Kreteg Sepur Jurug (Jembatan Kereta Api Jurug) adalah sebuah jembatan untuk jalur kereta api yang membentang di atas Bengawan Solo yang menghubungkan brang kulon (seberang barat) dengan brang wetan (seberang timur). Sebelah barat sungai masuk dalam wilayah administratif Kelurahan Pucangsawit, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, dan yang berada di sebelah timur sungai masuk dalam wilayah administratif Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Lokasi kreteg sepur ini berada di sebelah timur Pasar Pucangsawit, atau selatan Jembatan Jalan Raya Jurug.
Pembangunan kreteg (jembatan) ini berkaitan dengan adanya proyek pembangunan jalur rel kereta api Madiun-Paron-Sragen-Solobalapan sepanjang 97 kilometer. Pengerjaan jalur kereta api ini dilakukan oleh Staatsspoorwegen (SS) dimulai pada tahun 1883 dan selesai pada tahun 1884. Jalur rel yang berada di atas jembatan kereta api ini merupakan bagian dari pembangunan jalur Oosterlijnen-1 (Lintas Utama Timur).
SS adalah perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia Belanda yang didirikan pada tahun 1875. SS menjadi perusahaan besar pesaing Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Jalur pertama yang dibangun oleh SS adalah lintas Surabaya-Pasuruan, dengan lintas cabang dari Bangil menuju Malang. Pada perkembangannya, cakupan SS semakin luas. SS juga membangun jalur kereta api di berbagai daerah lain. Tercatat orang pertama yang menjabat sebagai pimpinan dinas kereta api negara Staatsspoorwegen adalah David Maarchalk yang menjabat sejak tahun 1875.
SS sendiri terbagi dalam beberapa wilayah operasional. SS Oosterlijnen mendominasi area jalur kereta api di Jawa Timur (terutama wilayah selatan dan timur) dan SS Westerlijnen menguasai jalur selatan Jawa Tengah hingga Priangan. Mulai dari Yogyakarta menuju Kroya, di mana terdapat percabangan lintas selatan menuju Priangan selatan hingga Bandung-Bogor via Sukabumi dan utara menuju Cirebon hingga Batavia.
Semula jembatan kereta api di atas Bengawan Solo ini memiliki 7 lengkungan baja yang panjangnya masing-masing sekitar 40 meter di atas 6 tiang penyangga. Jadi, panjang totalnya kala itu sekitar 280 meter. Dalam literatur Belanda, Kreteg Sepur Jurug dikenal dengan Spoorbrug tusschen Solo en Madioen (Jembatan Sepur di antara Solo dan Madiun). Hal ini selaras dengan nama proyek pengerjaan jalur kereta api Madiun-Paron-Sragen-Solobalapan.
Sebelumnya, pejalan kaki dapat menggunakan jembatan kereta api. Berbeda dengan jembatan Sungai Madiun yang hanya dilengkapi satu jalur untuk pejalan kaki. Kreteg Sepur Jurug memiliki dua jalur berpagar yang lebarnya sekitar satu meter. Posisinya ada di sebelah kiri dan kanan jalur rel, di luar rangka baja.
Namun seiring dengan menyempitnya lebar Bengawan Solo di kawasan Jurug pada waktu itu, Pemerintah Hindia Belanda pun kemudian melakukan sejumlah perbaikan atau renovasi terhadap Kreteg Sepur Jurug untuk disesuaikan dengan adanya perubahan lebar sungai tersebut. Dari bentuk awalnya, sekarang jembatan kereta api Jurug tersebut menjadi 5 bagian baja di atas 3 tiang penyangga dan konstruksi tidak berbentuk lengkungan lagi. *** [170618]
Pembangunan kreteg (jembatan) ini berkaitan dengan adanya proyek pembangunan jalur rel kereta api Madiun-Paron-Sragen-Solobalapan sepanjang 97 kilometer. Pengerjaan jalur kereta api ini dilakukan oleh Staatsspoorwegen (SS) dimulai pada tahun 1883 dan selesai pada tahun 1884. Jalur rel yang berada di atas jembatan kereta api ini merupakan bagian dari pembangunan jalur Oosterlijnen-1 (Lintas Utama Timur).
SS adalah perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia Belanda yang didirikan pada tahun 1875. SS menjadi perusahaan besar pesaing Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Jalur pertama yang dibangun oleh SS adalah lintas Surabaya-Pasuruan, dengan lintas cabang dari Bangil menuju Malang. Pada perkembangannya, cakupan SS semakin luas. SS juga membangun jalur kereta api di berbagai daerah lain. Tercatat orang pertama yang menjabat sebagai pimpinan dinas kereta api negara Staatsspoorwegen adalah David Maarchalk yang menjabat sejak tahun 1875.
SS sendiri terbagi dalam beberapa wilayah operasional. SS Oosterlijnen mendominasi area jalur kereta api di Jawa Timur (terutama wilayah selatan dan timur) dan SS Westerlijnen menguasai jalur selatan Jawa Tengah hingga Priangan. Mulai dari Yogyakarta menuju Kroya, di mana terdapat percabangan lintas selatan menuju Priangan selatan hingga Bandung-Bogor via Sukabumi dan utara menuju Cirebon hingga Batavia.
Semula jembatan kereta api di atas Bengawan Solo ini memiliki 7 lengkungan baja yang panjangnya masing-masing sekitar 40 meter di atas 6 tiang penyangga. Jadi, panjang totalnya kala itu sekitar 280 meter. Dalam literatur Belanda, Kreteg Sepur Jurug dikenal dengan Spoorbrug tusschen Solo en Madioen (Jembatan Sepur di antara Solo dan Madiun). Hal ini selaras dengan nama proyek pengerjaan jalur kereta api Madiun-Paron-Sragen-Solobalapan.
Sebelumnya, pejalan kaki dapat menggunakan jembatan kereta api. Berbeda dengan jembatan Sungai Madiun yang hanya dilengkapi satu jalur untuk pejalan kaki. Kreteg Sepur Jurug memiliki dua jalur berpagar yang lebarnya sekitar satu meter. Posisinya ada di sebelah kiri dan kanan jalur rel, di luar rangka baja.
Namun seiring dengan menyempitnya lebar Bengawan Solo di kawasan Jurug pada waktu itu, Pemerintah Hindia Belanda pun kemudian melakukan sejumlah perbaikan atau renovasi terhadap Kreteg Sepur Jurug untuk disesuaikan dengan adanya perubahan lebar sungai tersebut. Dari bentuk awalnya, sekarang jembatan kereta api Jurug tersebut menjadi 5 bagian baja di atas 3 tiang penyangga dan konstruksi tidak berbentuk lengkungan lagi. *** [170618]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar