The Story of Indonesian Heritage

  • Istana Ali Marhum Kantor

    Kampung Ladi,Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat)

  • Gudang Mesiu Pulau Penyengat

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Benteng Bukit Kursi

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Kompleks Makam Raja Abdurrahman

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Mesjid Raya Sultan Riau

    Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

Tampilkan postingan dengan label Sejarah Jembatan Jurug. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah Jembatan Jurug. Tampilkan semua postingan

Kreteg Sepur Jurug

Kreteg Sepur Jurug (Jembatan Kereta Api Jurug) adalah sebuah jembatan untuk jalur kereta api yang membentang di atas Bengawan Solo yang menghubungkan brang kulon (seberang barat) dengan brang wetan (seberang timur). Sebelah barat sungai masuk dalam wilayah administratif Kelurahan Pucangsawit, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, dan yang berada di sebelah timur sungai masuk dalam wilayah administratif Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Lokasi kreteg sepur ini berada di sebelah timur Pasar Pucangsawit, atau selatan Jembatan Jalan Raya Jurug.
Pembangunan kreteg (jembatan) ini berkaitan dengan adanya proyek pembangunan jalur rel kereta api Madiun-Paron-Sragen-Solobalapan sepanjang 97 kilometer. Pengerjaan jalur kereta api ini dilakukan oleh Staatsspoorwegen (SS) dimulai pada tahun 1883 dan selesai pada tahun 1884. Jalur rel yang berada di atas jembatan kereta api ini merupakan bagian dari pembangunan jalur Oosterlijnen-1 (Lintas Utama Timur).



SS adalah perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia Belanda yang didirikan pada tahun 1875. SS menjadi perusahaan besar pesaing Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Jalur pertama yang dibangun oleh SS adalah lintas Surabaya-Pasuruan, dengan lintas cabang dari Bangil menuju Malang. Pada perkembangannya, cakupan SS semakin luas. SS juga membangun jalur kereta api di berbagai daerah lain. Tercatat orang pertama yang menjabat sebagai pimpinan dinas kereta api negara Staatsspoorwegen adalah David Maarchalk yang menjabat sejak tahun 1875.
SS sendiri terbagi dalam beberapa wilayah operasional. SS Oosterlijnen mendominasi area jalur kereta api di Jawa Timur (terutama wilayah selatan dan timur) dan SS Westerlijnen menguasai jalur selatan Jawa Tengah hingga Priangan. Mulai dari Yogyakarta menuju Kroya, di mana terdapat percabangan lintas selatan menuju Priangan selatan hingga Bandung-Bogor via Sukabumi dan utara menuju Cirebon hingga Batavia.



Semula jembatan kereta api di atas Bengawan Solo ini memiliki 7 lengkungan baja yang panjangnya masing-masing sekitar 40 meter di atas 6 tiang penyangga. Jadi, panjang totalnya kala itu sekitar 280 meter. Dalam literatur Belanda, Kreteg Sepur Jurug dikenal dengan Spoorbrug tusschen Solo en Madioen (Jembatan Sepur di antara Solo dan Madiun). Hal ini selaras dengan nama proyek pengerjaan jalur kereta api Madiun-Paron-Sragen-Solobalapan.
Sebelumnya, pejalan kaki dapat menggunakan jembatan kereta api. Berbeda dengan jembatan Sungai Madiun yang hanya dilengkapi satu jalur untuk pejalan kaki. Kreteg Sepur Jurug memiliki dua jalur berpagar yang  lebarnya sekitar satu meter. Posisinya ada di sebelah kiri dan kanan jalur rel, di luar rangka baja.
Namun seiring dengan menyempitnya lebar Bengawan Solo di kawasan Jurug pada waktu itu, Pemerintah Hindia Belanda pun kemudian melakukan sejumlah perbaikan atau renovasi terhadap Kreteg Sepur Jurug untuk disesuaikan dengan adanya perubahan lebar sungai tersebut. Dari bentuk awalnya, sekarang jembatan kereta api Jurug tersebut menjadi 5 bagian baja di atas 3 tiang penyangga dan konstruksi tidak berbentuk lengkungan lagi. *** [170618]

Share:

Jembatan Jurug Lama

Surakarta, atau yang dikenal dengan Kota Solo merupakan sebuah kota tua yang dikelilingi oleh beberapa sungai atau kali (bahasa Jawa), di antaranya Kali Kabanaran, Kali Pepe, Kali Jenes dan Bengawan Solo. Pada waktu dulu, di Solo sendiri terdapat empat bandar yang ramai saat itu, yaitu Bandar Kabanaran di Laweyan, Bandar Pecinan di Kali Pepe, Bandar Arab di Kali Jenes dan Bandar Nusupan di Semanggi.
Setelah terjadinya pendangkalan pada anak-anak sungai Bengawan Solo (Kali Jenes, Kali Kabanaran, dan Kali Pepe) maka bandar-bandar yang ada padanya akhirnya tidak dapat berfungsi lagi. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk kota (morfologi kota) yang ada di Solo. Keramaian tidak bertumpu di sepanjang tepian sungai-sungai tersebut, akan tetapi mulai menyebar seiring dibangunnya berbagai utilitas kota yang lebih modern pada waktu itu. Salah satunya adalah pembangunan jembatan antarkota yang melintasi Bengawan Solo, yaitu Jembatan Jurug yang menghubungkan dengan Karanganyar, Sragen serta kota-kota di Jawa Timur.



Jembatan ini terletak di perbatasan antara Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, dengan Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar, atau berada di sebelah timur pintu masuk Taman Satwataru Jurug.


Jembatan Jurug Lama ini mulai dibangun pada tahun 1913 semasa pemerintahan Sri Susuhunan Pakubuwono X. Pengerjaan jembatan tersebut memakan waktu selama dua tahun. Pada tahun 1915, Sri Susuhunan Pakubuwono X dan Residen Surakarta F.P. Sollewijn Gelpke yang didampingi oleh pejabat sipil dan militer, melakukan peresmian jembatan yang berada di atas Bengawan Solo tersebut. Upacara peresmian Jembatan Jurug diabadikan dalam sebuah foto berukuran 21 x 27 cm yang diarsipkan oleh Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (KITLV) dalam Collection KITLV Digital Image Library dengan judul: ‘De soesoehoenan Pakoe Boewono X (midden) en resident F.P. Sollewijn Gelpke (links van de soesoehoenan) in gezelschap van burgerlijke en militaire functionarissen bij de opening van de brug over de Solo te Soerakarta’ (1915).


Jembatan Jurug Lama ini merupakan jembatan tipe gelagar baja komposit dengan plat lantai kayu. Jembatan ini mempunyai 5 bentang dengan panjang 92,2 m. Data eksisting jembatan menunjukkan bahwa jembatan tersebut memiliki bentang tengah 50 m pada panjang jembatan, lebar jembatan 5 m, tebal perkerasan 7 cm, tebal slab beton rencana 15 cm, berat jenis beton 2,4 t/m3, berat jenis aspal 2,2 t/m3, berat jenis besi tuang 7,1 t/m3, berat jenis air 1 t/m3, dan jarak balok memanjang 1 m (Silvia Yulita Ratih, dkk, 2012: 42).
Kondisi eksisting Jembatan Jurug akibat pengaruh umur jembatan dan banjir mengalami beberapa kerusakan di beberapa tempat. Oleh karena itu, jembatan ini sekarang hanya dikhususkan bagi pejalan kaki, sepeda onthel maupun sepeda motor saja. Kendaraan roda empat sudah tidak diperbolehkan melewati Jembatan Jurug Lama ini, tetapi harus melewati Jembatan Jurug yang dibangun kemudian di sebelah selatan jembatan yang lama. *** [260617]

Kepustakaan:
Qomarun & Prayitno, Budi. (2007). Morfologi Kota Solo (Tahun 1500-2000). Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 35, No. 1, Juli 20017: 80-87
Ratih, Silvia Yulita., & Safarizki, Hendramawat Aski. (2012). Alternatif Perbaikan Kerusakan Pada Jembatan Gelagar Baja Komposit Dengan Prategang Eksternal (Studi Kasus Jembatan Jurug Surakarta). Wacana Vol. 13 No. 2 September 2012: 40-47
http://media-kitlv.nl/image/cb85ae45-3f82-4abc-aca7-0156a78caa23
Share:

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami