisten Residen sampai tahun 1918. Baru pada tahun 1919, Malang mempunyai wali kota pertama yaitu H.I. Bussemaker. Alun-alun sebagai simbol pemerintahan lama dianggap sudah tidak mewakili gaya pemerintah baru yang lebih modern dan diusulkan untuk membuat daerah pusat pemerintahan baru yaitu di daerah Jan Pieterszoon P Coenplein (Lapangan J.P. Coen). Karena lapangan tersebut berbentuk bundar maka disebut Alun-alun Bundar.



Pada 26 April 1920 dibuat perencanaan kota yang di dalamnya termasuk pembangunan gedung balai kota sebagai tempat pemerintahan yang baru. Gagasan perencanaan itu timbul setelah wali kota mengadakan sayembara perencanaan Balai Kota Malang dengan juri Ir. W. Lemei, Ir. Ph. N Te Winkel dan Ir. A. Grunberg. Dari 22 peserta lomba tidak ada satu pun yang memenuhi syarat, maka pada 14 Februari 19127 diputuskan oleh dewan kota agar rancangan yang paling baik diadakan perubahan dan segera dilaksanakan pembangunan dengan anggaran F.287.000. Rancangan yang akhirnya dipakai adalah karya H.F. Horn dari Biro Arsitek di Semarang dengan motto: Voor de burgers van Malang (untuk warga Malang). Pembangunan Balai Kota dilaksanakan dari tahun 1927 sampai tahun 1929, dan mulai ditempati pada September 1929 oleh wali kota kedua, Ir. EA Voorneman.
Pada saat telah ditempati, Balai Kota Malang masih terasa ada beberapa kekurangan pada desain bangunan tersebut, terutama pada desain interior bangunannya. Akhrinya, pihak Balai Kota Malang meminta bantuan kepada Cosman Citroen. Citroen merupakan arsitek kolonial Belanda generasi kedua setelah tahun 1900 yang berdomisil di Surabaya. Ia pernah merancang Balai Kota Surabaya (1925). Sehingga, ketika Citroen diminta membantu pihak Balai Kota Malang, maka ia langsung merancang sendiri ruang wali kota yang sampai sekarang masih terlihat megah.
Pada waktu terjadi Operatie Product atau yang dikenal di Indonesia dengan nama Agresi Militer Belanda I, Belanda mulai melakukan penyerbuan ke Malang dan disambut dengan pembumihangusan oleh para pejuang kita. Dalam tragedi Bumi Hangus tersebut, banyak gedung-gedung penting yang dulu dibangun oleh pihak Kolonial Belanda dibakar oleh pejuang kita. Termasuk salah satunya adalah Gedung Balai Kota Malang.
Setelah agresi yang dilancarkan oleh Belanda, baik Agresi Militer Belanda I dan Agresi Militer Belanda II selesai, dan situasi perang kemerdekaan telah benar-benar berakhir maka gedung balai kota mulai dibangun kembali, dan sekarang bangunan yang tetap dipertahankan keasliannya ini menjadi bangunan cagar budaya di Kota Malang yang menjadi ikon Kota Malang. *** [260415]

Share:

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami