The Story of Indonesian Heritage

Stasiun Kereta Api Kutoarjo

Stasiun Kereta Api Kutoarjo (KTA) atau yang selanjutnya disebut dengan Stasiun Kutoarjo, merupakan salah satu stasiun kereta api yang berada di bawah manajemen  PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 5 Purwokerto yang berada pada ketinggian + 16 m di atas permukaan laut, dan merupakan stasiun kereta api kelas B. Stasiun ini terletak di Jalan Stasiun No. 1, Kelurahan Semawung Daleman, Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi stasiun ini berada di depan Kantor Pos Kutoarjo, atau sebelah tenggara Terminal Kutoarjo ± 300 m.
Bangunan Stasiun Kutoarjo ini merupakan bangunan peninggalan masa Hindia Belanda. Pembangunan stasiun ini bersamaan dengan pembangunan jalur rel kereta api dari Yogyakarta-Maos sepanjang 155 kilometer, yang dikerjakan oleh Staatsspoorwegen (SS) pada tahun 1887 sebagai lanjutan dari proyek jalur Solobalapan-Yogyakarta. Jalur yang dikenal dengan Westerlijnen-1 (Lintas Barat Utama) ini, pengerjaannya dimulai dari Yogyakarta di sebelah timur menuju ke Maos di sebelah barat.



SS adalah perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia Belanda yang didirikan pada tahun 1875. SS menjadi perusahaan besar pesaing Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Jalur pertama yang dibangun oleh SS adalah lintas Surabaya-Pasuruan, dengan lintas cabang dari Bangil menuju Malang. Pada perkembangannya, cakupan SS semakin luas. SS juga membangun jalur kereta api di berbagai daerah lain. Tercatat orang pertama yang menjabat sebagai pimpinan dinas kereta api negara Staatsspoorwegen adalah David Maarchalk yang menjabat sejak tahun 1875.



SS sendiri terbagi dalam beberapa wilayah operasional. SS Oosterlijnen mendominasi area jalur kereta api di Jawa Timur (terutama wilayah selatan dan timur) dan SS Westerlijnen menguasai jalur selatan Jawa Tengah hingga Priangan. Mulai dari Yogyakarta menuju Kroya, di mana terdapat percabangan lintas selatan menuju Priangan selatan hingga Bandung-Bogor via Sukabumi dan utara menuju Cirebon hingga Batavia.
Selain itu, SS juga membuat percabangan dari Stasiun Kutoarjo menuju Purworejo sepanjang 12 kilometer pada tahun yang sama dengan pembangunan lintas barat utama. Proyek jalur rel Kutoarjo-Purworejo ini dikenal dengan SS Westerlijnen-2. Artinya, jalur kereta api lintas barat non utama atau kelas 2.



Stasiun ini memiliki 8 jalur dengan jalur 2 dan 3 sebagai sepur lurus di mana jalur 2 menuju ke arah  barat (Stasiun Butuh) dan jalur 3 menuju ke arah timur (Stasiun Jenar). Jalur 4 dan 5 digunakan untuk pemberangkatan kereta api yang berasal dari Stasiun Kutoarjo, seperti KA Sawunggalih, Kutojaya Utara, Kutojaya Selatan dan Prambanan Ekspres. Jalur 6,7 dan 8 sering digunakan untuk parkir gerbong maupun lokomotif yang akan melangsir maupun menarik gerbong. Sedangkan, jalur 1 dulunya digunakan untuk kereta api yang akan menuju ke Stasiun Purworejo.
Stasiun Kutoarjo tergolong stasiun yang memiliki luas areal yang cukup luas dengan bangunan stasiun yang lumayan besar bila melihat posisi stasiun yang berada di kecamatan. Ada dua kemungkinan yang menyebabkan stasiun ini memiliki bangunan utama yang besar dan areal yang luas, yaitu pertama, pada waktu stasiun ini dibangun, Kutoarjo adalah sebuah ibu kota Kabupaten Kutoarjo, sehingga stasiun didirikan menggunakan tipe stasiun kabupaten. Kedua, stasiun  ini juga menjadi stasiun percabangan ke Purworejo dan Yogyakarta untuk jalur yang mengarah ke timur. Posisi ini pula yang menyebabkan stasiun ini menjadi penting, sehingga banyak disinggahi oleh sejumlah kereta api, baik kelas ekonomi, bisnis maupun eksekutif. *** [280617]

Fotografer : Rilya Bagus Ariesta Niko Prasetyo
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami